Jalan Dhoho adalah nostalgia. Tak banyak yang berubah dari tahun ke tahun di jalan sepanjang sekitar satu kilometer tersebut. Sudah 25 tahun ternyata saya menginjakkan kaki pertama di jalan yang menjadi salah satu ikon Kota Kediri, Jawa Timur, ini. Jalan pedestrian yang sempit. Toko lawas yang masih bertahan dengan menjajakan barang yang sama, yakni pakaian, barang elektronik, onderdil kendaraan dan barang pecah-belah. Kini, menjelang dua tahun pandemi Covid-19, sebagian toko tutup permanen. Sebagian bangunan tak terawat dan ditinggalkan pemiliknya karena tidak ada regenerasi lagi. Seperti melintasi waktu, saya kembali merekam masa lalu di masa kini.
Sengaja saya menginap di Hotel Penataran, sebuah hotel lama yang masih bertahan di Jalan Dhoho. Meski banyak hotel baru kekinian yang tumbuh. Kenangan akan masa lalu lebih terasa di hotel legendaris tersebut. Bentuk bangunan tak berubah, lorong panjang seakan berjalan ke masa lalu untuk menuju ke kamar. Begitu juga suasana kamar dan bar di ujung lorong.
Jalan Dhoho juga menyimpan banyak kenangan akan kuliner. Siang itu, di awal November 2021, saya menyempatkan diri menikmati rujak cingur racikan Ibu Siti Fatimah di depan Aries Motor. Mengenakan kebaya dan kain batik, Fatimah cekatan meracik rujak cingur. Rasanya masih sama seperti 25 tahun yang lalu, meski bumbu rujaknya standar yang terdiri dari bawang putih goreng, cabai, terasi, garam, kacang tanah, gula merah, pisang kluthuk, petis dengan sedikit air. Bumbu diulek dan dicampur dengan cingur (lidah sapi), sayur kangkung, tahu, tempe, bengkoang, irisan mentimun, belimbing dan nanas.