Harga Minyak Goreng di Magelang Sulit Dikendalikan
Pemerintah daerah merasa tidak bisa mengintervensi penetapan harga minyak goreng di pasar. Sementara itu, pedagang pasar pun kebingungan untuk menetapkan harga ideal.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Harga minyak goreng di sejumlah pasar tradisional di Kota Magelang, Jawa Tengah, masih lebih tinggi ketimbang harga yang ditetapkan pemerintah. Pemerintah daerah kesulitan mengintervensi hal ini.
Berdasarkan pantauan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Magelang, harga minyak goreng di tiga pasar di Kota Magelang, hingga Sabtu (22/1/2022), berkisar Rp 20.000-Rp 21.000 per liter. Besaran itu lebih besar ketimbang harga yang ditetapkan pemerintah Rp 14.000 per liter.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Magelang Catur Fajar Budi Sumarmo mengatakan, pedagang pasar tidak mungkin diminta menekan harga. Alasannya, harga pembelian grosir yang didapat dari pengepul di atas Rp 14.000 per liter.
”Kami tidak bisa melakukan apa-apa. Kami hanya bisa menunggu, kebijakan apa yang akan dilakukan pemerintah pusat untuk mengendalikan harga minyak goreng hingga ke pasar-pasar,” ujarnya, Minggu (23/1/2022). Dia mengklaim, persediaan minyak goreng masih mencukupi.
Catur juga mengatakan tengah mengajukan permintaan 1.000 liter minyak goreng bersubsidi untuk operasi pasar. Namun, hingga kini belum ada kepastian terkait jadwal dan alokasi minyak gorengnya.
Sementara itu, di Kabupaten Magelang, sejumlah pedagang pasar kebingungan menyikapi penyaluran minyak goreng bersubsidi dari pemerintah. Sebagian pedagang memilih tetap menjual stok minyak Rp 20.000-Rp 21.000 per liter. Sementara pedagang lainnya terpaksa menjual dengan harga Rp 14.000 per liter.
Satiroh (52), pedagang di Pasar Borobudur, mengatakan, setelah pemerintah menetapkan kebijakan minyak goreng satu harga, mulai Kamis (20/1/2022), dia terpaksa menurunkan harga minyak goreng. Dari sebelumnya Rp 20.000-21.000 per liter menjadi Rp 14.000 per liter.
”Banyak pelanggan menawar dan ingin membeli minyak goreng dengan harga Rp 14.000 per liter. Jika tetap bertahan dengan harga lama, saya khawatir stok minyak goreng akan menumpuk karena tidak laku,” ujarnya.
Satiroh mengatakan, penetapan harga minyak goreng di kiosnya menjadi Rp 14.000 per liter ini akan terus dilakukan hingga stok tiga kardus minyak goreng di kiosnya habis. Satu kardus berisi 12 liter minyak goreng.
Sembari menghabiskan stok, dia pun memutuskan tidak akan kembali membeli minyak goreng untuk menambah persediaan. Padahal, dia biasa berbelanja, menambah stok sebanyak dua hingga tiga kardus minyak goreng per hari. Setelah stok habis, Satiroh juga memutuskan untuk tidak membeli minyak goreng terlebih dahulu.
”Saya akan lihat, apakah harga minyak goreng masih tetap Rp 14.000 per liter atau akan kembali ke harga lama seperti sekarang,” ujarnya. Dia masih bingung karena pengepul masih menawarkan minyak goreng dengan harga tinggi.
Sementara itu, Insiya (44), pedagang lainnya, mengatakan, stok minyak goreng yang dimilikinya tinggal 15 liter. Namun, dia tetap menjualnya Rp 20.000. ”Harga minyak goreng tidak mungkin saya turunkan lagi. Dengan harga Rp 20.000 per liter saja, saya sebenarnya hanya mendapatkan keuntungan Rp 1.000 per liter,” ujarnya.