Banjir Terjang 23 Desa di Aceh Jaya, Aceh Barat Daya, dan Simeulue
Banjir melanda tiga kabupaten di Aceh yang menyebabkan ratusan rumah tergenang. Banjir masih menjadi ancaman serius terhadap Aceh. Mitigasi bencana perlu diperkuat untuk mengurangi risiko bencana
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
DOK BPBA
Banjir melanda permukiman di Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh, Senin (10/1/2022).
BANDA ACEH, KOMPAS — Sebanyak 23 desa di Kabupaten Aceh Jaya, Aceh Barat Daya, Simeulue, Provinsi Aceh, diterjang banjir, Senin (10/1/2022). Warga diminta tetap mewaspadai potensi banjir mengingat hujan dalam intensitas tinggi diprakirakan masih akan berlangsung hingga pekan ketiga Januari.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Ilyas, Senin (10/1/2022), menuturkan, setelah banjir yang terjadi di kawasan utara timur Aceh surut, kini kawasan barat yang tergenang. ”Hujan dengan intensitas tinggi menyebabkan sungai-sungai meluap. Sebagian warga mengungsi,” kata Ilyas.
Ilyas mengatakan, di Simeulue banjir menggenangi 12 desa dan ketinggian air mencapai 70 sentimeter. Satu jembatan penghubung antarkecamatan terputus sehingga akses transportasi lumpuh total.
”Jumlah warga terdampak masih dalam pendataan. Namun, tim reaksi cepat di lokasi untuk meninjau dan mendirikan tenda darurat,” kata Ilyas.
Sementara itu, di Aceh Jaya, banjir merendam tujuh desa, sedamgkan di Aceh Barat Daya banjir menerjang empat desa. Sebuah tebing di jalan nasional Banda Aceh-Meulaboh di Desa Cring Crang, Aceh Jaya, longsor. Bongkahan batu menutupi badan jalan. Namun, kendaraan masih bisa melintasi.
KOMPAS/ZULKARNAINI MASRY
Banjir menggenangi kantor Polsek Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara, Aceh, Senin (3/1/2022). Banjir di Aceh Utara menggenangi 14 kecamatan dengan jumlah desa 108 desa. Jumlah warga yang mengungsi 24.332 orang dan sebanyak tiga warga meninggal.
Ilyas mengatakan, pihaknya meminta tim badan penanggulangan bencana di kabupaten/kota untuk mewaspadai potensi banjir yang lebih luas karena musim hujan belum berakhir.
Sebenarnya (bencana) tidak berkurang, hanya berganti. (Zakaria Ahmad)
Koordinator Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Sultan Iskandar Muda Aceh Besar, Zakaria Ahmad mengatakan, musim hujan baru berakhir pada pekan ketiga Januari 2020. Dari musim hujan beralih ke musim kemarau. ”Sebenarnya (bencana) tidak berkurang hanya berganti. Pada masa peralihan ada potensi bencana puting beliung,” kata Zakaria.
Sementara itu, banjir di Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tamiang, dan Aceh Tenggara telah surut. Warga telah kembali ke rumah masing-masing.
Ilyas mengatakan, tujuh unit alat berat dikerahkan untuk memperbaiki tanggul sungai yang jebol di Aceh Tenggara. Sementara di Aceh Timur dan Aceh Utara ratusan sawah hektar sawah terancam gagal panen karena tergenang banjir.
Sebelumnya Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh Ahmad Shalihin menuturkan, pemerintah perlu menyusun strategi jangka panjang untuk menangani banjir. Tanpa mitigasi yang menyeluruh potensi bencana banjir akan semakin besar di Aceh.