Asa Dunia Kembali Normal dari Para ”Penanda Waktu”
Mereka adalah individu yang berada dalam perputaran waktu. Ketika aktivitas manusia terrbatas pada masa pandemi Covid-19, mereka amat merasakan perubahan itu. Di Tahun Baru, mereka inginkan kehidupan kembali normal.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA, ZULKARNAINI MASRY, SUCIPTO
·5 menit baca
Perubahan dunia dalam dua tahun terakhir dirasakan oleh Yustus Elias Arfai, Kepala Regu Pengamanan Pelabuhan Jayapura, Provinsi Papua; Prajurit Kepala David Imanuel Lauppaty, petugas Pos Pengamanan Perbatasan RI-Malaysia di Tanjung Karya, Kecamatan Krayan Barat, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara; serta Hamli Yunus, muazin Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Provinsi Aceh. Tugas sehari-hari mereka bersinggungan dengan perubahan waktu.
Seusai mengikuti ibadah perayaan Tahun Baru 2022 di Gereja GKI Hermon Batuputih, Kota Jayapura, pada Jumat (31/12/2021) pukul 19.30 WIT, Yustus bergegas ke tempat tugasnya di Pelabuhan Jayapura. Pria berusia 35 tahun itu bertugas menjaga area pelabuhan seluas 5 hektar itu sejak pukul 20.00 hingga pukul 08.00 WIT.
Pada malam detik-detik pergantian tahun atau di pagi pertama tahun 2022 memang tidak ada jadwal kapal yang sandar atau berangkat. Namun, Yustus dan dua rekannya tetap tidak bisa bersantai.
Tantangan terberat dalam dua tahun terakhir adalah memastikan penumpang yang turun dan naik ke kapal benar-benar menggunakan masker dan berjaga jarak.
Mereka berpatroli mengelilingi tiga dermaga di Pelabuhan Jayapura, yang terdiri dari dua dermaga untuk kapal peti kemas dan satu dermaga khusus kapal pengangkut penumpang.
Aktivitas naik-turun penumpang di pelabuhan tersibuk di ”Bumi Cenderawasih” itu terakhir kali terjadi pada 29 Desember lalu. Selanjutnya, kapal penumpang baru akan kembali datang dan berangkat dari pelabuhan itu pada 3 dan 4 Januari.
Saat tahun berganti setelah memasuki hari Sabtu (1/1/2022) pukul 00.00 WIT, Yustus merayakan Tahun Baru bersama rekan-rekannya di pos penjagaan pelabuhan dengan penuh rasa syukur. Tak ada perayaan yang berlebihan, mereka hanya saling bersalaman dan berdoa.
Yustus mengungkapkan, dalam dua tahun terakhir pada masa pandemi ini ada begitu banyak tantangan dalam menjalankan tugas. Sejak kasus Covid-19 ditemukan pertama kali di Papua pada bulan Maret 2020, mereka mendapat tugas tambahan.
Mereka bahu-membahu bersama Satgas Covid-19 Kota Jayapura dan petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan Jayapura untuk memastikan protokol kesehatan di area pelabuhan terlaksana.
Salah satu tantangan terberat dalam tugas itu adalah mewajibkan penumpang memakai masker dan menjaga jarak. Sering kali mereka dibentak dan beradu argumen dengan penumpang yang tidak patuh menjaga protokol kesehatan. Namun, Yustus selalu mengimbau rekan-rekannya untuk menjalankan tugas dengan penuh kesabaran.
”Tantangan terberat dalam dua tahun terakhir adalah memastikan penumpang yang turun dan naik ke kapal benar-benar menggunakan masker dan berjaga jarak,” kata ayah satu anak ini saat berbincang, Sabtu dini hari.
Yustus mengakui, dirinya menjadi salah satu garda terdepan untuk mencegah hadirnya varian Omicron di Kota Jayapura dan sekitarnya. Sebab, mereka bertugas langsung untuk menjamin para penumpang kapal bebas Covid-19 sebelum diberikan keleluasaan untuk memasuki Jayapura.
Sejak masa libur Natal, Pelabuhan Jayapura mewajibkan setiap penumpang yang tiba dari luar Papua untuk melakukan tes usap antigen. Hal itu demi mengurangi kekhawatiran Yustus dan rekan-rekannya bahwa para penumpang membawa virus berbahaya itu.
”Saya berharap kerja keras kami di lapangan berdampak tidak ada lonjakan kasus Covid-19 setelah liburan Natal. Saatnya warga Jayapura menyambut tahun yang baru dengan optimistis meskipun negara ini masih dilanda pandemi Covid-19,” ucap Yustus saat merasakan sinar mentari perdana tahun 2022.
Azan pertama
Tugas pertama pada Tahun Baru juga dilakukan Hamli, muazin Masjid Raya Baiturrahman, Kota Banda. Ia bertugas mengumandangkan azan shalat Subuh perdana tahun ini.
Bagi rakyat Aceh, azan Subuh adalah penanda bagi dimulainya hari yang baru. Setelah menjalankan shalat pertama dalam lima waktu shalat sehari-hari, masyarakat di ”Bumi Serambi Mekah” baru memulai aktivitasnya.
Oleh karena itu, azan Subuh yang dikumandangkan Hamli, Sabtu (1/1/2022), terasa istimewa sebab menandakan hadirnya pergantian tahun Masehi. Lantunan azan Hamli seakan menembus rintik-rintik hujan yang mengguyur Banda Aceh sejak Jumat malam hingga Sabtu pagi untuk memanggil umat Muslim menjalankan shalat berjamaah.
Pada masa pandemi ini, Hamli melihat langsung kondisi Masjid Raya Baiturrahman yang tidak normal. Saf shalat harus berjarak demi menjalankan protokol kesehatan. Oleh karena itu, Hamli dan semua warga Aceh berharap kondisi pandemi cepat berakhir agar keberkahan dan rezeki warga Aceh kian membaik.
Sementara itu, David menyaksikan matahari pertama pada tahun 2022 dari ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut. Itu adalah lokasi tempatnya bertugas di Pos Pengamanan Perbatasan RI-Malaysia Tanjung Karya di Kalimantan Utara yang berbatasan dengan wilayah Serawak, Malaysia.
Pada hari pembuka tahun 2022 ini, David bersama beberapa rekannya sesama anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) memulai hari dengan apel bersama. Perwakilan anggota dari lima pos perbatasan di kawasan Krayan menerima arahan di Desa Long Bawan yang merupakan pusat Kecamatan Krayan.
Dalam apel tersebut, setiap anggota TNI di beranda negeri diminta memperbanyak aktivitas dengan warga. Dengan hubungan yang erat itu, TNI bisa turut berbagi mengenai pentingnya menjaga kawasan perbatasan dari perambahan atau hal ilegal lain.
”Di pos perbatasan ini terdapat 15 petugas yang berjaga. Selain untuk membantu masyarakat, kami juga harus memastikan patok-patok di perbatasan tidak rusak atau bergeser,” kata David yang bertugas di perbatasan sejak akhir September 2021.
Dalam tugasnya itu, ia melihat kondisi kesulitan masyarakat Krayan di tengah pandemi. Pasalnya, bahan pokok di desa-desa perbatasan amat bergantung pasokan dari wilayah Malaysia.
Ketika Malaysia memberlakukan pembatasan aktivitas masyarakat beberapa kali dalam dua tahun terakhir, pasokan bahan pokok ke Krayan terganggu karena harga melonjak tinggi.
Bagi rakyat Aceh, azan Subuh adalah penanda bagi dimulainya hari yang baru. Setelah menjalankan shalat pertama dalam lima waktu shalat sehari-hari, masyarakat di ’Bumi Serambi Mekah’ baru memulai aktivitasnya.
Alhasil, David memiliki harapan yang serupa dengan Yustus dan Hamli agar pandemi segera berlalu pada tahun ini. Mereka ingin melihat aktivitas warga yang kembali normal....