Kasus positif Covid-19 bermunculan dari lingkungan sekolah di Surakarta, Jawa Tengah. Pelaksanaan pembelajaran tatap muka akan dievaluasi. Ada dorongan agar peserta pembelajaran tatap muka dibatasi menjadi 50 persen.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Kasus positif Covid-19 bermunculan dari lingkungan sekolah di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Pelaksanaan pembelajaran tatap muka akan dievaluasi. Ada dorongan agar peserta pembelajaran tatap muka dibatasi menjadi 50 persen dari kapasitas kelas.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta Siti Wahyuningsih mengungkapkan, hingga Kamis (3/2/2022), terdapat 13 sekolah, dari jenjang SD hingga SMA, yang ditemukan kasus positif Covid-19. Jumlahnya mencapai 43 kasus. Diperkirakan penambahan kasus masih bisa terjadi mengingat penelusuran kontak erat terus dilakukan.
”Temuan kasus positif Covid-19 dari lingkungan tersebut jumlahnya 1/3 dari total kasus aktif di Kota Surakarta. Artinya, ini, kan, cukup mendominasi,” kata Wahyuningsih saat ditemui di Kompleks Balai Kota Surakarta, Jawa Tengah, Kamis siang.
Wahyuningsih menyampaikan, kasus-kasus itu ditemukan bukan dari surveilans pelaksanaan pembelajaran tatap muka. Kemunculannya berawal dari warga sekolah, baik guru maupun murid, yang mengalami gejala sakit seperti demam, batuk, dan pilek. Mereka baru diketahui terkonfirmasi positif Covid-19 setelah memeriksakan diri.
Untuk itu, lanjut Wahyuningsih, pelaksanaan protokol kesehatan perlu diperhatikan lagi, mulai dari murid berangkat sekolah sampai kembali lagi ke rumahnya. Pemakaian masker dan menjaga jarak wajib diterapkan setiap kali beraktivitas di ruang publik. Menghindari penularan Covid-19 menjadi tanggung jawab setiap orang.
”Penularan Covid-19 adalah tanggung jawab semua orang. Protokol kesehatan harus diterapkan secara ketat baik di sekolah, perjalanan, maupun rumah masing-masing. Dalam artian, apabila protokol kesehatan diterapkan kuat di sekolah, hal serupa harus berlaku pula di rumah mereka,” kata Wahyuningsih.
Penanganan kasus
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka mengaku akan mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran tatap muka. Saat ini, pihaknya tengah memusatkan perhatian untuk penanganan kasus-kasus positif Covid-19 yang ditemukan dari lingkungan pendidikan tersebut. Pihaknya akan menerima masukan-masukan dari orangtua murid.
”Nanti kami evaluasi. Kalau wali murid resah dan tidak menginginkan anaknya PTM (pembelajaran tatap muka), akan kami evaluasi. Masukannya kami tampung,” kata Gibran.
Gibran mengharapkan agar orangtua murid tidak terlalu khawatir dengan kondisi penularan Covid-19 di sekolah. Pasalnya, sebagian besar murid merupakan pasien tak bergejala. Vaksinasi juga sudah diberikan. Pihaknya meyakini, para murid bisa cepat sembuh dari penyakit tersebut.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengimbau agar pembelajaran tatap muka dilakukan dengan kapasitas 50 persen dari kapasitas kelas di provinsi tersebut. Imbauan itu didasari kemunculan kluster penularan Covid-19 di sekolah dari beberapa daerah di Jawa Tengah. Pembatasan kapasitas tersebut, jelas Ganjar, bisa dilakukan dengan pembagian sif (Kompas, 31/1/2022).
Seperti aktivitas makan di luar. Ini juga menjadi sumber penularan yang cukup tinggi. Beraktivitas di ruang tertutup, terlebih lagi tak mengenakan masker, ini perlu dihindari.
Terkait hal tersebut, Gibran menyampaikan, pihaknya menunggu instruksi resmi dari Ganjar. Sebelum ada instruksi resmi, pembelajaran tatap muka akan dilakukan 100 persen. Pihaknya terus mengawasi pelaksanaan pembelajaran tatap muka tersebut. Apabila ditemukan kasus Covid-19, penanganan cepat bakal langsung dilakukan.
”Kalau ada instruksi dari Gubernur Jawa Tengah, untuk PTM 50 persen, kami jalankan. Sejauh ini, kami jalan seperti biasa sambil terus memonitor. Jika ada yang ketahuan positif, kami akan pisahkan dengan yang lain dan lakukan tracing,” ujarnya.
Dihubungi secara terpisah, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang Surakarta Hari Wahyu Nugroho mendorong agar pelaksanaan pembelajaran tatap muka dilakukan dengan kapasitas 50 persen. Pembelajaran tatap muka 100 persen dikhawatirkan dapat meningkatkan risiko terjadinya penularan Covid-19. Sebab, jaga jarak sulit dilakukan dan murid beraktivitas di ruang tertutup dalam durasi lebih dari 1 jam.
Selain itu, dia juga meminta para orangtua mengawasi penuh penerapan protokol kesehatan dari anak-anaknya. Aktivitas-aktivitas yang berisiko perlu dihindari. Sebisa mungkin agar menahan diri untuk berkegiatan di ruang-ruang yang banyak kerumunan dan penerapan protokol kesehatannya longgar.
”Seperti aktivitas makan di luar. Ini juga menjadi sumber penularan yang cukup tinggi. Beraktivitas di ruang tertutup, terlebih lagi tak mengenakan masker, ini perlu dihindari,” kata Wahyu.