Pembunuhan dan pembakaran diskotek yang menewaskan 18 orang di Kota Sorong, Papua Barat, menjadi pembelajaran penting untuk membangun perdamaian di kota majemuk itu ke depan.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·4 menit baca
Harapan untuk kedamaian Kota Sorong, Papua Barat, dan Indonesia pada umumnya mengiringi pemberangkatan jenazah salah satu korban pembakaran diskotek di Kota Sorong awal pekan lalu. Seperti Indah Sukmadani (24) alias DJ Indah Cleo, yang menjadi salah satu korban, bekerja untuk membangun kehidupan yang baik, warga Sorong diharapkan hidup berdampingan untuk meraih kehidupan yang lebih baik ke depan.
Setelah melalui serangkaian proses, keluarga Indah Sukmadani, salah satu korban pembakaran Diskotek Double O, Kota Sorong, akhirnya lega. Dalam duka mendalam, terselip rasa syukur besar karena jenazah perempuan yang dikenal juga dengan nama DJ (disjoki/disc jockey) Indah Cleo itu berhasil diidentifikasi lebih cepat.
Dua jenazah lain yang juga telah diidentifikasi adalah Vicram Kenoras dan Ferman Syahputra. Jenazah Indah dan Ferman diberangkatkan dengan pesawat ke Sumatera Barat dan Sumatera Selatan, Minggu (30/1/2022). Sementara jenazah Vicram masih berada di RSUD Sele Be Solu, Kota Sorong, menunggu keluarga untuk mengambilnya. Kepolisian masih berupaya mengidentifikasi 14 jenazah lain.
”Kami akan penuhi permintaan almarhumah untuk dimakamkan di samping kuburan ayahnya,” ujar Soni (49), paman DJ Indah Cleo, dengan mata sembab saat ditemui di Bandara Domine Eduard Osok, Kota Sorong, Minggu.
Jenazah Indah menurut rencana dikuburkan pada Senin (31/1/2022) di Kabupaten Agam (bukan Bukittinggi seperti yang disebutkan dalam berita-berita sebelumnya), Sumatera Barat. Permintaan agar dikuburkan di samping kuburan ayah adalah harapan DJ Indah Cleo sendiri, yang baru tiga hari bekerja di tempat hiburan tersebut sebelum naas menimpanya. Ia utarakan keinginan itu kepada Sukmawardani (22), adiknya, melalui percakapan aplikasi telepon saat huru-hara di dalam diskotek mulai terjadi.
Bentrokan antara dua kelompok warga pecah pada Senin-Selasa (24-25/1/2022) di Jalan Sungai Maruni, Distrik Sorong Timur, di dekat Diskotek Double O. Akibatnya, seorang warga tewas dibacok. Hal itu memicu bentrokan lanjutan hingga dibakarnya Diskotek Double O yang menyebabkan tewasnya 17 orang. Para korban terjebak di dalam ruangan di lantai dua diskotek.
Soni menyatakan, selama empat hari di Sorong, ia memantau dan merasakan kota itu aman dan damai. ”Saya mau sampaikan bawah Sorong ini aman, terlepas dari tragedi yang lalu. Ini akan saya sampaikan ke semua orang,” ujarnya saat datang ke Sorong pada Kamis (27/1/2022) bersama dua adik DJ Indah Cleo.
Ia berpesan agar tragedi yang menimpa keponakannya dan 17 orang lainnya itu menjadi yang terakhir terjadi di Sorong dan Indonesia pada umumnya. Semua warga, di mana pun dan ke mana pun mereka berada, ingin mencari nafkah agar kehidupannya menjadi lebih baik.
”Janganlah ini terjadi lagi. Ini terakhir untuk kita semua di tanah air yang kita cintai ini. Mari kita hidup bersama secara damai di mana pun kita berada,” katanya sembari menyerahkan penegakan hukum atas kejadian naas tersebut kepada kepolisian.
Seperti DJ Indah, sekitar 250.000 warga di Sorong hidup untuk mengubah keadaan dan menggapai masa depan yang lebih baik. Kota yang merupakan pintu masuk untuk wilayah darat Papua Barat dan destinasi wisata nasional Raja Ampat itu sudah sejak lama menjadi rumah bagi anak bangsa dari berbagai suku, agama, dan latar belakang. Kota itu adalah kota bersama bagi semua orang.
Kota ini simbol dari Nusantara. Mari kita jaga bersama.
Jean Toisuta (41), warga Kota Sorong, menuturkan, dirinya masuk ke Sorong pada 1995. Saat itu, warga Sorong sudah sangat beragam. Ada suku-suku dari Flores, ada orang Batak dari Sumatera, ada suku-suku dari Sulawesi Selatan, suku-suku dari Maluku dan Maluku Utara, pun suku-suku di Papua dan Papua Barat. ”Kota ini simbol dari Nusantara. Mari kita jaga bersama,” ucap warga yang berasal dari Maluku dan berprofesi sebagai guru ini.
Tokoh masyarakat Hengki Korwa (55) berharap semua tokoh masyarakat, kepala suku, atau ketua kerukunan warga di Sorong selalu mengingatkan warganya untuk menjaga kedamaian di tengah kemajemukan. Jika ada masalah, para tokoh masyarakat harus cepat mengambil langkah untuk melakukan mediasi sehingga masalah tidak berkembang.
Pertemuan para tokoh lintas suku ataupun kelompok ke depan diperlukan untuk terus membangun komitmen hidup bersama dalam damai dan harmoni. ”Kita perlu duduk berdiskusi tentang keamanan dan ketertiban bersama agar tak terjadi hal-hal seperti yang terjadi beberapa waktu lalu,” ujarnya.
Kota Sorong merupakan pintu gerbang menuju Papua Barat daratan dan lautan, termasuk ke destinasi wisata kelas dunia Raja Ampat. Kota yang separuh terhubung dengan laut itu terus berkembang menjadi kota maju. Toko, pusat perbelanjaan modern, toko ritel modern, dan perbankan tumbuh subur di kota yang memiliki luas 1.105 kilometer persegi itu.
Kehidupan bersama yang damai antarwarga dari berbagai latar belakang tentu menjadi prasyarat agar kota terus berkembang dan menjadi tanah impian untuk semua warganya. Tragedi pada awal pekan lalu terlalu mahal untuk tak menjadi pembelajaran berharga dalam membangun Sorong yang penuh harmoni ke depan.