Setelah terpuruk selama pandemi, sektor wisata di Kota Batu, Jawa Timur, mulai diharapkan beranjak pulih. Jumlah wisatawan sudah mulai naik. Meski begitu, penerapan protokol kesehatan juga harus dijaga.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·6 menit baca
Menikmati secangkir cokelat panas di salah satu kawasan tertinggi di Kota Batu, dengan embusan angin dingin, Minggu (19/12/2021) sore, adalah kemewahan. Pada musim hujan seperti saat ini, hal itu tidak bisa dinikmati setiap saat.
Sore itu, kami beruntung meski mendung menutupi pemandangan Gunung Arjuno, kami tetap bisa menikmati panorama Gunung Panderman. Panderman dengan lekukan kokohnya tampak menjulang dihiasi tetumbuhan hijau di sekitarnya. Angin dingin sore itu sesekali berembus, seolah menepis mendung agar tak turun hujan.
Dalam pelukan hawa dingin, secangkir cokelat panas dan kentang goreng di Fifteen Celcius Sky Lounge, salah satu kafe di Kota Batu, cukup menghangatkan. Lokasinya terbilang paling tinggi di antara kafe-kafe lain di Kota Batu karena di sekitarnya langsung berbatasan dengan tetumbuhan di kaki pegunungan.
Salah satu pesona di Kota Batu adalah pemandangan indahnya sebagai kota yang dikelilingi pegunungan. Memandang segala sesuatu dari ketinggian, menyaksikan kerlip lampu di waktu malam, dan merasakan segarnya hawa pepohonan adalah hal yang diburu wisatawan untuk selalu datang.
Sebagaimana diketahui, Malang Raya (Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang) merupakan salah satu lokasi wisata dingin di Jawa Timur dengan letaknya di ketinggian lebih dari 600 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Daerah ini seperti mangkuk atau cerukan yang dikelilingi sejumlah gunung, yaitu Gunung Arjuno dan Gunung Welirang di sisi utara, Gunung Kawi dan Gunung Panderman di sisi barat, serta Pegunungan Tengger (Bromo) dan Semeru di sisi timur. Adapun di selatan, langsung berbatasan dengan laut selatan.
Wisata alam mulai dari laut, gunung, hingga wisata buatan ada di Malang Raya. Bahkan, belakangan, muncul wisata-wisata alternatif, seperti kebun bunga, kebun pinus, kafe-kafe bernuansa alam, dan tur keliling kota dengan mobil jenis van. Wisata dengan van atau campervan (van kemping) harganya terbilang tinggi, antara Rp 1,5 juta (untuk 2 orang dengan trip kota-kota saja) hingga Rp 3,8 juta (untuk 2 orang dengan trip bermalam/kemping). Harga itu di luar musim puncak pengunjung, seperti pada akhir tahun dan masa liburan lainnya.
Menikmati Kota Batu dari kafe terbuka di ketinggian adalah salah satu pilihan yang kini banyak diminati. Terutama, bagi wisatawan yang mengincar foto-foto terbaik untuk diunggah di media sosial. Itu sebabnya, hotel atau penginapan yang bisa menyuguhkan beragam fasilitas lengkap tersebut akan ramai diburu orang, apalagi pada libur Natal dan Tahun Baru kali ini.
”Hari-hari ini lumayan mulai penuh pengunjung setelah setahun lalu sepi karena tidak ada orang berwisata. Namun, sepertinya situasi ini masih bisa bertambah karena biasanya tempat kami selalu dipenuhi pengunjung,” kata Sampurna, salah seorang pelayan di Fifteen Celcius Sky Lounge.
Untuk perayaan Natal dan Tahun Baru, pihak kafe, menurut dia, akan selalu mematuhi keputusan pemerintah. Karena itu, jika memang dilarang membuat perayaan menyambut Tahun Baru, misalnya, mereka pun tidak akan menggelarnya. ”Paling nanti orang bisanya memesan paket makan malam saja,” katanya.
Wisata alam mulai dari laut, gunung, hingga wisata buatan ada di Malang Raya. Bahkan, belakangan, muncul wisata-wisata alternatif, seperti kebun bunga, kebun pinus, kafe-kafe bernuansa alam, dan tur keliling kota dengan mobil jenis van.
Fifteen Celcius Sky Lounge merupakan kafe di kawasan Amartahills Hotel and Resort. Selain menawarkan pemandangan pegunungan, resor ini juga memiliki tempat bermain dan kolam renang untuk anak serta memiliki kafe luar ruangan dengan pemandangan pegunungan. Tak heran jika jelang libur Natal dan Tahun Baru 2022 ini, okupansi hotel dengan 150-an kamar itu sudah penuh pesanan.
Jika tidak ingin menghabiskan banyak anggaran untuk berwisata, pilihan wisata murah meriah juga ada di Kota Batu. Salah satunya adalah menikmati kebun bunga matahari. Memandang hamparan bunga matahari (Helianthus annuus) yang luas serta berfoto di antara bunga-bunga menguning itu adalah hal yang cukup menyenangkan. Apalagi bagi orang yang belum pernah sama sekali melihat hamparan kebun bunga matahari.
Nur Zelynda, lulusan Universitas Brawijaya, Malang, memanfaatkan lahan yang dimilikinya untuk membuka bisnis wisata kebun bunga matahari. Ada dua lahan yang dimanfaatkan Nur, yaitu di Kota Batu dan di Desa Donowarih, Karangploso, Kabupaten Malang. Dua lahan itu ditanami bunga matahari dengan waktu berbeda. Selain untuk kepentingan wisata, kebun itu juga ditujukan untuk memasok ketersediaan bunga hias.
Kebun bunga matahari milik Nur di Karangploso sedang berbunga, Minggu (25/12/2021). Dengan mengikuti panduan peta digital di Instagram yang dibuat pengelola, sampailah kami di kebun bunga matahari. Lokasinya melintasi permukiman penduduk. Namun, lahannya membentang di halaman belakang rumah-rumah warga dengan pemandangan alam pegunungan Kota Batu.
Ladang bunga matahari tersebut memiliki luas kurang dari 1 hektar. Lahan itu seluruhnya ditanami bunga matahari yang ditanam dalam larik-larik lurus. Pengunjung bisa berfoto di antara bunga matahari yang mekar menguning tersebut, tetapi mereka dilarang untuk memetiknya.
Pengunjung biasanya mencari spot foto terbaik di antara bunga matahari atau memanfaatkan lokasi yang disiapkan pengelola untuk berfoto. Dengan tarif masuk Rp 15.000 per orang, pengunjung bisa berlama-lama menikmati keindahan hamparan bunga matahari hingga puas. Wisatawan juga bisa memesan jasa foto, membeli perlengkapan foto, seperti syal, serta membeli makanan dan minuman yang disediakan.
”Sebelum pandemi, rata-rata jumlah pengunjung saat akhir pekan bisa 200-an orang. Tetapi, di masa pandemi, jumlahnya terus turun. Kini mulai naik lagi sekitar 100 pengunjung pada akhir pekan,” kata Nur. Ia berharap pandemi segera berlalu agar tingkat kunjungan kembali normal.
Begitulah, pilihan wisata di Kota Batu. Tidak hanya wisata alam atau buatan yang sudah terkenal. Masih banyak pilihan wisata sesuai dengan keinginan dan kemampuan.
”Libur Natal dan akhir tahun 2021 ini diharapkan menjadi salah satu momentum memulihkan pariwisata di Kota Batu. Tentu dengan mematuhi protokol kesehatan. Semoga setelah sektor wisata terpuruk selama pandemi, kali ini mulai bergerak pulih,” kata Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Kota Batu Dwi Nova.
Tahun 2019, jumlah kunjungan wisata di Kota Batu lebih dari 7 juta orang. Tahun 2020, jumlah wisatawan merosot drastis hingga sekitar 2,5 juta orang.
”Tahun 2021 ini, harapannya setidaknya bisa mulai pulih minimal 2 juta orang di akhir tahun. Hingga November lalu, jumlah wisatawan yang mengunjungi Batu mencapai 1,5 juta orang,” kata Dwi.
Jumlah pengunjung itu, ujarnya, merupakan wisatawan di tempat wisata saja. Oleh karena itu, ia optimistis target itu bisa dicapai apabila ditambahkan pula pengunjung hotel dan restoran. ”Semoga pada akhir tahun tingkat kunjungan ke Kota Batu bisa lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu,” ucapnya.
Libur Natal dan akhir tahun 2021 ini diharapkan menjadi salah satu momentum memulihkan pariwisata di Kota Batu.
Seusai pembatasan kegiatan masyarakat mulai dilonggarkan, hotel dan restoran di Kota Batu mulai menerima kegiatan-kegiatan pemerintahan. Hal itu membuat tingkat okupansi hotel di Kota Batu juga terus meningkat.
Bagaimana, tertarik mengunjungi Kota Batu? Silakan saja, tetapi jangan lupakan protokol kesehatan.