Potret Gus Dur, Simbol Toleransi bagi Warga Lintas Agama Muntilan
Tempat Ibadah Tri Dharma Hok An Kiong Muntilan menerima foto Gus Dur dari MWC NU Muntilan. Foto itu diharapkan menjadi pengingat bagi semua umat agar terus membangun toleransi.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Potret mendiang Presiden kelima RI, KH Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur, diberikan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Muntilan kepada Tempat Ibadat Tri Dharma (TITD) Hok An Kiong di Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Senin (31/1/2022), Pemberian foto ini merupakan bagian dari peringatan Harlah Ke-96 NU, sekaligus sebagai gerakan untuk mengingatkan kembali masyarakat guna selalu menghargai toleransi dan perbedaan.
Ketua MWC NU Muntilan Bambang Mulyono mengatakan, foto figur Gus Dur sudah cukup menjadi pengingat karena mendiang adalah sosok yang sangat menghargai pluralisme. ”Sama seperti yang diungkapkan Gus Dur, kita harus bisa menerima kemajemukan tanpa ada sekat-sekat perbedaan,” ujarnya, saat ditemui di sela-sela acara pemberian foto dan apel kebinekaan di TITD Hok An Kiong, Senin (31/1/2022) petang.
Di Kecamatan Muntilan, di mana masyarakatnya sangat plural, Bambang mengatakan, pihaknya juga terus berupaya mengembangkan toleransi lintas agama dan lintas iman. Hal ini antara lain dilakukan dengan terus melakukan kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk dengan warga Tionghoa, yang merupakan umat TITD Hok An Kiong.
”Kami berharap bisa menjadi pelopor untuk mengembangkan semangat kebinekaan di masyarakat,” ujarnya. Dia pun berharap gerakan yang dilakukan di Kecamatan Muntilan bisa menginspirasi masyarakat di berbagai daerah lainnya di Kabupaten Magelang.
Ketua Yayasan TITD Hok An Kiong Budi Raharjo mengatakan, foto Gus Dur yang diberikan pada Senin petang menjadi kado yang mengharukan menjelang perayaan Tahun Baru Imlek. ”Gus Dur adalah pahlawan bagi warga Tionghoa, Bapak Tionghoa Indonesia. Foto ini mengingatkan kembali bahwa dari peran almarhumlah, warga Tionghoa akhirnya dihargai, diakui keberadaannya, dan diberi penghormatan, kesempatan untuk bisa merayakan Tahun Baru Imlek,” ujarnya.
Foto ini mengingatkan kembali bahwa dari peran almarhumlah, warga Tionghoa akhirnya dihargai, diakui keberadaannya, dan diberi penghormatan serta kesempatan untuk bisa merayakan Tahun Baru Imlek. (Budi Raharjo)
Sekretaris Yayasan Hok An Kiong, Hings Hartanto, mengatakan, jasa dan peran Gus Dur sampai kapan pun tidak akan terlupakan. Dengan semangat mendiang yang sangat menghargai keberagaman dan kebinekaan, umat Tionghoa pun bisa merayakan hari raya seperti warga lainnya. ”Dengan peran besarnya, kami sungguh menyadari bahwa Gus Dur memang merupakan Bapak Pluralisme Indonesia,” ujarnya.
Penerimaan foto ini, menurut dia, diharapkan dapat menjadi titik awal dimulainya gerakan toleransi dan gerakan menghargai perbedaan secara masif di seluruh Indonesia. Adapun foto Gus Dur itu akan dipasang di aula TITD Hok An Kiong, yang selama ini juga sering digunakan untuk aktivitas kelompok lintas agama. Dengan penempelan foto tersebut, diharapkan banyak orang juga bisa belajar dan meniru keteladanan Gus Dur.
Sebelum meninggal, menurut Hings, mendiang Gus Dur belum pernah berkunjung ke TITD Hok An Kiong. Namun, putri-putri almarhum dan berbagai tokoh lainnya, sudah beberapa kali datang dan menggelar berbagai acara di tempat tersebut.