Antisipasi Omicron Masuk Kabupaten Cirebon, Pekerja Migran Dipantau
Seorang pekerja migran asal Cirebon masih menjalani karantina di Jakarta karena suspek Covid-19 varian Omicron. Pemkab Cirebon terus memantau kedatangan pekerja migran untuk antisipasi masuknya Omicron.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, terus memantau kedatangan orang dari luar negeri setelah sejumlah pekerja migran asal Cirebon suspek Covid-19 varian Omicron. Pemkab juga melakukan surveilans dan menyiapkan ruang isolasi untuk mengantisipasi varian dengan penularan cepat tersebut.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Sartono mengatakan, saat ini, seorang pekerja migran asal Cirebon menjalani karantina di Jakarta karena suspek Covid-19 varian Omicron. Dia dari Arab Saudi. Ini hari ke-13 di sana, belum selesai isolasi. Kondisinya bagus, tidak bergejala,” katanya, Minggu (9/1/2022).
Sartono memastikan keluarga pekerja migran tersebut masih di Cirebon dan belum kontak dengan yang bersangkutan. Pihaknya terus berkoordinasi dengan Satuan Tugas Covid-19 di Jakarta untuk memastikan pekerja migran itu bebas Covid-19 sebelum kembali ke Cirebon. Ketika pulang ke daerah, pekerja migran tersebut bakal diperiksa lagi.
Sebelumnya, warga Kabupaten Cirebon yang menjadi pekerja migran di Singapura juga dinyatakan suspek Covid-19 varian Omicron setelah kontak erat dengan pasien positif di Wisma Atlet, Jakarta. ”(Dia) sudah negatif (Covid-19) dan pulang ke Cirebon. Tapi, kami tetap pantau. Keluarganya juga sudah diperiksa, hasilnya negatif,” katanya.
Menurut Sartono, terdapat 14 pekerja migran asal Cirebon yang datang ke Indonesia beberapa waktu lalu. Kini, hanya satu yang masih menjalani karantina di Jakarta. Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia mencatat hingga akhir 2021, 2.369 warga Cirebon menjadi pekerja migran. Pihaknya berkomitmen terus memantau kedatangan pekerja migran.
Pengawasan tersebut dilakukan karena sebagian besar kasus Omicron bersumber dari luar negeri. Dari 318 kasus yang dilaporkan, 23 kasus merupakan kasus transmisi lokal dan 295 kasus dari pelaku perjalanan luar negeri. Kasus terbanyak berasal dari pelaku perjalanan dari Turki dan Arab Saudi (Kompas, 9/1/2022).
Di Cirebon belum ada Omicron. Apalagi, yang transmisi lokal. Kami belum menemukan itu. (Sartono)
”Di Cirebon belum ada Omicron. Apalagi, yang transmisi lokal. Kami belum menemukan itu,” ucap Sartono. Selain pekerja migran, lanjutnya, risiko penularan Omicron juga bisa datang dari pelaku perjalanan luar kota, terutama Jakarta. Pihaknya terus melakukan surveilans, seperti tes lebih dari 200 orang per hari dan pelacakan hingga 14 orang kontak erat.
Meski demikian, Sartono mengakui peralatan tes rantai reaksi polimerase atau PCR di Cirebon belum mampu mendeteksi varian Omicron. Pemeriksaan genom utuh (WGS) pun harus dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah di Bandung, Jabar. ”Butuh waktu tiga sampai lima hari untuk tahu hasilnya,” ujarnya.
Sebelum hasil pemeriksaan Omicron selesai, yang bersangkutan tetap harus menjalani isolasi. Dengan demikian, penularan Covid-19 bisa dicegah. Selain cepat menyebar, lanjutnya, varian Omicron juga bisa membuat pasien dirawat di rumah sakit. ”Maka, harus dikendalikan juga kesiapan rumah sakit. Hampir 350 tempat tidur yang kami siapkan,” katanya.
Di Kota Cirebon, pemerintah menyiagakan 178 tempat tidur isolasi di 11 rumah sakit untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 akibat Omicron. Sebanyak 51 unit di antaranya merupakan ruang perawatan intensif (ICU).
”Alhamdulillah, ruang ICU tidak ada yang terpakai. Semua ruangan itu sudah disiapkan untuk pasien Covid-19,” kata Kabid Pelayanan Kesehatan Dinkes Kota Cirebon Juliantina Mulus Rahayu.
Namun, ia mengingatkan, rumah sakit merupakan benteng terakhir perlawanan Covid-19. ”Benteng awal itu di masyarakat, seperti penegakan protokol kesehatan. Kalau benteng ini jebol, kita kewalahan seperti beberapa waktu lalu,” ungkapnya.