Dua Santri di Magelang Hanyut, Seorang Ditemukan Tewas
Dua santri hanyut di Sungai Elo di Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Rabu (5/1/2022). Satu orang ditemukan meninggal dan satu korban lainnya masih dicari.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
BPBD KABUPATEN MAGELANG
Pencarian dua santri yang hanyut di Sungai Elo di Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Rabu (5/1/2022).
MAGELANG, KOMPAS — Dua santri dari Pondok Pesantren Al Lu’lu’wal Marjan di Desa Bumirejo, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, hanyut di aliran Sungai Elo di dekat pondok pesantren itu, Rabu (5/1/2022) pukul 10.45. Seorang ditemukan sudah meninggal dan seorang lainnya masih dalam pencarian.
Satu santri yang sudah ditemukan meninggal adalah Fazril Fadillah Adha (13) asal Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Korban ditemukan tewas pukul 14.00 di aliran sungai sekitar 200 meter dari posisi kecelakaan. Adapun satu korban yang hingga kini masih belum ditemukan adalah Muhammad Balghi Meydinansyah (12) asal Kota Cirebon, Jabar.
Rahmat Hartanto dari Bagian Administrasi dan Tata Usaha (Ponpes) Al Lu’lu’wal Marjan, mengatakan, Rabu pagi, 22 santri mengikuti pelajaran bahasa Arab. Agar tidak jenuh terus-menerus berada di kelas, pelajaran saat itu sengaja digelar di alam terbuka di dekat Sungai Elo, yang hanya berjarak sekitar 700 meter dari ponpes.
”Saat pelajaran berlangsung, para santri sebenarnya sudah diingatkan untuk terus berada di tepi sungai,” ujar Rahmat, Rabu.
Namun, di luar pantauan, dua santri tersebut bermain-main di sungai dan akhirnya hanyut. Saat itu, pembelajaran berlangsung hanya dengan didampingi satu guru. Karena bukan aktivitas belajar berenang, maka rombongan santri tersebut tidak melengkapi diri dengan pelampung.
Jajaran Polres Magelang meninjau sungai yang menjadi lokasi hanyutnya dua santri dari Ponpes Al Lu’lu’wal Marjan di Desa Bumirejo, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jateng, Rabu (5/1/2022).
Kepala Kepolisian Resor Ajun Komisaris Besar Sajarod Zakun mengatakan, saat ini, fokus utama kegiatan yang akan dilakukan adalah mencari korban yang hilang. Namun, pada tahap selanjutnya, polisi tetap akan menyelidiki unsur kelalaian yang terjadi yang memicu terjadinya kecelakaan ini.
”Kami akan menyelidiki, mencari tahu apakah kecelakaan ini terjadi akibat kelalaian dari ponpes, dari gurunya, atau murni dari kelalaian korbannya,” ujarnya.
Kegiatan di sekitar sungai sebenarnya sangat berisiko, terlebih jika tidak didampingi oleh instruktur atau tenaga ahli dalam hal penyusuran sungai. (Edi Wasono)
Pencarian korban pada Rabu dilakukan dengan melibatkan puluhan personel gabungan dari TNI, polisi, sukarelawan Basarnas, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang. Pencarian dihentikan sekitar pukul 17.30 dan akan dilanjutkan kembali pada Kamis (6/1/2022) dengan menggunakan perahu karet.
Kepala BPBD Kabupaten Magelang Edi Wasono mengatakan, saat diperhatikan sepintas, aliran Sungai Elo sebenarnya terlihat tenang, tidak bergejolak, dan tidak membahayakan.
KOMPAS/REGINA RUKMORINI
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang Edi Wasono
Pemandangan aliran sungai yang tenang itulah yang diduga menarik perhatian dua santri tersebut untuk bermain-main dalam sungai.
”Dua santri itu tidak tahu bahwa di Sungai Elo banyak terdapat pusaran-pusaran air yang berisiko menyeret atau menenggelamkan siapa pun yang berada dalam sungai,” ujarnya.
Menurut dia, kegiatan di sekitar sungai sebenarnya sangat berisiko, terlebih jika tidak didampingi oleh instruktur atau tenaga ahli dalam hal penyusuran sungai. ”Instruktur sangat penting dilibatkan untuk mengantisipasi risiko terjadinya kecelakaan air yang sangat membahayakan keselamatan jiwa,” ujarnya.
Guru ataupun pihak ponpes, menurut dia, semestinya juga ingat dan belajar dari pengalaman-pengalaman yang telah terjadi sebelumnya. Sudah beberapa kali terjadi korban hanyut di Sungai Elo dan salah satu di antaranya bahkan ditemukan sudah dalam kondisi meninggal hingga Pantai Samas, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.