Kasus Omicron Bertambah, Tingkatkan Kewaspadaan di Surabaya
Penambahan kasus Covid-19 varian Omicron di Surabaya, Jawa Timur, sebaiknya dipandang sebagai peringatan untuk meningkatkan kewaspadaan. Pengendalian dan pencegahan penularan Covid-19 juga mesti diperkuat.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Kasus warga Kota Surabaya, Jawa Timur, terjangkit Covid-19 varian Omicron bertambah dari satu menjadi lima orang. Aparat terpadu perlu meningkatkan kinerja pengendalian dan pencegahan perluasan Covid-19 serta mempercepat vaksinasi.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Minggu (16/1/2022), menyatakan, seorang warga terjangkit Omicron yang juga kasus perdana varian tersebut di Jatim telah dinyatakan sembuh. Namun, baru-baru ini kasus warga terjangkit Omicron bertambah empat kasus. Pasien dalam kondisi baik, tidak memperlihatkan gejala, dan menjalani isolasi mandiri dengan pengawasan satuan tugas percepatan penanganan Covid-19.
Eri menyatakan, empat kasus Omicron baru itu terkonfirmasi pada Jumat (14/1/2022) setelah pemeriksaan sampel secara whole genome sequencing (WGS) oleh Lembaga Penyakit Tropis (ITD) Universitas Airlangga. ”Sebelum terkonfirmasi terjangkit Omicron, mereka beperjalanan ke luar kota, yakni Jakarta. Sebelumnya, yang kasus perdana, diketahui setelah pulang dari liburan di Bali,” ujarnya.
Menurut Eri, dari laporan Dinas Kesehatan Surabaya, kelima kasus Omicron yang terkonfirmasi itu berasal dari perjalanan luar kota. Kelima pasien sudah menjalani vaksinasi komplet atau diberikan dosis 1 dan dosis 2. Dari sini diketahui bahwa Omicron berkemampuan menginfeksi kembali seseorang yang sudah vaksin komplet meski belum terlihat dampak fatal terhadap kesehatan pasien.
Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Nanik Sukristina menambahkan, prosedur yang harus segera ditempuh terkait kasus Omicron telah dilaksanakan. Yang terutama, yakni segera menerapkan pengetesan dan penanganan terhadap pasien. Selain itu, penelusuran dan pelacakan terhadap orang-orang yang sempat kontak dekat dengan pasien juga dilakukan disertai pengetesan.
”Sejauh ini, hasil pengetesan terhadap kontak dekat yakni keluarga dan lingkungan rumah seluruhnya negatif,” kata Nanik.
Satgas Covid-19 amat menyarankan warga Surabaya atau tamu dari daerah-daerah dengan temuan kasus Omicron agar sukarela melapor ke pengurus RT/RW.
Satgas Covid-19 amat menyarankan warga Surabaya atau tamu dari daerah-daerah dengan temuan kasus Omicron agar sukarela melapor ke pengurus RT/RW selaku bagian dari Gugus Tugas Kampung Tangguh Semeru Wani Jogo Suroboyo. Jika berisiko, sebaiknya memeriksakan diri ke puskesmas untuk pengetesan, pelacakan, dan penelusuran. ”Cuma ini cara mengantisipasi penularan meluas karena Omicron berkarakter amat cepat menular,” kata Nanik.
Secara umum, berdasarkan laman resmi https://lawancovid-19.surabaya.go.id/, Minggu malam, di Surabaya tercatat 15 kasus aktif atau pasien yang dirawat di tempat isolasi, yakni rumah sakit atau gedung terpusat atau isolasi mandiri dalam pengawasan satgas. Jumlah 15 kasus aktif itu bertambah empat dibandingkan sebelumnya. Adapun 11 kasus aktif yang sedang dalam penanganan diyakini tidak terjangkit Omicron.
Sejak awal tahun, kasus Covid-19 di Surabaya tidak sampai membuat kematian. Menurut Eri, fatalitas Covid-19 kian bisa ditekan. Namun, secara statistik, serangan pandemi Covid-19 sejak Maret 2020 telah menginfeksi 67.108 jiwa dan membawa kematian bagi 2.558 jiwa. Mayoritas warga Surabaya yang terjangkit Covid-19 berhasil sembuh meski sebagian tetap berisiko long covid.
Windhu Purnomo, epidemiolog Universitas Airlangga, amat berharap kerja sama terpadu seluruh aparat pemerintah dan masyarakat dalam pengendalian dan penanganan Covid-19. Secara umum, penambahan kasus Covid-19 di Surabaya bisa dibilang masih dalam kategori landai. ”Namun, amat diharapkan dan perlu terus ditegaskan bahwa situasi yang landai jangan membuat terlena,” ujarnya.
Windhu mengatakan, potensi peningkatan kasus secara signifikan akan dirasakan mulai awal bulan depan atau Februari 2022. Untuk membuktikannya, petugas perlu tetap menggencarkan pengetesan, penelusuran, pelacakan, dan penanganan. Penegakan protokol kesehatan juga masih amat penting. Vaksinasi, terutama pemberian dosis ketiga atau penguat, juga dipercepat.