Cakupan komplet vaksinasi Covid-19 di Jawa Timur belum memuaskan sehingga perlu terus digencarkan untuk menekan potensi situasi pandemi memburuk kembali terkait serangan varian Omicron yang amat cepat menular.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Vaksinasi Covid-19 di Jawa Timur perlu kembali digencarkan. Hampir setahun program vaksinasi berjalan, tetapi pemberian dosis 1 dan dosis 2 atau komplet baru mencakup 57,45 persen jumlah sasaran. Cakupan itu di bawah harapan minimal 70 persen. Meski demikian, ada delapan kota dan satu kabupaten di antara 38 daerah di Jawa Timur dengan cakupan vaksinasi komplet sudah di atas 70 persen.
Vaksinasi dimulai pertengahan Januari 2021 bersamaan dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Imunisasi diberikan tercatat pada bulan kesepuluh setelah serangan pandemi Covid-19 terjadi pada Maret 2020. Di Jatim, kasus Covid-19 ditemukan pertama kali pada pertengahan Maret 2020 dan nyaris tepat 10 bulan kemudian, vaksinasi mulai diberikan.
Berdasarkan pantauan pada laman resmi https://vaksin.kemkes.go.id/, Selasa (4/1/2022) petang, vaksinasi komplet telah diberikan kepada 18,281 juta jiwa warga Jatim atau cakupan 57,45 persen. Sembilan daerah dengan cakupan tinggi atau di atas 70 persen ialah Gresik (71,64 persen), Kota Pasuruan (79,83 persen), Kota Batu (85,65 persen), dan Kota Madiun (89,98 persen).
Selain itu, Kota Malang (94,76 persen), Surabaya (101,56 persen), Kota Blitar (102,42 persen), Kota Mojokerto (106,81 persen), dan Kota Kediri (109,71 persen). Mayoritas atau 29 kabupaten/kota belum mencapai persentase yang diharapkan dalam cakupan vaksinasi.
Sejumlah kabupaten diyakini akan segera menjangkau cakupan minimal 70 persen karena sampai Selasa petang sudah mencapai di atas 60 persen. Daerah-daerah dimaksud ialah Sidoarjo (69,72 persen), Kabupaten Mojokerto (69,06 persen), Lamongan (65,97 persen), Jombang (65,44 persen), dan Magetan (62,08 persen).
Daerah dengan cakupan terendah ada di empat kabupaten di Pulau Madura, yakni Bangkalan (31,26 persen), Sampang (27,83 persen), Pamekasan (20,25 persen), dan Sumenep (26,64 persen).
Di sisi lain, cakupan vaksinasi terutama dosis 1 dan dosis 2 menjadi salah satu indikator bagi pemerintah pusat dalam menetapkan level PPKM kabupaten/kota. Regulasi terbaru terkait hal itu telat terbit pada Senin (3/1/2022) untuk berlaku dua pekan, yakni Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2022 tentang PPKM Level 3, Level 2, dan Level 1 Covid-19 di Wilayah Jawa dan Bali.
Penetapan level berpedoman pada indikator penyesuaian upaya kesehatan masyarakat, pembatasan sosial dalam penanggulangan pandemi Covid-19, capaian total vaksinasi dosis 1 untuk umum termasuk cakupan vaksinasi dosis 1 untuk warga di atas 60 tahun atau lanjut usia.
Dari instruksi ini, di Jatim yang mendapat kriteria level 1 ada 18 daerah, yakni Tuban, Lamongan, Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Kota dan Kabupaten Mojokerto, Jombang, Bojonegoro, Ngawi, Pacitan, Tulungagung, Kota Kediri, Kota Blitar, Banyuwangi, Kabupaten Probolinggo, serta Kota dan Kabupaten Pasuruan.
Kriteria level 2 ada di 16 kabupaten/kota. Seluruh Pulau Madura atau empat kabupaten, yakni Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep, berkriteria level 3.
Semakin tinggi level, suatu daerah kian tidak leluasa dalam mendorong aktivitas sosial masyarakat di berbagai sektor, terutama ekonomi, pendidikan, dan budaya.
Aparatur terpadu di Jatim harus lebih gencar lagi mendorong vaksinasi. (Windhu Purnomo)
Melihat dari berbagai situasi tadi, epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, mengatakan, aparatur terpadu di Jatim harus lebih gencar lagi mendorong vaksinasi. Yang ideal, indikator level PPKM suatu daerah seharusnya dilihat dari cakupan komplet yang minimal 70 persen. Di sisi lain, secara prinsip, untuk mendapatkan situasi kekebalan kelompok guna membantu penanganan pandemi Covid-19, persentase cakupan harus mendekati sempurna (100 persen populasi).
”Memang ada kelompok masyarakat yang tidak bisa menerima vaksin, tetapi tidak banyak dan mereka idealnya terlindungi dari potensi serangan Covid-19,” ujar Windhu. Vaksinasi tidak membuat seseorang kebal dari Covid-19 tetapi meningkatkan peluang keselamatan jika terjangkit penyakit akibat serangan SARS-CoV-2 dan atau variannya.
Secara terpisah, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa memahami bahwa masih perlu mendorong bupati/wali kota di daerah, terutama Pulau Madura, karena cakupan vaksinasi belum memuaskan. Apalagi kasus Covid-19 masih ditemukan bahkan telah terdeteksi serangan varian Omicron dengan karakter penularan amat cepat.
Di Indonesia, sampai Selasa petang, menurut Kementerian Kesehatan, sudah tercatat 138 kasus Omicron yang tiga di antaranya merupakan transmisi lokal. Dua dari tiga kasus Omicron transmisi lokal diketahui menjangkiti pasangan suami istri warga Surabaya. Mereka terkonfirmasi terjangkit Omicron dalam pemeriksaan setelah liburan sepekan dari Bali pada akhir tahun lalu.
”Vaksinasi perlu digencarkan agar masyarakat juga dapat lebih leluasa menjalani kehidupan,” kata Khofifah. Cakupan vaksinasi yang luas dan komplet, termasuk bagi anak-anak, amat bermanfaat sebagai modal penting suatu daerah untuk melanjutkan aktivitas kependidikan, yakni pembelajaran tatap muka dari sebelumnya secara dalam jaringan (online).
Selain itu, pemerintah pusat berencana memberikan vaksin penguat (booster) atau dosis 3 pada pekan depan. Dosis penguat sepatutnya diutamakan bagi daerah-daerah dengan cakupan komplet yang tinggi, misalnya sudah di atas 100 persen dari sasaran. Dosis penguat penting untuk meningkatkan kembali kekebalan tubuh seseorang dari ancaman Covid-19 setidaknya setahun kemudian.