Potensi gelombang kasus Covid-19 karena varian Omicron mendekat dan perlu diantisipasi dengan pemberian vaksinasi dosis penguat untuk menekan potensi dampak buruk, yakni kematian bagi pasien terjangkit.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, mengutamakan warga lanjut usia, tenaga pendidikan, pelayan publik, dan kelompok rentan sebagai sasaran vaksinasi penguat yang dimulai Rabu (12/1/2022).
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Nanik Sukristina, vaksinasi dosis ketiga atau penguat untuk sasaran kelompok itu diberikan di 12 pusat kesehatan masyarakat. Telah disiapkan vaksin AstraZeneca untuk 680 sasaran dan Pfizer untuk 12.000 sasaran (6.000 dosis).
Puskesmas pelaksana vaksinasi Wiyung, Lidah Kulon, Sidosermo, Benowo, Tanah Kali Kedinding, Tenggilis, Sememi, Sawahan, Pegirian, Sidotopo, Putat Jaya, dan Krembangan Selatan. ”Kami upayakan vaksinasi untuk sasaran kelompok ini bisa selesai secepatnya,” kata Nanik.
Nanik mengatakan, penerima vaksin dosis ketiga berkriteria sudah menerima yang dosis pertama dan kedua. Dosis sebelumnya diberikan minimal enam bulan sebelum pemberian dosis penguat. Sasaran vaksinasi ketiga perlu memperlihatkan kartu tanda penduduk dan sertifikat vaksinasi.
Selain vaksinasi, tetap harus gencar dalam penegakan protokol kesehatan dan pelacakan kasus-kasus. (Windhu Purnomo)
Epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, berharap vaksinasi dapat menekan potensi ledakan kasus Covid-19. Potensi itu dikhawatirkan terwujud mulai bulan depan atau Februari 2022 melihat dari tren kenaikan kasus oleh varian Omicron. Varian ini terbukti amat cepat menular dan menginfeksi kembali penyintas yang sudah vaksinasi komplet.
”Selain vaksinasi, tetap harus gencar dalam penegakan protokol kesehatan dan pelacakan kasus-kasus,” kata Windhu. Potensi ledakan kasus terkait kian kendur penerapan protokol, pengenduran pembatasan sosial, dan peningkatan aktivitas masyarakat.
Tes rutin
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, pihaknya berupaya agar aktivitas masyarakat yang meningkat tidak berpotensi membuat ledakan kasus. Berbagai langkah pencegahan ditingkatkan, misalnya pengetesan rutin kepada kalangan pelajar dalam pembelajaran tatap muka penuh.
”Tes rutin dan acak untuk menjaring kasus-kasus baru sekaligus menekan potensi kemunculan kluster sekolah,” kata Eri.
Tes rutin dan acak dapat memunculkan kasus-kasus tersembunyi sehingga penanganan dan pengendalian dapat dilaksanakan dini. Pelacakan, penelusuran, serta pengetesan terhadap warga tercurigai terjangkit dan perawatan pasien Covid-19 akan menentukan keberhasilan antisipasi terhadap ledakan kasus di masa mendatang.
Eri mengatakan, jika dari suatu sekolah ditemukan kasus Covid-19, persekolahan ditangguhkan dua pekan. Kegiatan belajar-mengajar secara penuh di Surabaya juga masih dikombinasikan dengan yang dalam jaringan atau online.
Selain itu, untuk memberikan rasa aman bagi keluarga pelajar, vaksinasi bagi anak usia 6-11 tahun akan terus didorong. Vaksinasi bagi kelompok ini ada kendala karena sebelumnya telah mengikuti bulan imunisasi. Anak-anak harus menunggu setidaknya satu bulan sebelum menerima vaksin Covid-19.
Kepala Dinas Pendidikan Surabaya Yusuf Masruh mengatakan, pembelajaran tatap muka dijalankan di hampir seluruh SD dan SMP. Untuk SD, kegiatan ini terlaksana di 285 SD negeri dan 376 SD swasta. Di tingkat selanjutnya, persekolahan penuh terlaksana di 63 SMP negeri dan 268 SMP swasta.
”Pengawasan dan pemantauan pembelajaran tatap muka oleh gugus tugas sekolah tangguh akan membantu dalam antisipasi kemunculan kasus,” kata Yusuf. Misalnya, perilaku anak-anak tetap perlu dipantau untuk mencari kasus-kasus tersembunyi.
Seseorang bisa saja terjangkit Covid-19 meski tidak memperlihatkan gejala. Namun, indikasi bisa terlihat dari perubahan perilaku misalnya terbiasa lincah tetapi kemudian lesu. Anak-anak yang memperlihatkan perubahan perilaku akan didekati dan diperiksa kesehatannya. Yang terjangkit perlu segera ditangani. Kontak-kontak dekat dilacak, ditelusuri, dan diperiksa.