Saat Para Pelajar Mendadak Jadi Perangkat Desa di Yogyakarta
Sejumlah pelajar di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mendapat kesempatan untuk merasakan pengalaman menjadi perangkat desa. Pengalaman ini diharapkan bisa menumbuhkan kecintaan anak muda terhadap desa.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·5 menit baca
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Murid Madrasah Aliyah Ali Maksum berperan menjadi pekerja bagian administrasi di Kantor Pemerintah Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (4/1/2022). Sebanyak 25 murid perempuan Madrasah Aliyah Ali Maksum pada hari itu mencoba merasakan berbagai posisi pekerjaan di Pemerintah Desa Panggungharjo.
Sejumlah pelajar di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mendapat kesempatan untuk merasakan pengalaman menjadi perangkat desa. Dengan berperan sebagai perangkat desa, mereka belajar mengenai beragam persoalan yang terjadi di desa dan cara mengatasinya. Pengalaman ini diharapkan bisa menumbuhkan kecintaan anak muda terhadap desa.
Bersama sejumlah perangkat desa, lima remaja perempuan berseragam putih abu-abu mendatangi sebuah rumah di Dusun Geneng, Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul, Selasa (4/1/2022) siang. Di hadapan mereka, duduk seorang perempuan lanjut usia (lansia) bernama Dahurip (78) yang mengalami sejumlah gangguan kesehatan, misalnya batu ginjal, asam lambung, rematik, dan katarak.
Setelah memperkenalkan diri, para remaja perempuan itu berkomunikasi dengan Dahurip. Mereka menanyakan kondisi Dahurip dan keluhan yang dirasakan. ”Gimana Mbah kondisinya?” tanya salah seorang remaja. Selain itu, mereka juga mengamati aktivitas perawat desa yang memeriksa suhu dan mengukur tekanan darah Dahurip.
Para remaja perempuan itu merupakan siswi atau santriwati Madrasah Aliyah (MA) Ali Maksum, Bantul. Mereka datang ke Desa Panggungharjo untuk belajar mengenai pengelolaan desa dan beragam persoalan riil yang terjadi di desa. Selain itu, mereka juga bermain peran menjadi perangkat desa dan menjalankan tugas-tugas di kantor desa.
Murid Madrasah Aliyah Ali Maksum mempelajari cara kerja perawat desa yang melakukan kunjungan bulanan terhadap warga lansia di Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (4/1/2022).
Kedatangan para siswa dan siswi kelas 12 MA Ali Maksum itu dibagi menjadi dua giliran. Sebanyak 25 siswi datang pada Selasa, sedangkan 23 orang siswa hadir pada Rabu (5/1/2022). Sesampainya di Panggungharjo, mereka dibagi menjadi beberapa kelompok dan tiap kelompok mendalami isu berbeda.
Salah satu yang isu yang dipelajari para siswi MA Ali Maksum adalah perawatan lansia. Pemerintah Desa Panggungharjo memang memiliki program untuk membantu perawatan lansia. Dalam program itu, pemerintah desa menugaskan seorang perawat untuk berkunjung secara rutin ke rumah warga lansia guna mengecek kondisi kesehatan mereka.
Perawat Desa Panggungharjo, Feni Winarti (34), menuturkan, kunjungan ke rumah lansia dilakukan setiap satu bulan sekali. Dalam kunjungan itu, Feni memeriksa kondisi kesehatan para lansia dan bertanya tentang keluhan yang mereka alami. Apabila membutuhkan perawatan lebih lanjut, para lansia akan diarahkan untuk memeriksakan diri ke puskesmas setempat. ”Para lansia rata-rata mengalami hipertensi (tekanan darah tinggi) serta gula dan kolesterolnya tinggi,” tuturnya.
Menurut Feni, pada tahun 2016 ada 76 orang lansia di Panggungharjo yang rutin dicek kondisi kesehatannya. Namun, pada tahun 2022, jumlahnya berkurang menjadi 46 orang karena sebagian lansia telah meninggal. Meski begitu, jumlah lansia yang harus dikunjungi bisa saja bertambah apabila ada laporan baru.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Murid Madrasah Aliyah Ali Maksum menyiapkan atribut sebelum berperan menjadi perangkat desa di Kantor Pemerintah Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (4/1/2022).
Salah seorang siswi MA Ali Maksum, Faradisa Alfi (18), mengaku belajar banyak hal saat mengikuti kegiatan di Desa Panggungharjo. Selain mengunjungi rumah warga lansia, Faradisa dan sejumlah temannya juga bermain peran menjadi petugas Badan Pelaksana Jaring Pengaman Sosial (Bapel JPS) Desa Panggungharjo yang bertugas memberikan layanan sosial pada masyarakat, terutama warga kurang mampu.
Saat berperan sebagai petugas Bapel JPS, Faradisa harus memberi pelayanan kepada warga yang membutuhkan bantuan untuk merawat lansia di rumahnya. Dia bertugas menjelaskan prosedur dan persyaratan apa saja yang dibutuhkan agar warga bisa mengakses layanan itu. ”Saya jadi tahu apa saja tugas Bapel JPS, pemasukannya dari mana, dan apa saja layanannya,” ujar siswi asal Semarang, Jawa Tengah, itu.
Tawuran
Selain soal perawatan lansia, para siswi MA Ali Maksum juga belajar beberapa hal lain, misalnya tentang Badan Permusyawaratan Desa, Badan Usaha Milik Desa, posyandu, dan pengelolaan sampah. Sementara itu, para siswa belajar mengenai masalah keamanan dan ketertiban di desa, penanganan pandemi Covid-19, pencegahan korupsi, serta penanganan mantan pecandu narkoba.
Untuk memberi gambaran riil, sejumlah siswa yang mendalami isu keamanan dan ketertiban diajak hadir dalam pertemuan warga di Dusun Garon, Desa Panggungharjo. Pertemuan itu membahas mengenai tawuran dua geng remaja beberapa waktu lalu yang melibatkan sejumlah pemuda Dusun Garon. Dalam tawuran itu, seorang remaja dari dusun tersebut meninggal.
Sejumlah siswa Madrasah Aliyah Ali Maksum mengikuti pertemuan warga di Dusun Garon, Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (5/1/2022). Kegiatan itu merupakan bagian dari pembelajaran agar para siswa memahami persoalan riil yang terjadi di desa.
Pertemuan yang dipimpin Kepala Dusun Garon Rosada Athariq (26) itu dihadiri keluarga korban, pemuda yang terlibat tawuran, ketua RT, petugas Bintara Pembina Desa, serta Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban. Menurut Athariq, pertemuan semacam itu biasa digelar untuk menyelesaikan beragam persoalan yang melibatkan warga.
”Sebelum kasus tawuran ini, saya juga pernah menggelar pertemuan terkait kasus pencabulan, perselingkuhan, dan sengketa tanah,” kata Athariq.
Sementara itu, salah seorang siswa MA Ali Maksum, Agung Ramadhan (19), mendapat kesempatan untuk menjadi Kepala Desa Panggungharjo selama beberapa saat. Sebelum memulai tugasnya, Agung terlebih dulu mewawancarai Kepala Desa Panggungharjo Wahyudi Anggoro Hadi untuk mendapat gambaran mengenai tanggung jawab seorang kepala desa.
Setelah itu, Agung mulai bertugas sebagai kepala desa dengan memantau kerja para perangkat desa serta menerima tamu dari instansi lain. ”Sebelumnya saya beranggapan kepala desa itu hanya mengontrol kerja anak buah. Tapi kalau dari cerita Pak Wahyudi tadi, ternyata jadi kepala desa itu memegang amanah yang sangat besar karena harus mengurusi masyarakat yang banyak,” tuturnya.
KOMPAS/HARIS FIRDAUS
Seorang siswa Madrasah Aliyah Ali Maksum, Agung Ramadhan, membaca dokumen saat berperan menjadi kepala desa di kantor Kepala Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (5/1/2022). Pada hari itu, sejumlah siswa Madrasah Aliyah Ali Maksum bermain peran sebagai perangkat desa untuk memahami berbagai persoalan riil yang terjadi di desa.
Wahyudi menyatakan, dengan mengikuti kegiatan itu, para pelajar diharapkan bisa mendapat pengalaman dan pengetahuan tentang tata cara kerja pemerintah desa. Mereka juga diharapkan bisa mengetahui permasalahan riil di desa dan bagaimana solusinya.
Selain itu, kegiatan tersebut juga diharapkan bisa membuat para pelajar jatuh cinta pada desa sehingga setelah dewasa mereka mau berkontribusi membangun desa. ”Semoga mereka punya cita-cita untuk kembali ke desa. Selama ini, kan, sangat jarang ditemukan anak-anak muda yang bercita-cita kembali ke desa dan membangun desanya,” ungkap Wahyudi.
Pendamping Siswa MA Ali Maksum, Nur Imaningtyas, menuturkan, pada tahun ini pihak sekolah sengaja mengalihkan kegiatan study tour atau karyawisata dengan kunjungan ke sejumlah instansi. Selain Desa Panggungharjo, tempat lain yang menjadi tujuan kunjungan adalah kantor kepolisian, perusahaan daerah air minum, laboratorium kesehatan, dan pabrik roti. ”Anak-anak bisa memilih lokasi kunjungan sesuai minat masing-masing,” katanya.
Nur menyebut, kunjungan itu merupakan salah satu cara agar para siswa bisa mengeksplorasi ilmu dan pengetahuan yang ada di luar sekolah. ”Pada semester ini, anak-anak memang didorong belajar ke luar untuk mengeksplorasi ilmu di luar sekolah. Belajar itu kan tidak hanya di dalam kelas,” tuturnya.