Banjir Bandang di Jalur Wisata Dieng-Batur Dipicu Luapan Drainase
Banjir bandang terjadi di jalur Dieng-Batur, Kabupaten Banjarnegara. Penataan kawasan perlu diupayakan agar wilayah lereng pegunungan tak jadi langganan banjir saat hujan deras melanda.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
Arsip Perangkat Desa Bakal
Kondisi jalur Dieng-Batur saat banjir bandang di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Kamis (3/2/2022).
BANJARNEGARA, KOMPAS — Hujan lebat dan sempitnya drainase di sekitar jalan provinsi yang menghubungkan Dataran Tinggi Dieng dan Kecamatan Batur, tepatnya di Desa Bakal, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, memicu banjir bandang, Kamis (3/2/2022) siang. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Penataan kawasan mendesak dan pihak provinsi akan mengecek kembali kelayakan drainase tersebut.
”Kalau hujan lumayan besar, air meluap karena drainase jalan provinsi tidak memadai. Lebarnya hanya sekitar 50 sentimeter dan dalamnya berkisar 40-50 sentimeter. Kejadian seperti ini sudah terjadi 2-3 tahun terakhir,” kata Sekretaris Desa Bakal Lukman Rosyid saat dihubungi dari Purwokerto, Banyumas, Kamis.
Lukman menyampaikan, panjang jalan lokasi luapan air mencapai sekitar 500 meter. Oleh karena kondisi jalan menurun dan berkelok, luapan air berwarna kecoklatan tampak seperti arus sungai yang deras. Video kondisi aliran air yang meluap itu tersebar dan viral di sejumlah media sosial. Bahkan, ada sebuah sepeda motor yang nyaris teseret arus. ”Kejadiannya sekitar pukul 13.30, dan banjir bandang hanya 5 menit. Air hanya lewat dan sudah (kini) surut,” ujarnya.
Arsip Perangkat Desa Bakal
Kondisi jalur Dieng-Batur setelah banjir bandang di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Kamis (3/2/2022).
Lukman menyampaikan, banjir seperti itu beberapa kali terjadi sejak pihak provinsi membangun drainase di lokasi tersebut. ”Sebelumnya selokan biasa dengan lebar sekitar 1 meter dan tidak terjadi banjir seperti ini. Kami berharap pihak provinsi memperlebar drainase ini,” ujarnya.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banjarnegara Andri Sulistyo menyampaikan, selain karena ukuran drainase, ada sejumlah faktor lain yang memicu banjir, yaitu areal perkebunan yang banyak ditanami kentang serta potensi sampah yang mengotori drainase. ”Di Dieng itu memang hampir semuanya tanaman produktif, kami tidak bisa menutup mata,” kata Andri.
Andri mengimbau warga sekitar untuk mewaspadai puncak musim hujan di wilayah Banjarnegara yang diprediksi jatuh pada Februari-Maret ini. ”Kami mengimbau warga untuk waspada dan menjaga drainase, jangan membuang sampah sembarangan. Di sana juga ada tebing yang rawan longsor dan ada satu rumah yang terancam. Apalagi di kawasan tersebut rumah-rumah berada di kemiringan cukup terjal, jadi warga diimbau waspada,” ujarnya.
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Petani mengangkut kentang dan wortel di sekitar pipa uap panas di Desa Karangtengah, Kecamatan Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, Rabu (24/2/2021).
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Bina Marga, dan Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah AR Hanung Triyono mengungkapkan, banjir di daerah pegunungan bisa terjadi saat limpasan air dengan volume besar dari kawasan atas tidak bisa tertampung saluran jalan di permukiman.
Dari video yang beredar, menurut Hanung, volume air yang luar biasa besar dari atas mengalir ke daerah rendah. Ia mengklaim kondisi itu terjadi bukan karena saluran air yang kurang besar. ”Usulan penanggulangannya, pertama, perlu dibuat masterplan drainase kawasan oleh pemkab. Kedua, penertiban kawasan di atasnya, tidak semua dibangun perumahan, dan ketiga, hasil masterplan dituangkan rencana aksi sesuai kewenangan,” ujar Hanung.