Bocah Korban Serangan Buaya di Agam Ditemukan Meninggal
Jenazah korban serangan buaya di Batang Masang ditemukan sekitar 7 kilometer arah ke hilir dari lokasi kejadian.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Bocah perempuan yang diterkam buaya muara di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, ditemukantim SAR gabungandalam kondisi meninggal. Jenazah korban segera dievakuasi ke rumah duka.
Kepala Kantor Basarnas Padang Asnedi, Senin (17/1/2022), mengatakan, korban ditemukan sekitar pukul 17.50 dalam kondisi meninggal. ”Jenazah ditemukan sekitar 7 kilometer dari lokasi kejadian ke arah hilir. Tersangkut di pinggir sungai,” kata Asnedi, Senin malam.
Asnedi belum mendapat konfirmasi, apakah di tubuh korban ditemukan luka bekas serangan buaya. Namun, berdasarkan pengakuan kakak korban, sang adik Nisa (9) memang diterkam buaya.
”Korban ditolong kakaknya (saat ditarik buaya). Namun, karena tidak kuat, akhirnya korban terlepas dan ditarik ke dalam sungai. Yang jelas korban sudah ditemukan meninggal dan dievakuasi ke rumah duka,” kata Asnedi.
Kepala Resor Konservasi Wilayah Agam Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar Ade Putra mengatakan, jenazah korban ditemukan dalam kondisi utuh.”Jenazah (korban) utuh, tetapi ada luka-luka lecet. Keluarga (korban) sepakat untuk tidak divisum,” kata Ade.
Sebelumnya, bocah bernama Nisa (9) diterkam buaya seusai mandi bersama saudaranya di tepian Batang Masang, Jorong Padang Madani, Nagari Manggopoh, Kecamatan Lubuk Basung, menjelang berangkat sekolah, Senin (17/1/2022) pukul 06.20.
”Dua bersaudara ini mandi di sungai untuk pergi sekolah. Si kakak naik duluan, sedangkan si adik masih di tepian. Ketika adiknya hendak naik, tiba-tiba disambar, kemungkinan oleh buaya,” kata Sarmen Johan, Kepala Seksi Pemerintahan Nagari Manggopoh, Senin.
Sarmen menjelaskan, si kakak sempat tarik-menarik dengan buaya untuk menyelamatkan adiknya, tetapi tidak berhasil. Nisa dilarikan buaya ke dalam sungai yang berada di areal perkebunan kelapa sawit masyarakat itu.
Sarmen melanjutkan, lokasi tersebut memang tepian tempat pemandian keluarga korban. Lokasi itu terletak sekitar 7 kilometer dari muara sungai di pantai kawasan Muaro Putuih.
”Informasi dari warga, buaya memang sering muncul di tepian lain di Batang Masang. Barangkali waktu itu keluarga korban kurang waspada,” kata Sarmen.
Atas kejadian ini, Sarmen mengimbau warga agar berhati-hati, waspada, dan mengurangi kegiatan di sungai. ”Jika selama ini masyarakat menggunakan sungai untuk mandi, mencuci, dan kegiatan lainnya, hari ini kami ajak untuk waspada dan meninggalkan sungai,” ujarnya.
Secara terpisah, Kepala BKSDA Sumbar Ardi Andono mengatakan, balai menurunkan tim ke lokasi kejadian untuk membantu pencarian korban dan mengidentifikasi buaya penyerang korban.”Kami juga akan berkoordinasi dengan wali nagari untuk mencari jalan keluarnya,” kata Ardi.
Kami juga akan berkoordinasi dengan wali nagari untuk mencari jalan keluarnya.
Ardi belum memastikan apakah buaya akan dipindahkan atau tidak. Menurut dia, Batang Masang memang habitat buaya sehingga tidak bisa serta-merta dipindahkan. Evakuasi merupakan langkah terakhir karena saat ini tempat konservasi juga penuh dengan buaya yang dievakuasi karena konflik.
”Selama 2021, ada tujuh kali konflik buaya dengan manusia. Lima di antaranya di Agam, di Sungai Batang Masang. Ada satu korban jiwa di Nagari Tiku V Jorong, Kecamatan Tanjung Mutiara, Agam,” ujar Ardi.
Untuk selanjutnya, kata Ardi, BKSDA sedang berupaya membuat kawasan ekosistem esensial untuk buaya di Agam. Ia berharap ada dukungan dari bupati sebab kewenangan ada di pemkab. Kawasan ini ke depan bisa untuk wisata terbatas.
Selain itu, BKSDA juga akan menambah papan larangan dan imbauan di lokasi habitat buaya. Sosialisasi tentang habitat satwa bakal diperkuat.
”Kami juga berharap adanya partisipasi dari perkebunan sawit yang di dalamnya ada habitat buaya sehingga lokasinya bisa digunakan untuk penangkaran buaya atau HCV (high conservation value)-nya perkebunan,” ujarnya.