Alami Dehidrasi dan Luka Dangkal, Harimau Bernama Puti Maua Direhabilitasi di PRHSD Arsari
Harimau sumatera bernama Puti Maua yang dievakuasi BKSDA Sumbar dari kebun sawit di Agam menjalani rehabilitasi di PRHSD Arsari, Kabupaten Dharmasraya.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Harimau sumatera bernama Puti Maua yang dievakuasi BKSDA Sumatera Barat dari kebun sawit di Agam menjalani rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya atau PRHSD Arsari. Dari observasi awal, harimau mengalami dehidrasi dan luka dangkal di kulit.
Tim medis PRHSD Arsari Daniel Sianipar, Rabu (12/1/2022), mengatakan, proses evakuasi harimau ke PRHSD di Kabupaten Dharmasraya memakan waktu yang panjang dan melelahkan. Walakin, harimau betina usia tiga tahun itu kondisinya stabil saat tiba di PRHSD pada Rabu dini hari.
”Observasi awal, ia teramati mengalami dehidrasi dan luka superficial (dangkal) pada kulit. Selanjutnya, akan dilakukan pemeriksaan medis keseluruhan untuk mengetahui keadaannya lebih detail,” kata Daniel, Rabu.
Harimau bernama Puti Maua itu dievakuasi oleh BKSDA Sumbar dari kebun kelapa sawit warga di Kampung Maua Hilia, Jorong Kayu Pasak Timur, Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembayan, Agam, Selasa (11/1/2022). Harimau tersebut masuk perangkap, yang dipasang petugas, pada Senin siang.
”Proses evakuasi dilakukan selama lebih dari 15 jam. Kami bersyukur tim evakuasi satwa tiba dengan selamat di PRHSD, Dharmasraya, Rabu pukul 02.30,” kata Catrini Kubontubuh, Direktur Eksekutif Yayasan Arsari Djojohadikusumo, pengelola PRHSD Arsari.
Penuh
Catrini melanjutkan, Puti Maua akan menjalani rehabilitasi sembari tim mencari lokasi lepas liar yang tepat. ”Ini yang susah, semakin sulit mencari lokasi lepas liar yang ideal,” katanya.
Menurut Catrini, dengan kedatangan Puti Maua, total ada lima individu harimau sumatera yang direhabilitasi di PRHSD Arsari. Empat harimau lainnya adalah Ria (dari Indragiri Hilir, Riau), Putra dan Putri Singgulung (dari Solok, Sumbar), dan Lanustika (dari Siak, Riau).
Kapasitas kandang di PRHSD pun sekarang penuh. ”Kondisi ini menggambarkan banyaknya konflik harimau-manusia saat ini,” ujar Catrini.
Ditambahkan Catrini, Februari nanti, harimau Lanustika akan dilepasliarkan di Riau. ”Semoga Puti juga bisa segera dirilis,” ujarnya.
Kekurangan pakan
Kepala BKSDA Sumbar Ardi Andono menjelaskan, Panthera tigris sumatrae itu muncul pertama kali pada 30 November 2021. Sejak itu, harimau terus berkeliaran dan memangsa seekor anak sapi dan menyerang induk sapi.
Keberadaan harimau juga membuat warga resah dan enggan ke kebun. BKSDA Sumbar melalui Resor Konservasi Wilayah Agam bersama tim Patroli Anak Nagari (Pagari) berupaya menghalau dan menggiring satwa ke dalam hutan dengan bebunyian meriam karbit dan senjata api selama 40 hari. Namun, upaya itu tak membuahkan hasil, harimau justru mendekat ke permukiman.
”Menghindari kerugian warga yang lebih besar dan jatuhnya korban jiwa, termasuk keselamatan harimau sumatera tersebut, kami memutuskan menangkap harimau dengan kandang jebak,” ujar Ardi, Selasa (12/1/2022).
Ardi menambahkan, harimau itu turun dari hutan Cagar Alam Maninjau. Berdasarkan analisis, penyebab keluarnya harimau adalah kekurangan pakan. Beberapa waktu lalu, penyakit flu babi Afrika merebak dan menyebabkan kematian massal babi hutan.