Antisipasi Bencana di Jateng, Warga di Daerah Rawan agar Aktifkan Ronda Malam
Daerah-daerah rawan bencana banjir, rob, dan tanah longsor diminta mewaspadai hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di Jateng. Ronda malam di daerah rawan bencana diminta diaktifkan.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·2 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Banjir rob dan tanah longsor menjadi dua bencana alam yang perlu diwaspadai pada puncak musim hujan di Jawa Tengah. Masyarakat di daerah rawan bencana diminta bersiaga saat hujan turun dan selalu menjaga kebersihan saluran air. Ronda malam juga bisa diaktifkan di wilayah rawan bencana.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Semarang memperkirakan, hujan sedang hingga lebat masih akan terus mengguyur sejumlah wilayah di Jateng hingga dua hari ke depan. Masyarakat di daerah rawan longsor, seperti Bumiayu, Brebes; Moga, Pemalang, Bumijawa, Tegal; Loano, Purworejo; Purwantoro, Wonogiri; Selo, Boyolali; Kaloran, Temanggung; dan Kalibening, Banjarnegara, diminta waspada.
Selain longsor, masyarakat pesisir pantai utara Jateng juga diminta mewaspadai potensi banjir rob pada Jumat-Sabtu (21-22/1/2022). Hal itu terjadi seiring fenomena fase bulan purnama. ”Masyarakat kami imbau selalu waspada untuk mengantisipasi dampak banjir pesisir. Banjir pesisir ini juga mengganggu transportasi di sekitar pelabuhan dan pesisir, aktivitas petani garam dan perikanan darat, serta kegiatan bongkar muat di pelabuhan,” ujar Sediyanto, prakirawan cuaca dari Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas Semarang, dalam keterangannya, Jumat.
Imbauan kewaspadaan terhadap bencana juga disampaikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pekalongan. Sebab, pada Rabu (19/1/2022), sejumlah daerah di Kecamatan Pekalongan Utara dan Pekalongan Barat dilanda banjir dengan ketinggian mencapai 60 sentimeter. Akibat kejadian itu, lebih dari 100 orang terpaksa mengungsi.
Menurut Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana BPBD Kota Pekalongan Dimas Arga Yudha, banjir pada Rabu malam tidak hanya terjadi akibat pasang air laut. Penyebab lain, yakni melimpasnya air yang tak tertampung oleh drainase di permukiman.
”Mengingat puncak musim hujan masih akan berlangsung hingga Februari, kami berharap masyarakat di bantaran sungai atau tinggal di wilayah rawan banjir untuk memastikan saluran air di lingkungan rumahnya lancar. Jangan membuang sampah sembarangan dan terlibat aktif memperbaiki tanggul-tanggul sungai yang rawan jebol secara mandiri ataupun bergotong-royong untuk meminimalkan potensi air limpas,” kata Dimas.
Dimas menambahkan, pihaknya terus menjalin koordinasi lintas sektor bersama TNI, Polri, dan sukarelawan kebencanaan untuk memantau ataupun patroli ke sejumlah wilayah rawan bencana. Selain itu, BPBD Kota Pekalongan juga menyiagakan posko kebencanaan, menyebarluaskan informasi kebencanaan, dan menyiapkan fasilitas pendukung pelayanan pengungsi.
Sementara Kepala BPBD Jateng Bergas Catursasi Penanggungan meminta agar ronda malam diaktifkan selama puncak musim hujan. Selain itu, BPBD di kabupaten/kota diimbau mendirikan posko siaga bencana yang aktif selama 24 jam selama puncak musim hujan.
”Dengan adanya ronda malam, potensi bencana bisa dideteksi lebih awal. Hal itu bisa meminimalkan dampak yang timbul jika bencana terjadi,” tuturnya.