Bus Trans Sidoarjo Beroperasi Lagi Setelah Dua Tahun Berhenti Layani Masyarakat
Bus Trans Sidoarjo kembali beroperasi pada pertengahan tahun ini. Kehadiran angkutan penumpang umum tersebut diharapkan mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap moda transportasi massa yang nyaman dan aman.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS – Bus Trans Sidoarjo diproyeksikan kembali beroperasi pada pertengahan tahun 2022. Kehadiran angkutan penumpang umum tersebut diharapkan mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap moda transportasi massa yang nyaman dan aman. Hal itu sekaligus menjadi salah satu solusi untuk mengurangi beban kemacetan di daerah penyangga Surabaya.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo Benny Airlangga mengatakan, rencana pengoperasian kembali Bus Trans Sidoarjo (BTS) merupakan kebijakan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan informasi yang dia terima, kendaraan tersebut dijadwalkan kembali melayani masyarakat pada Juni 2022.
”Saat ini, sejumlah persiapan mulai dikerjakan. Menurut rencana, terdapat sejumlah perubahan dari kebijakan BTS sebelumnya,” ujar Benny, Selasa (18/1/2022).
Bus rapid transit Trans Sidoarjo resmi beroperasi pada 21 September 2015. Bus ini sejak awal dioperasikan untuk melayani masyarakat umum, seperti pekerja pabrik, pekerja kantoran, pelajar, dan pedagang pasar tradisional. Kehadirannya untuk memudahkan mobilitas masyarakat dan mendukung perputaran roda perekonomian di ”Kota Delta”, sebutan Sidoarjo yang berada di delta Sungai Brantas.
Pada awal pengoperasian, jumlah armada BTS mencapai 15 unit bus berukuran besar atau dengan kapasitas penumpang lebih dari 50 orang. Bus bantuan dari Kementerian Perhubungan ini berhenti di 15 halte. Adapun durasi pemberhentian di setiap halte mencapai 4 menit. Jarak antarbus sekitar 10 menit.
BTS beroperasi mulai pukul 06.00 hingga pukul 18.00 dengan rute Terminal Purabaya Surabaya menuju pusat kota Sidoarjo melalui tol atau jalan bebas hambatan. Setelah itu, bus akan melewati tengah kota, Pasar Larangan, sejumlah kampus, dan menuju Terminal Porong. Adapun tarif yang ditetapkan untuk penumpang sebesar Rp 5.000 per orang.
Dalam perjalanannya, jumlah armada BTS yang beroperasi turun. Hal itu menyesuaikan dengan tingkat okupansi penumpang dan mempertimbangkan efisiensi biaya operasional armada. Operasionalisasi BTS kemudian berhenti total pada masa pandemi Covid-19 tahun 2020 dan 2021 karena ada kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Menurut rencana, terdapat sejumlah perubahan dari kebijakan BTS sebelumnya.
Benny mengatakan, berdasarkan rencana pengoperasian BTS pada tahun ini, armada yang digunakan lebih kecil dengan kisaran kapasitas 20 penumpang. Hal itu didasarkan pada hasil evaluasi terhadap tingkat okupansi penumpang dan fleksibilitas layanan terutama memudahkan pengambilan penumpang.
Meski armada yang digunakan lebih kecil, jumlah unit bus akan diperbanyak. Untuk rencana awal, sekitar 30 unit disiapkan dan akan ditambah sesuai perkembangan di lapangan.
”Selain perubahan pada armada yang digunakan, rute atau trayek yang akan dilalui oleh BTS ini menurut rencana juga akan direvisi,” ucap Benny.
Menurut Benny, BTS akan melayani rute atau perjalanan penumpang Sidoarjo menuju Gresik. Trayek angkutan ini akan terintegrasi dengan Bus Trans Semanggi Suroboyo. Kebijakan itu diharapkan mampu menarik minat masyarakat dalam menggunakan moda transportasi umum.
Infrastruktur penunjang
Dalam upaya menyambut beroperasinya kembali BTS dengan format baru tersebut, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo mulai menyiapkan infrastruktur penunjang. Salah satu yang paling vital adalah halte bus atau tempat penurunan dan pengambilan penumpang. Dari 15 halte yang sudah dibangun, sebagian ada yang rusak sehingga butuh perbaikan.
Selain itu, terkait dengan rencana perubahan rute layanan BTS, pemda juga perlu menyiapkan halte baru, baik yang bersifat permanen maupun portabel. Benny mengatakan, Pemkab Sidoarjo masih menunggu kebijakan Pemprov Jatim terkait dengan konektivitas angkutan penumpang umum di wilayah Surabaya Raya.
Selain menyiapkan halte bus, Pemkab Sidoarjo juga berencana membangun kantong-kantong parkir di sejumlah kawasan potensial. Dengan adanya kantong parkir, diharapkan masyarakat bisa meninggalkan kendaraan pribadi dan beralih pada angkutan umum.
Semakin banyak masyarakat yang beralih pada angkutan umum, harapannya, volume kendaraan di jalan raya akan semakin berkurang. Dengan demikian, masalah kemacetan yang menjadi momok bagi Sidoarjo bisa teratasi. Sebagai kota satelit dan juga salah satu pusat industri di Jatim, tingkat kemacetan di Sidoarjo tergolong tinggi.
Rencana pengoperasian kembali BTS mendapat sambutan antusias dari masyarakat. Salah satunya Adelia (20), mahasiswa sebuah perguruan tinggi swasta di Sidoarjo. Mahasiswa semester 4 ini menjadi penumpang setia BTS. Alasannya, bus tersebut berhenti di depan kampusnya sehingga memudahkan aktivitas perkuliahannya.
”Waktu BTS berhenti beroperasi, untungnya kuliah berlangsung secara daring sehingga dampaknya tidak signifikan. Namun, apabila perkuliahan kembali dibuka, pastinya butuh banget dengan kehadiran BTS,” ucap Adelia.
Selain mahasiswa, kehadiran BTS juga dirindukan oleh pekerja. Salah satunya Kurniawati (35), warga Kecamatan Candi, yang bekerja di Surabaya. Dia biasanya naik BTS dari Halte Pasar Larangan dan turun di Terminal Purabaya. Setelah itu, karyawan perusahaan swasta ini akan berpindah menggunakan Suroboyo Bus menuju tempat kerjanya.