Helikopter yang Jatuh di Boven Digoel Terbang di antara Hujan dan Angin Kencang
Terjadi cuaca ekstrem hujan lebat dan angin kencang sebelum helikopter Airfast jatuh di Boven Digoel, Papua. Pelaku perjalanan udara diminta memantau kondisi cuaca sebelum terbang.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Helikopter milik maskapai Air Fast dengan nomor registrasi PK-ODB terbang di antara awan kumulonimbus yang memicu hujan lebat dan angin kencang sebelum jatuh di Kampung Kawe, Kabupaten Boven Digoel, Papua, Kamis (30/12/2021). Ke depan, semua pelaku perjalanan udara tidak memaksakan terbang saat cuaca buruk.
Stasiun Meteorologi Mopah Merauke mendeteksi awan kumulonimbus di sekitar helikopter naas itu pada Kamis pukul 15.00-18.00 WIT. Durasi itu bertepatan dengan waktu helikopter terbang.
Sebelumnya, helikopter itu lepas landas dari Deikai, ibu kota Yahukimo, pukul 15.35 menuju Kali Silet, Kamis. Dari Kali Silet, helikopter akan melanjutkan perjalanan menuju Tanah Merah, Boven Digoel. Namun, sekitar pukul 16.00, helikopter hilang kontak pada ketinggian 1.067 kaki atau 325 meter. Kecepatannya sempat terpantau 79,63 kilometer per jam.
Tidak lama, SAR Merauke lantas menerima sinyal bahaya via satelit yang terpancar dari helikopter PK-ODB. Letaknya di titik koordinat 4 derajat Lintang Selatan dan 140 derajat Bujur Timur atau berjarak 130,8 kilometer arah utara Tanah Merah.
”Lokasi kecelakaan helikopter antara wilayah Dekai dan Boven Digoel. Awan kumulonimbus memicu hujan lebat disertai petir dan angin kencang,” ujar Kepala Stasiun Meteorologi Mopah Merauke Gatot Rudiantoro saat dihubungi dari Jayapura pada Jumat (31/12/2021).
Ke depan, Gatot mengimbau semua pelaku perjalanan udara dan air selalu waspada cuaca ekstrem. Kondisi serupa bisa terjadi kapan saja karena fenomena La Nina masih berlangsung di Papua hingga awal tahun 2022.
Anggota staf Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Perwakilan Papua, Norbert Tunyanan, mengatakan, setiap pilot dibekali prosedur untuk memantau informasi kondisi cuaca dari BMKG sebelum terbang. Dia berharap, hal itu menjadi pegangan setiap pihak. Pilot diminta tidak memaksakan terbang saat cuaca buruk.
”Tim dari KNKT akan diterjunkan menyelidiki penyebab kecelakaan helikopter tersebut,” tutur Norbert.
Kepala Kantor SAR Merauke Supriyanto Ridwan mengatakan, semua awak helikopter selamat meski terluka. Mereka adalah Kapten Agung Miharja dan teknisi Fauzan Huda serta penumpang Iwan dan Kanisius. Setelah dievakuasi warga Kawe menggunakan perahu motor, mereka dibawa ke Kali Silet.
Selanjutnya, proses evakuasi dilakukan tiga helikopter dari maskapai Dimonim Air, Asian One Air, dan Carpediem menuju di Tanah Merah, Jumat pukul 06.45-09.10. ”Khusus tiga orang, Agung, Iwan dan Kanisius, mengalami cedera tulang belakang,” ujarnya.