Peternak Lokal Lampung Tunggu Hasil Pengembangan Belgian Blue
Rencana pemerintah untuk mengembangkan sapi belgian blue didukung oleh peternak lokal. Kendati begitu, mereka membutuhkan bukti konkret jika pengembangan sapi tersebut benar-benar menguntungkan peternak.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Peternak sapi lokal di Lampung mendukung rencana pemerintah untuk mengembangkan sapi jenis belgian blue melalui program inseminasi buatan. Kendati begitu, peternak lokal masih menunggu hasil pengembangan sapi tersebut.
”Kami masih membutuhkan pembuktian mutu genetik keturunan sapi yang dihasilkan. Sampai saat ini belum ada bukti apakah keturunan betina yang dihasilkan mempunyai kemampuan reproduksi yang baik,” kata Ketua Asosiasi Peternak dan Pegiat Sapi Lokal Lampung Nanang P Subendro saat dihubungi dari Bandar Lampung, Rabu (26/1/2022).
Nanang menilai, program pemerintah meningkatkan populasi sapi dengan mengembangkan sapi belgian blue membutuhkan kajian yang lebih lama. Alasannya, penyilangan sapi belgian blue dengan sapi betina lokal juga memiliki beberapa risiko.
Salah satu risikonya,sapi betina rentan menjalani operasi caesar saat melahirkan. ”Selain biaya yang cukup mahal, operasi caesar juga berisiko bagi keselamatan sapi betina,” ujar Nanang.
Selain itu, peternak lokal juga membutuhkan kajian tentang kemampuan reproduksi keturunan sapi betina dari hasil penyilangan tersebut. Selama ini, pedet betina sudah bisa bereproduksi pada usia 12-14 bulan.
”Jika masa reproduksinya lebih panjang, artinya biaya perawatan sapi juga meningkat. Untuk satu ekor sapi, peternak membutuhkan biaya sekitar Rp 450.000,” katanya.
Menurut dia, selama ini peternak lokal melakukan inseminasi buatan dengan menyilangkan sapi jenis limousin, simental, atau brahman dengan sapi betina lokal melalui inseminasi buatan. Pedet yang dihasilkan dari hasil inseminasi buatan itu telah terbukti unggul dan dengan tingkat keberhasilan cukup tinggi.
Sebelumnya, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Lampung Lili Marwati mengatakan, tahun ini Pemerintah Provinsi Lampung melakukan pengembangan sapi belgian blue di sembilan kabupaten. Untuk program tersebut, pihaknya akan mulai mendistribusikan sedikitnya 10.000 dosis semen beku embrio belgian blue untuk kebutuhan inseminasi buatan.
Sat ini, pengembangan sapi belgian blue sudah dimulai di Kabupaten Lampung Tengah. Ke depan, pengembangan serupa juga akan dilakukan di kabupaten lain, antara lain Lampung Timur, Lampung Selatan, Tulang Bawang, Mesuji, Tanggamus, dan Pesawaran.
Untuk mempercepat program pengembangan belgian blue, Pemprov Lampung juga meminta tambahan sebanyak 15.000 dosis semen beku embrio kepada Kementerian Pertanian. Semen beku embrio tambahan tersebut akan segera didistribusikan ke beberapa daerah berdasarkan populasi sapi dan ketersediaan inseminator di daerah.
”Sapi belgian blue ini bisa dikembangkan melalui persilangan. Induk sapi lokal sebagai resipien embrio transfer sapi belgian blue. Tapi, ini diseleksi dahulu, minimal sudah pernah melahirkan dua kali sebab pedetnya cukup besar,” paparnya
Seleksi indukan itu dilakukan untuk memperkecil risiko kelahiran dengan operasi caesar. Dengan kelahiran normal, tingkat risiko kematian indukan ataupun pedet akan lebih rendah. Biaya operasional juga bisa ditekan.
Pengembangan sapi belgian blue merupakan program nasional yang juga dilakukan di beberapa daerah. Sapi itu dianggap bisa meningkatkan produksi daging sapi nasional karena memiliki keunggulan bobot yang lebih besar. Satu ekor sapi bisa memiliki bobot 700 kilogram hingga 1 ton. Selain itu, massa otot sapi juga lebih banyak sehingga komposisi daging lebih besar.
Selain pengembangan sapi belgian blue, Lampung juga akan mengembangkan sapi lokal krui. Sapi yang telah diakui sebagai jenis sapi unggul lokal itu akan dikembangkan di Kabupaten Pesisir Barat, Lampung.