77.500 Liter Minyak Goreng untuk Stabilkan Harga di Sumsel
Pemerintah menggelontorkan sekitar 77.500 liter minyak goreng di 18 titik di Sumsel. Langkah ini dilakukan untuk mengendalikan harga minyak goreng yang dalam dua bulan terakhir melambung hingga Rp 21.000 per liter.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG,KOMPAS — Pemerintah menggelontorkan 77.500 liter minyak goreng di 18 titik di Sumatera Selatan. Langkah ini dilakukan untuk mengendalikan harga minyak goreng yang dalam dua bulan terakhir melambung tinggi hingga menyentuh harga Rp 21.000 per liter. Harga minyak goreng diharapkan dapat turun paling tidak menyentuh harga eceran tertinggi, yakni Rp 14.000, pada akhir Januari 2022.
Kepala Dinas Perdagangan Sumatera Selatan Ahmad Rizali, Rabu (12/1/2022), mengatakan, untuk memulihkan harga sejumlah komoditas bahan pokok utamanya minyak goreng, pihaknya bersama instansi terkait melakukan operasi pasar di 18 titik di sejumlah daerah di Sumatera Selatan, yakni Palembang, Muara Enim, Ogan Ilir, dan Ogan Komering Ilir. Daerah tersebut dipilih berdasarkan permintaan warga yang memang membutuhkan.
Di Palembang, salah satu tempat pelaksanaan operasi pasar ada di Pasar Tradisional Alang-alang Lebar yang berada di perbatasan Palembang-Banyuasin.
Di dalam operasi pasar tersebut, seorang warga dijatah mendapatkan maksimal 2 liter minyak goreng dengan harga per liternya Rp 14.000, jauh lebih rendah dibandingkan harga minyak goreng di pasaran seharga Rp 19.000-Rp 21.000 per liter.
Operasi pasar itu dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan pada 22 Desember-28 Desember 2021 sebesar 25.500 liter minyak goreng yang disebar di 19 titik. Untuk tahap kedua disalurkan 52.000 liter yang akan dilakukan pada 12 Januari-28 Januari 2022. ”Jika harga minyak goreng belum pulih, operasi pasar akan terus berlanjut,” katanya.
Operasi pasar ini diharapkan dapat memulihkan harga minyak goreng setidaknya sampai pada harga eceran tertinggi (HET), yakni Rp 14.000 per liter. Ahmad mengatakan, jika melihat dari perkembangan di pusat, dirinya berharap harga minyak goreng dapat kembali mencapai HET pada akhir Januari karena ada rencana pemerintah memberikan subsidi harga dari dana pungutan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
Untuk menjalankan operasi pasar itu, pemerintah menggandeng produsen minyak goreng yang beroperasi di Palembang, Sumatera Selatan, yakni PT Indokarya Internusa.
Manajer Operasional PT Indokarya Internusa Liana mengatakan, langkah itu merupakan salah satu upaya Kementerian Perdagangan menstabilkan harga minyak goreng di sejumlah daerah. Selain di Sumsel, perusahaannya juga menjadi mitra pemerintah untuk melakukan operasi pasar di Sumatera Utara, Sulawesi Utara, dan beberapa daerah di Kalimantan.
Di Sumsel pihaknya telah mengalokasikan minyak goreng hingga 83.200 liter sampai akhir Januari 2022. ”Secara total kami mengalokasikan sekitar 1 juta liter minyak goreng untuk disalurkan dalam operasi pasar sampai akhir Januari 2022,” kata Liana.
Dia menjelaskan, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab harga minyak goreng melonjak tinggi dalam dua bulan terakhir, yakni tingginya permintaan dan meningkatnya harga bahan baku, yakni minyak kelapa sawit mentah (CPO) di pasar global. ”Dengan operasi pasar ini diharapkan harga minyak goreng bisa stabil lagi,” kata Liana.
Permainan pasar
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengatakan, operasi pasar ini menjadi salah satu cara pemerintah untuk mengingatkan produsen agar memprioritaskan kebutuhan dalam negeri dibandingkan ekspor. ”Kalau kebutuhan dalam negeri belum tercukupi jangan ekspor dulu,” katanya. Apalagi Sumatera Selatan menjadi salah satu sentra produksi CPO yang cukup signifikan dengan produksi mencapai 6 juta ton per tahun.
Kalau kebutuhan dalam negeri belum tercukupi jangan ekspor dulu. (Herman Deru)
Herman menduga meningkatnya harga minyak goreng di pasaran juga disebabkan adanya permainan di rantai pasar antara produsen dan pedagang eceran. ”Tolong jangan ada permainan. Kalau ada penimbunan segera TNI/Polri, tindak,” kata Herman.
Menurut dia, minyak menjadi kebutuhan dasar masyarakat. Jika harga minyak goreng naik tentu akan berpengaruh pada kebutuhan masyarakat berpenghasilan rendah. ”Jika sampai akhir bulan ini harga minyak goreng tidak turun. Saya akan panggil semua pihak, termasuk distributor dan produsen,” kata Herman.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Selatan Hari Widodo menuturkan, langkah operasi pasar ini menjadi salah satu strategi untuk memberikan kepastian mengenai ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga. Apalagi minyak goreng menjadi salah satu pemicu inflasi di Sumatera Selatan pada akhir 2021, selain daging ayam dan telur ayam ras.
Meski harga sejumlah komoditas di Sumsel melonjak, dari sisi tingkat inflasi Sumsel termasuk yang cukup terkendali. Tercatat pada tahun 2021 tingkat inflasi di Sumsel mencapai 1,82 persen atau lebih rendah dari inflasi nasional sebesar 1,87 persen juga dari inflasi rata-rata di Sumatera sebesar 1,92 persen. Tingkat inflasi di Sumsel juga masih dalam kisaran yang diperkirakan Bank Indonesia sebelumnya, yakni 2 persen-4 persen.