Gempa Guncang Banten, Warga Panik hingga Mengungsi
Gempa menyebabkan rumah warga dan sejumlah fasilitas umum rusak. Kerusakan bangunan akibat gempa, di antaranya terjadi di Desa Cibitung dan Munjul, Kecamatan Munjul, Pandeglang.
Oleh
ANITA YOSSIHARA
·3 menit baca
SERANG, KOMPAS — Gempa berkekuatan Magnitudo 6,7 dengan kedalaman 10 kilometer mengguncang Banten pada Jumat (14/1/2022) siang. Guncangan gempa yang juga dirasakan hingga Jakarta, Bekasi, Bogor, bahkan Lampung, membuat masyarakat di sekitar pusat gempa panik. Sebagian warga yang berada di pesisir pantai bahkan memilih mengungsi karena khawatir akan terjadi tsunami.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pusat gempa berada di 52 kilometer barat daya Sumur, Pandeglang, Banten. Guncangan gempa tak hanya dirasakan di pesisir selatan dan barat Pandeglang, tetapi juga Serang, Cilegon, Lebak, bahkan Jakarta, Bekasi, Bogor, hingga Lampung.
Guncangan gempa membuat warga di Kecamatan Sumur yang paling dekat dengan pusat gempa panik. Mereka berhamburan ke luar rumah saat merasakan gempa terjadi. ”Warga semua panik, keluar rumah. Ini saja saya baru selesai membawa anak saya ke tempat yang lebih aman,” kata Dayat, salah seorang warga Desa Sumur, Kecamatan Sumur.
Sumur merupakan sebuah kecamatan yang berada di ujung barat Pulau Jawa. Sebagian wilayah di kecamatan itu masuk dalam kawasan Taman Nasional Ujung Kulon.
Meski BMKG telah merilis tidak ada potensi tsunami, sebagian warga yang tinggal di dekat pantai memilih mengungsi ke tempat aman. Sebagian besar warga mengungsi ke Desa Tangkilsari, Kecamatan Cimanggu, yang lebih tinggi. Mereka mengungsi khawatir tsunami kembali menerjang Sumur seperti pada akhir tahun 2018.
”Kalau warga yang rumahnya di dekat pantai sudah pada mengungsi, khawatir ada tsunami. Mereka masih trauma dengan tsunami yang terjadi di tahun 2018,” tutur Dayat.
Kondisi laut di perairan Sumur dan Ujung Kulon relatif tenang. Dari video yang dikirimkan warga kepada Kompas, tidak ada ombak besar dan permukaan air laut masih normal.
Kalau warga yang rumahnya di dekat pantai sudah pada mengungsi, khawatir ada tsunami. Mereka masih trauma dengan tsunami yang terjadi di tahun 2018.
Gempa juga menyebabkan rumah warga dan sejumlah fasilitas umum rusak. Kerusakan di antaranya terjadi di Desa Cibitung dan Munjul, Kecamatan Munjul, Pandeglang. Tejo, warga setempat, menuturkan, setidaknya tiga rumah di dua desa itu rusak.
”Ada satu rumah yang ambruk rata dengan tanah, rumahnya Pak Dirman di Kampung Sebrang, Desa Cibitung. Dua rumah warga Desa Munjul temboknya roboh sebagian,” tuturnya.
Menurut Tejo, warga sempat panik, tetapi saat ini sudah tenang kembali. Hal yang dikhawatirkan warga bukan tsunami, melainkan gempa susulan.
Kerusakan juga dilaporkan terjadi di Kampung Cisae, Desa Cipinang, Kecamatan Angsana, Pandeglang. Menurut data yang dihimpun warga, setidaknya 10 unit rumah di kampung tersebut rusak. Namun, belum diketahui tingkat kerusakan rumah warga tersebut.
Usep, warga Desa Cigorondong, desa yang sudah masuk Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, menceritakan, gempa yang terjadi beberapa kali memang membuat warga panik. Namun, belum ada informasi rumah atau bangunan yang rusak.
Gempa juga membuat warga di wilayah Pandeglang lain panik. Dewi, warga Kecamatan Majasari, menceritakan, seluruh warga di kompleks perumahannya berhamburan keluar rumah begitu merasakan guncangan gempa. Mereka baru masuk kembali ke rumah masing-masing setelah sekitar 10 menit di luar rumah.
Sementara itu, menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD) Provinsi Banten Nana Suryana mengatakan, laporan sementara yang diterima terdapat lima kecamatan yang terdampak gempa. Namun, kemungkinan besar jumlah kecamatan yang terdampak akan bertambah karena tim dari BPBD Provinsi Banten dan Kabupaten Pandeglang masih terus melakukan pemantauan.
”Ada rumah warga yang rusak, lalu sekolah, masjid yang rusak, tapi tingkat kerusakannya seperti apa kami masih kumpulkan laporannya,” tutur Nana.
Hingga pukul 18.00, setidaknya sudah terjadi enam kali gempa. Nana mengimbau warga untuk tidak panik, tetapi tetap waspada.