Banjir yang terjadi akibat meluapnya Sungai Semangir di Jember membawa tiga korban jiwa. Banjir yang terjadi Minggu sore itu menggenangi tujuh desa/kelurahan di tiga kecamatan.
Oleh
DEFRI WERDIONO/SIWI YUNITA
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Banjir di Kabupaten Jember, Jawa Timur, yang terjadi Minggu (9/1/2022) sore menelan tiga korban jiwa. Korban terakhir ditemukan Senin (10/1/2022) pagi di daerah hilir yang berjarak sekitar 30 kilometer dari lokasi.
Hingga Senin malam, banjir sudah surut, warga dan relawan mulai membersihkan lumpur yang tersisa. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jember, Penta Satria, ketika dikonfirmasi dari Malang, mengatakan, dua korban ditemukan Minggu malam dan satu orang lainnya Senin pagi.
Korban terakhir bernama Ny Suliha (40), warga Desa Kemiri, Kecamatan Panti. Jenazahnya ditemukan di kawasan Pantai Puger, Kecamatan Puger Kulon. Salah satu korban lainnya adalah Sirat (50) yang merupakan suami Suliha.
Adapun identitas satu korban lagi belum dilaporkan datanya. ”Tiga korban sudah ditemukan semua, terakhir tadi pagi. Mereka berasal dari kecamatan yang sama, yakni Panti,” ujar Penta.
Banjir melanda tujuh kelurahan/desa di tiga kecamatan, yakni Kelurahan Kaliwates, Sempusari, dan Mangli di Kecamatan Kaliwates; Kelurahan Rambipuji dan Ramigundam di Kecamatan Rambipuji; serta Desa Kemiri dan Suci di Kecamatan Panti.
Selain tiga orang meninggal, 440 keluarga yang terdiri atas 1.668 jiwa terdampak. Senin pagi ketinggian air dilaporkan sudah surut tetapi warga masih bersikap waspada mengingat curah hujan pada Januari-Februari diprediksi masih tinggi.
”Mulai tadi malam sebenarnya air sudah surut. Sekarang tinggal pembersihan material sisa-sisa banjir. Warga dibantu tim untuk pembersihan,” kata Penta. Tim juga masih mendata jumlah kerusakan dan kerugian akibat bencana ini.
Banjir di Jember terjadi akibat hujan deras di hulu sejak pukul 13.00. Sungai Semangir yang membelah Jember tidak mampu menampung debit air yang besar. Robohnya sejumlah rumpun bambu yang ada di bantaran sungai menjadi penghalang arus air sehingga air semakin meluap ke permukiman.
Robohnya sejumlah rumpun bambu yang ada di bantaran sungai menjadi penghalang arus air sehingga air semakin meluap ke permukiman.
Akibatnya, air masuk ke pemukiman dan rumah warga hingga ketinggian 1-1,3 meter dengan membawa lumpur. Tidak ada pengungsian akibat bencana ini. Warga terdampak, yang rumahnya belum selesai dibersihkan, menginap di rumah tetangga dan saudara terdekat.
”Hujannya sebenarnya tidak merata. Kalau di Kota Jember sendiri tidak terlalu deras tetapi berlangsung lama sejak pukul 12.30 sampai sore. Hari ini cuaca juga mendung lagi. Tadi sempat turun hujan di sebagian wilayah Jember utara,” kata Hendri (38), salah satu warga Jember.
Meski tidak ada pengungsian, dapur umum tetap dibangun guna membantu warga terdampak. Salah satu dapur umum berada di Masjid Rhaudatul Jannah di Kelurahan Mangli, Kecamatan Kaliwates. Pelaksana Tugas Kepala Dinas Sosial Kabupaten Jember Dewi Susanti mengatakan, pihaknya menyediakan makanan siap saji bagi warga yang terkena musibah.
”Mereka masih berada di masing-masing rumahnya, tetapi kami bantu makanan siap saji karena rumah mereka terimbas banjir. Saat ini untuk kebutuhan makanan yang disuplai dari Pemerintah Kabupaten Jember masih mencukupi,” katanya.
Warga, tambah Dewi Susanti, saat ini lebih membutuhkan pakaian dalam dan popok bayi karena sebagian besar pakaian warga terendam air. Kebutuhan lain yang diperlukan adalah air bersih, selimut, obat-obatan, tikar atau matras dan alat kebersihan. Penyaluran bantuan bisa melalui Kantor Kecamatan Kaliwates.