Ratusan pengungsi Rohingya kini tengah terombang-ambing di dalam kapal di perairan Bireuen, Provinsi Aceh. Di dalam kapal itu terdapat sejumlah pengungsi anak-anak dan perempuan.
Oleh
Zulkarnaini Masry dan B Josie Susilo Hardianto
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Komisi Tinggi Urusan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) dan Amnesty International mendesak Pemerintah Indonesia mengevakuasi pengungsi Rohingya. Saat ini mereka, antara lain perempuan dan anak-anak, berada di sebuah perahu kayu yang terombang-ambing di perairan Kabupaten Bireuen, Aceh.
Dalam pernyataan pers tertulis yang dikirim pada Selasa (28/12/2021), UNHCR Indonesia menyerukan agar para pengungsi itu diselamatkan. Kapal tersebut pertama kali terlihat di perairan Bireuen pada 26 Desember. Mengutip laporan nelayan setempat, UNHCR mengatakan, mayoritas penumpang dari kapal yang kondisinya sangat padat dan tidak layak berlayar itu adalah wanita dan anak-anak. Kapal dilaporkan bocor dan mengalami kerusakan mesin. ”Kapal itu terombang-ambing di laut terbuka di tengah cuaca buruk dan dapat berisiko tenggelam,” kata UNHCR dalam pernyataannya.
Lembaga tersebut khawatir akan keselamatan dan nyawa para pengungsi tersebut. Untuk itu, mereka mendesak Pemerintah Indonesia mengizinkan kapal tersebut berlabuh.
Sementara itu, Direktur Amnesty International Usman Hamid mendesak pemerintah daerah dan pihak keamanan mengevakuasi pengungsi Rohingya ke darat. Menurut Usman, membiarkan pengungsi itu tetap berada di lautan lepas sama halnya menghadapkan mereka pada maut.
”Kemungkinan besar sudah berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan berada di laut. Ini persoalan hidup dan mati. Ada juga perempuan dan anak-anak. Kondisi kesehatan mereka juga harus dipastikan,” kata Usman.
Ia mendesak pihak berwenang di Aceh dan Indonesia menerima para pengungsi itu meski untuk sementara waktu. Menurut Usman, jika menolak kehadiran mereka, artinya Pemerintah Indonesia tidak menunaikan kewajiban internasional untuk menerima kehadiran pengungsi. Usman mengatakan, Indonesia sering menolong pengungsi Rohingya. Seharusnya praktik baik itu tetap dilanjutkan demi kemanusiaan.
Bantuan
Untuk sementara, pihak keamanan dan nelayan Aceh telah memberi mereka bantuan. Sekretaris Panglima Laot Aceh atau Lembaga Adat Nelayan Miftah Cut Adek mengatakan, kapal itu awalnya dilihat oleh nelayan Bireuen. Posisi kapal itu diperkirakan berada sejauh 64 mil dari pantai. Saat kapal nelayan mendekat, para pengungsi Rohingya memberikan isyarat meminta bantuan.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Aceh Komisaris Besar Winardy mengatakan, tujuan pengungsi Rohingya berlayar adalah Malaysia, tetapi karena kehabisan bahan bakar, kapal terombang-ambing ke perairan Aceh. Winardy mengatakan, Polda Aceh, Pemkab Bireuen, dan Pangkalan TNI AL Lhokseumawe membantu pangan, sandang, obat-obatan, dan bahan bakar. Bantuan itu akan diantar pada Selasa sore. ”Penyerahan bantuan tersebut merupakan wujud kepedulian dan rasa kemanusiaan,” kata Winardy.
Ia mengatakan, setelah bahan bakar dan bantuan logistik tiba, pengungsi Rohingya akan diarahkan melanjutkan perjalanan. Alasan tidak ditarik ke darat karena tujuan mereka ke Malaysia. ”Nanti, baik dari Polri, TNI AL, maupun instansi terkait akan memonitor dan memastikan kapal mereka menuju negara Malaysia,” kata Winardy. (AP/AFP/Reuters)