Jutawan dan Miliarder Tuban Kini Merawat ”Uang Lahan” Kilang Minyak
Uang ratusan juta hingga miliaran rupiah hasil pembebasan lahan pembangunan kilang minyak di Tuban ada yang sudah habis, ada yang berkembang. Kini, sebagian warga masih menuntut pekerjaan.

Musanam (60) berjualan di depan rumahnya yang dibangun dari uang pembebasan lahan pembangunan kilang minyak di Desa Wadung, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Kamis (27/1/2022).
Setahun lalu, warga desa di sekitar kilang minyak Pertamina di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, menjadi jutawan dan miliarder dadakan dari proyek pembebasan lahan. Warga yang mayoritas hidup sederhana dari hasil pertanian mendadak mengelola uang ratusan juta hingga miliaran rupiah. Ada yang tambah kaya, ada pula yang mulai ketar-ketir.
Salah satu miliarder yang masih eksis adalah Siti Nurul Hidayatin, warga Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu. Perempuan guru sekaligus pemilik Taman Kanak-Kanak Nurul Huda itu mendadak tajir dengan tambahan harta Rp 18 miliar pada Februari 2021. Uang itu hasil pembebasan lahan seluas 2,7 hektar.
Nurul lantas membeli empat mobil baru, yakni Honda HRV, Toyota Innova Reborn, Daihatsu Grandmax, dan Mitsubishi L300. Ia juga membeli lahan di sejumlah lokasi. Selain itu, sebagian uangnya diinvestasikan di sektor pertanian dengan menanam modal pada usaha pengolahan pascapanen komoditas gabah.
”Untuk hidup sehari-hari ya biasa saja. Kebutuhan harian tetap dicukupi dari gaji guru dan usaha suami. Uang hasil pembebasan lahan juga didepositokan di bank agar uangnya tidak habis dan ada tambahan pemasukan. Hal itu untuk menjamin kelangsungan kehidupan di masa depan,” tutur Nurul, Kamis (26/1/2022).
Baca juga : Pegang Uang Miliaran, Ratusan Warga Sumbergeneng Tuban Beli 3-4 Mobil Sekaligus
Kondisi Desa Sumurgeneng kini memang tak lagi sama. Banyak bangunan rumah yang dulu sederhana direnovasi menjadi lebih megah, bahkan mewah. Hunian keluarga yang sebelumnya hanya satu lantai dibangun menjadi dua lantai. Halaman depan yang dulu tanah diubah dengan keramik.

Rumah warga Desa Wadung, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, yang telah direnovasi setelah mendapat uang pembebasan lahan dari PT Pertamina (Persero), Kamis (27/1/2022).
Tidak hanya itu, di jalan desa yang dulu didominasi sepeda motor, kini berlalu lalang mobil-mobil berbagai merek, seperti Toyota, Honda, dan Daihatsu. Mobil-mobil itu mengantarkan pemiliknya bepergian untuk urusan pekerjaan atau sekadar jalan-jalan ke kota.
Sedikitnya 200 warga pemilik 225 hektar lahan menerima ganti rugi dari Pertamina untuk pembangunan kilang minyak grass root refinery bekerja sama dengan Rusia, Februari 2021. Mereka menjadi miliarder setelah lahannya dibeli Rp 500.000-Rp 800.000 per meter persegi.
Kepala Desa Sumurgeneng Gihanto mengatakan, harga pembelian lahan tersebut tergolong tinggi. Dengan harga itu, warga terdampak bisa membeli lahan pertanian pengganti di desa lain seharga Rp 150.000-Rp 250.000 per meter persegi. Praktis, mereka mendapat lahan pengganti lebih luas dari sebelumnya sehingga hasil pertanian yang diperoleh bisa lebih banyak.
Dengan tetap memiliki lahan, para petani kembali bertani dan tidak kehilangan pekerjaan yang telah lama ditekuni. Lokasi lahan itu hanya menjadi lebih jauh jaraknya dari rumah tinggal. Selain itu, banyak warga penerima ganti rugi lahan Pertamina yang membuka usaha baru atau memilih menyimpan sisa uangnya di bank.
Baca juga : Mobil-mobil Mewah Dadakan di Sumurgeneng
”Apabila hasil ganti rugi tersebut dibelikan lahan dengan luasan yang sama dengan lahan sebelumnya, warga masih memiliki sisa uang. Uang sisa itulah yang dibelikan mobil dan membangun rumah. Sekarang ini hampir 90 persen rumah di Sumurgeneng kondisinya bagus, bahkan mewah,” kata Gihanto.

Rumah warga Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, yang telah direnovasi setelah mendapat uang pembebasan lahan dari PT Pertamina (Persero), Kamis (27/1/2022).
Dia menambahkan, sejumlah pemuda di Desa Sumurgeneng juga mengikuti proses rekrutmen tenaga kerja di PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) Tuban. Mereka melamar pekerjaan sesuai dengan latar belakang pendidikan dan keterampilan yang dimiliki. Hingga saat ini, misalnya, tidak kurang dari 67 orang diterima sebagai tenaga pengamanan atau sekuriti.
Saya juga minta supaya anak saya dipekerjakan sebagai tenaga pengamanan (satpam) di proyek. (Luluk)
”Harapannya, akan lebih banyak lagi penduduk desa yang bisa diserap bekerja di proyek pembangunan kilang. Proses rekrutmen ini dilakukan secara bertahap sesuai kebutuhan perusahaan,” ucap Gihanto.
Tuntutan terkini
Area kilang Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) Tuban berada di enam desa, yakni Wadung, Sumurgeneng, Rawasan, Mentoso, Kaliuntu, dan Beji. Ratusan pemuda dari enam desa tersebut, Senin (24/1/2022), berunjuk rasa di depan pintu masuk Pertamina Rosneft Pengolahan Petrokimia (PRPP), salah satu proyek yang dikembangkan di TPPI Tuban.
Dalam aksinya, warga terdampak relokasi menuntut dipekerjakan sebagai tenaga pengamanan dan tenaga kerja lainnya, seperti pembersih rumput, dalam proyek pembangunan kilang yang ditargetkan beroperasi pada 2026 itu. Massa juga memprotes kebijakan rekrutmen karyawan dengan batasan usia maksimal 50 tahun karena mempersempit peluang warga mendapatkan pekerjaan.
Padahal, banyak warga terdampak pembangunan kilang minyak yang saat ini butuh pekerjaan. Salah satunya Musanam (60), warga Desa Wadung, yang pernyataannya viral di media sosial. Sejak lahannya dibeli oleh perusahaan Rp 500 juta, pada Agustus 2020, ia tak punya lahan garapan. Demi memenuhi kebutuhan harian, ia menjual ternaknya.

Rumah warga Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, yang telah direnovasi setelah mendapat uang pembebasan lahan dari PT Pertamina (Persero), Kamis (27/1/2022).
”Dari enam ekor sapi milik saya, sudah tiga ekor yang terjual sehingga tersisa tiga ekor yang masih dipelihara. Saya minta dipekerjakan sebagai pembersih rumput seperti yang dijanjikan oleh perusahaan saat akan membeli tanah,” ujar Musanam saat ditemui di rumahnya yang berlantai dan berdinding keramik.
Kondisi serupa dialami pasangan Mujiono (38) dan Luluk (38), warga Wadung. Dari hasil pembebasan lahan, pasangan ini menerima Rp 700 juta yang dibelikan tanah dan membangun rumah dengan desain modern, lengkap dengan garasi mobil. Di sana ”rumah” Toyota Agya.
Baca juga : Desa Mendadak Kaya, Sudah Tuban Kini Kuningan
Mujiono bekerja sebagai buruh tani, sedangkan istrinya ibu rumah tangga. Pasangan yang dikaruniai seorang anak yang baru lulus SMA ini menuntut dipekerjakan di proyek kilang Pertamina. Tuntutan itu pun sudah dipenuhi. Dua hari terakhir, Mujiono dipekerjakan sebagai pembersih rumput dalam proyek land clearing.
”Saya juga minta supaya anak saya dipekerjakan sebagai tenaga pengamanan (satpam) di proyek,” kata Luluk.
Kebutuhan terhadap pekerjaan juga disampaikan Mukiyi (61), warga Desa Wadung lainnya. Dia menerima ganti rugi Rp 2,5 miliar hasil menjual 2,4 hektar tanah. Uang itu dibelanjakan membeli aneka kebutuhan keluarga dan sebagian ditabung. Tabungannya terus berkurang karena tak ada pekerjaan. Ia meminta dipekerjakan sebagai pembersih rumput di proyek kilang minyak.

Kilang minyak Pertamina Tuban di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Kamis (27/1/2022).
Saat masih menggarap lahan, Mukiyi mendapat penghasilan Rp 40 juta setiap kali panen. Lahannya ia tanami jagung yang ditumpang sari tanaman cabai. Penghasilan itu menghidupi keluarganya.
Pembersih rumput
Kepala Desa Wadung Sasmita mengatakan, setelah ada unjuk rasa warga yang menuntut dipekerjakan, pihak perusahaan sudah memberi tanggapan. Salah satunya menyerap tenaga kerja lokal untuk pekerjaan land clearing atau pembersihan lahan.
”Dalam pekerjaan pembersihan lahan tersebut, Pertamina sangat mungkin menggunakan alat berat. Namun, dalam rangka pemberdayaan warga, perusahaan menggunakan tenaga kerja pembersih rumput,” ujar Sasmita.
Meski demikian, menurut Sasmita, hingga saat ini belum semua warga yang terdampak proyek diberdayakan oleh perusahaan. Hal itu karena proyek kilangnya sendiri belum berjalan maksimal.
Warga Desa Wadung yang butuh pemberdayaan itu sebanyak 65 keluarga di Dusun Tadahan. Meski sudah menerima ganti rugi, warga yang mayoritas petani dan buruh tani ini kesulitan mencari pekerjaan. Pihaknya berharap segera ada program pemberdayaan masyarakat sehingga warga mampu beradaptasi dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri.
Public Relation and Corporate Social Responsibility (CSR) Section Head TPPI Tuban Taheran Sidik Prabowo mengatakan, hingga saat ini belum ada pernyataan resmi dari pihak perusahaan terkait dengan unjuk rasa yang dilakukan oleh aliansi masyarakat dari enam desa tersebut.
Keputusan sudah diambil dan semua sudah menerima manfaat. Namun, persoalan terkininya masih saja tersisa. Semoga segera ada jalan keluar yang melegakan banyak pihak.
Baca juga : Mimpi Balongan Ingin Bahagia seperti Tuban