Pengerjaan Jalur Ganda Rel Layang Simpang Joglo Dimulai
Pengerjaan proyek jalur ganda rel layang di Simpang Joglo, Kota Surakarta, Jawa Tengah, dimulai. Adanya jalur ganda tersebut berpotensi meningkatkan perjalanan kereta api.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Pengerjaan proyek jalur ganda rel layang di Simpang Joglo, Kota Surakarta, Jawa Tengah, dimulai. Adanya jalur ganda tersebut berpotensi meningkatkan perjalanan kereta api. Kemacetan lalu lintas yang terjadi di kawasan itu diprediksi ikut terurai mengingat pembangunan rel layang disertai pembuatan jalan lintas bawah bagi kendaraan bermotor.
Dimulainya pengerjaan proyek tersebut ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Simpang Joglo, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu (8/1/2022). Turut hadir dalam kesempatan itu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka.
Proyek itu bernama pembangunan Jalur Ganda Solo-Semarang Fase 1. Jalur itu berada pada rute Stasiun Solo Balapan hingga Stasiun Kalioso. Total panjang jalur yang akan dibangun sekitar 10 km. Dari panjang itu ada 1,73 km jalur ganda yang dibangun melayang dengan tinggi 40 meter dan jembatan tipe lengkung rangka baja komposit yang bentangnya 270 meter. Nilai proyek tersebut sekitar Rp 900 miliar. Ditargetkan, pengerjaannya sudah selesai pada 2023.
”Ini satu titik di mana kita akan mengoneksikan beberapa kota yang ada di Jawa Tengah. Diharapkan (kemacetan) ini bisa terurai. Terlebih, Solo (Kota Surakarta) menjadi satu titik aglomerasi yang menghubungkan beberapa kota di sekitarnya,” kata Budi Karya, seusai acara.
Menurut Budi Karya, kemacetan bukan hanya soal kepadatan lalu lintas darat. Panjangnya jarak waktu antarkereta juga termasuk dalam golongan kemacetan. Pemangkasan jarak waktu antarkereta menjadi salah satu tujuan pembangunan jalur ganda tersebut.
Ini satu titik di mana kita akan mengoneksikan beberapa kota yang ada di Jawa Tengah.
Budi Karya mencontohkan jarak antarwaktu Kereta Bandara Adi Soemarmo yang saat ini jarak waktu antarkeretanya mencapai 60 menit. Nantinya, setelah jalur ganda rel layang rampung dibangun, jarak waktu antarkereta hanya sekitar 20 menit. Kondisi ini semakin memudahkan dan mempercepat pergerakan warga yang hendak bepergian kelak.
Tak hanya itu, jumlah perjalanan kereta pun diproyeksikan bertambah banyak setelah proyek rel ganda itu rampung. Menurut data dari Kementerian Perhubungan, perjalanan kereta api bisa meningkat dari semula 96 perjalanan per hari menjadi 144 perjalanan per hari. Khusus kereta bandara, perjalanannya diperkirakan meningkat dari 32 perjalanan per hari menjadi 50 perjalanan per hari.
”Karena relnya dibangun menjadi ganda, tingkat keselamatannya juga lebih. Secara kecepatan lebih tinggi juga karena tidak ada risiko untuk crash (bertabrakan),” kata Budi Karya.
Namun, persoalan di Simpang Joglo tidak hanya padatnya lalu lintas kereta api. Lalu lintas kendaraan bermotor juga menjadi soal lain. Bahkan, persimpangan tersebut menjadi salah satu titik lokasi yang paling macet di wilayah Kota Surakarta bagian utara. Sebab, banyak kendaraan baik akan masuk maupun keluar dari Kota Surakarta harus melintasi persimpangan itu.
”Maka, timbul ide pembuatan rel layang. Jadi dia menyelesaikan masalah lalu lintas baik itu headway kereta api dan juga pergerakan daratnya,” kata Budi Karya.
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka meyakini, kemacetan yang menjadi persoalan selama bertahun-tahun di titik tersebut akan terurai setelah pembangunan rel layang tersebut. Sebab, kendaraan tidak lagi harus melewati perlintasan sebidang. Bahkan, ada opsi jalan lintas bawah yang bisa dilalui sehingga lalu lintas semakin lancar.
”Saya yakin, ketika nanti pembangunan rel layang ini selesai, kemacetan dan kepadatan lalu lintas sekitar bisa terurai serta mengangkat kegiatan ekonomi bagi warga di sekitarnya,” kata Gibran.
Lebih lanjut, Gibran mengungkapkan bakal mengawal pengerjaan proyek tersebut hingga tuntas. Pihaknya juga mengharapkan agar kelak rel layang itu menjadi salah satu ikon pembangunan di kota tersebut.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendorong agar pembangunan proyek tersebut mengedepankan kerja sama intens antarlembaga. Mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, hingga pemerintah kota.
Keberhasilan kerja sama tersebut, kata Ganjar, telah dibuktikan dengan suksesnya pembangunan sejumlah bandara di Jawa Tengah, seperti Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani di Semarang, Bandara Ngloram di Blora, dan Bandara Jenderal Besar Soedirman di Purbalingga.
”Semua itu (pembangunan bandara) bisa terlaksana dengan baik karena kerja sama yang baik antara pemerintah pusat dan daerah. Mari kita sampaikan kepada publik, kalau kita gotong royong pekerjaan bisa diselesaikan,” kata Ganjar.