Kebijakan Satu Harga dan Subsidi Belum Turunkan Harga Minyak Goreng di Semarang
Harga minyak goreng di Kota Semarang, Jawa Tengah, tak kunjung turun kendati sudah ada kebijakan satu harga dan penyaluran minyak goreng subsidi. Pedagang masih diberi peluang menghabiskan stok lama.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Seiring kebijakan minyak goreng satu harga, yakni Rp 14.000 per liter untuk minyak goreng kemasan, pemerintah juga menyalurkan minyak goreng subsidi ke daerah. Meski demikian, kebijakan itu belum mampu menekan harga komoditas minyak goreng di Kota Semarang, Jawa Tengah.
Di Kota Semarang, minyak subsidi sudah disalurkan ke sejumlah kecamatan sejak pekan lalu. Kendati demikian, Dinas Perdagangan (Disperdag) Kota Semarang mengaku belum memiliki data pasti penyaluran minyak.
”Kami masih menunggu informasi lebih lanjut dari pemerintah pusat terkait jumlah minyak yang dialokasikan untuk Kota Semarang. Sebab, penyaluran langsung dilakukan oleh pemerintah pusat, jadi kami tidak punya datanya. Namun, kami mengajukan subsidi minyak goreng sekitar 5.000 liter,” kata Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan dan Stabilitasi Harga Disperdag Kota Semarang Sugeng Dilianto, Kamis (20/1/2022).
Seperti diketahui, per 19 Januari 2022, pemerintah menerapkan kebijakan minyak goreng satu harga, yaitu Rp 14.000 per liter, untuk minyak goreng kemasan sederhana dan premium. Jumlah minyak goreng bersubsidi yang akan digelontorkan selama enam bulan mencapai 1,5 miliar liter. Pemerintah menyediakan dana Rp 7,6 triliun untuk menutup selisih harga keekonomisan dan harga eceran tertinggi. Harga keekonomisan minyak goreng akan dievaluasi setiap bulan dengan melihat pergerakan harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) global (Kompas, 20/1/2022).
Berdasarkan pantauan, minyak goreng subsidi seharga Rp 14.000 per liter belum ditemukan di pasar-pasar tradisional ataupun toko-toko kelontong di Kota Semarang. Di Pasar Johar, misalnya, harga minyak goreng kemasan masih berkisar Rp 19.000 hingga Rp 21.000 per liter. Harga itu masih belum turun signifikan dibandingkan dengan Desember 2021, yakni Rp 25.000 per liter.
”Minyak goreng subsidi belum masuk ke pasar (tradisional). Saat ini kami masih menjual (minyak goreng) stok bulan lalu. Harga kulakannya waktu itu sekitar Rp 24.000 per liter. Sekarang paling tinggi saya jual Rp 21.000 per liter biar cepat habis,” ujar IIn (30), penjual sembako di Pasar Johar.
Sementara itu, minyak goreng subsidi sudah sampai di sejumlah toko modern, awal pekan ini. Sebuah toko modern di kawasan Semarang Timur, misalnya, mendapatkan alokasi sebanyak 25 liter. Minyak goreng subsidi kemasan sederhana itu langsung habis dibeli masyarakat dalam waktu kurang dari satu jam. ”Belum ada satu jam sudah ludes dibeli masyarakat. Aturannya setiap orang hanya bisa membeli maksimal 2 liter,” ucap Eko (24), petugas kasir toko.
Sejak saat itu, belum ada lagi minyak goreng subsidi yang masuk ke toko tempat Eko bekerja. Hal itu membuat harga minyak goreng di tokonya masih tinggi, sekitar Rp 22.000 per liter.
Sulitnya mendapat minyak goreng subsidi dikeluhkan Dani Utomo (34), warga Kecamatan Candisari. Dia mengaku sudah berkeliling ke sejumlah toko modern, swalayan, hingga pasar tradisional, tetapi tak kunjung menemukan minyak subsidi.
”Saya masih belum menemukan minyak goreng yang harganya Rp 14.000 per liter. Karena sulit, saya beli yang biasa. Dapat harga paling murah Rp 20.000, tetapi di Kabupaten Semarang,” katanya.
Dani berharap jumlah minyak goreng subsidi yang disalurkan ke daerah ditambah. Dengan begitu, harga minyak goreng yang melambung di pasaran bisa segera turun.
Belum tersedianya minyak goreng subsidi di pasar-pasar tradisional terjadi karena para pedagang masih diberi waktu menghabiskan stok minyak lama mereka sesuai harga kulakan. (Sugeng Dilianto)
Dilianto menuturkan, belum tersedianya minyak subsidi di pasar-pasar tradisional terjadi karena para pedagang masih diberi waktu menghabiskan stok minyak lama mereka sesuai harga kulakan. Penyesuaian harga minyak goreng yang dijual di pasar diharapkan bisa terjadi paling lambat sepekan setelah kebijakan minyak goreng satu harga mulai diterapkan.
Secara terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jateng Muhammad Arif Sambodo mengungkapkan, kebutuhan minyak goreng di wilayahnya berkisar 20 juta-25 juta liter per bulan. Kendati mengaku belum tahu jumlah alokasi minyak goreng untuk wilayahnya, Arif memastikan jumlah minyak goreng subsidi disesuaikan dengan kebutuhan setiap daerah.
”Masyarakat tak perlu risau. Jumlah minyak goreng yang disiapkan pemerintah akan disesuaikan dengan kebutuhan daerah,” katanya.