Kasus Covid-19 di Kendari Bertambah, Pemerintah Diminta Waspada
Pemerintah daerah dituntut waspada akan gelombang ketiga pandemi. Terlebih lagi, masyarakat tak acuh dan tidak mematuhi protokol dalam beraktivitas.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Kasus Covid-19 di Kendari, Sulawesi Tenggara, terus bertambah beberapa hari terakhir. Meski belum diketahui variannya, pemerintah dituntut waspada akan gelombang ketiga pandemi. Terlebih lagi, masyarakat tak acuh dan tidak mematuhi protokol dalam beraktivitas.
Hingga Selasa (1/2/2022), jumlah total kasus aktif Covid-19 di kendari sebanyak sembilan orang, di mana dua kasus merupakan temuan baru. Semua pasien dalam perawatan di dua rumah sakit pusat isolasi Covid-19 di ibu kota Sultra tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Kendari drg Rahminingrum menyampaikan, setelah beberapa waktu tidak ada kasus baru, warga terjangkit Covid-19 ditemukan beberapa hari terakhir di Kendari. Penelusuran kasus sedang dilakukan untuk mengetahui penyebaran di masyarakat.
”Kemarin itu ada dua kasus baru, dan langsung dirawat di RSUD Kendari. Total ada sembilan orang yang dirawat, di mana 4 di antaranya warga Kendari dan 5 warga luar,” ujarnya, Rabu (2/2/2022).
Sejauh ini, Rahminingrum melanjutkan, pihaknya belum mengetahui jenis varian virus yang menjangkiti sembilan orang tersebut. Pengiriman sampel virus sedang dilakukan dan masih menunggu hasil laboratorium di luar Sultra. Kondisi pasien mengalami gejala ringan, seperti demam dan sesak.
Penambahan kasus Covid-19, ia melanjutkan, terjadi karena aktivitas masyarakat yang semakin tinggi, tetapi protokol kesehatan semakin kendur. Tidak hanya itu, arus masuk-keluar masyarakat juga terus meningkat setiap waktu.
Meski begitu, Rahminingrum mengakui, pihaknya belum memiliki program khusus untuk mengantisipasi gelombang ketiga pandemi Covid-19. Saat ini, program difokuskan pada upaya vaksinasi, mulai dari anak hingga warga lansia. ”Kami berharap masyarakat mematuhi protokol kesehatan dan mengikuti program vaksinasi. Kami rencana melakukan tes acak antigen di sekolah-sekolah, tetapi untuk di pintu masuk (bandara/pelabuhan) belum ada rencana,” ujarnya.
Kasus Covid-19 di Kendari sempat turun hingga tidak ada kasus lebih dari tiga bulan terakhir. Hal ini membuat masyarakat dan pemerintah abai dalam protokol kesehatan. Padahal, lonjakan kasus Covid-19 pernah terjadi di wilayah ini pada pertengahan tahun lalu. Saat itu, jumlah kasus melonjak drastis dengan kasus kematian yang juga tinggi.
Epidemiolog Universitas Halu Oleo, Kendari, Ramadhan Tosepu berpendapat, dengan peningkatan kasus yang terjadi, dikhawatirkan varian baru Covid-19, yaitu Omicron, telah masuk di wilayah ini. Sebab, arus masuk masyarakat dari Kendari begitu tinggi, tetapi tidak diiringi penegakan protokol kesehatan.
Terlebih lagi, wilayah ini mulai rutin dijadikan tempat kegiatan baik skala regional hingga nasional. Ratusan hingga ribuan orang datang dari berbagai penjuru Nusantara yang berpotensi membawa masuk varian Covid-19 jenis Omicron.
”Oleh karena itu, sudah sepatutnya pemerintah waspada dan segera mengambil tindakan penanganan dini. Daerah ini pernah memiliki pengalaman lonjakan kasus yang tidak sedikit dengan kasus kematian yang tinggi. Jangan nanti kasus tinggi baru kemudian panik,” kata Ramadhan.
Selain vaksinasi, upaya pengetatan arus masuk orang dari dan keluar Kendari sudah harus dilakukan saat ini. Selain itu, penelusuran kasus secara masif dengan tes acak di tempat umum juga bisa menjadi langkah antisipasi penyebaran kasus di masyarakat.