Kasus Covid-19 varian Omicron belum ditemukan di Jawa Barat. Namun, penularannya tetap diwaspadai. Pemerintah Provinsi Jabar siap menerapkan PPKM mikro skala RT/RW untuk mencegah penyebarannya.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Barat mulai mengalkulasi ketersediaan oksigen dan kesiapan rumah sakit untuk mengantisipasi meningkatnya kasus Covid-19 dan penyebaran varian Omicron. Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM mikro skala RT/RW bakal kembali diterapkan untuk mencegah penyebarannya.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, belum ada laporan varian Omicron masuk ke provinsi itu. Namun, pihaknya tetap waspada dengan menggencarkan tes Covid-19, pelacakan kontak, dan treatment. Sementara masyarakat diimbau memperkuat protokol kesehatan, yaitu mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
Sejumlah fasilitas, seperti ruang perawatan dan ketersediaan oksigen, juga disiagakan untuk mengantisipasi lonjakan pasien. Hingga Rabu (29/12/2021), keterisian tempat tidur rumah sakit rujukan Covid-19 di Jabar masih 2,17 persen. Okupansi tertinggi terjadi pada akhir Juni dan awal Juli dengan keterisian di atas 90 persen.
Emil, sapaan Ridwan Kamil, menyatakan siap menjalankan PPKM mikro berbasis RT/RW atau kelurahan jika ditemukan kasus varian Omicron. ”Kami pernah melakukan PPKM mikro. RT ditutup, RW ditutup, tetapi kotanya tidak,” ujarnya.
Sejumlah RT/RW hingga kelurahan di Jabar pernah ditutup beberapa hari tahun lalu saat di lokasi tersebut ditemukan kasus Covid-19. Salah satunya di Hegarmanah, Kota Bandung, setelah lebih dari 1.000 orang di Sekolah Calon Perwira (Secapa) Angkatan Darat terkonfirmasi positif Covid-19 pada Juli 2020.
Emil meminta masyarakat tidak terlalu khawatir dan tetap berkegiatan sambil menjaga protokol kesehatan. Untuk mencegah kerumunan yang berpotensi menjadi lokasi penularan Covid-19, sejumlah kawasan wisata, seperti Pangandaran, Lembang, dan Puncak, akan dijaga ketat pada libur Tahun Baru 2022.
”Bahwa harus siap-siap, pasti responsnya dengan 3T (testing, tracing, treatment). Kalaupun ada (ditemukan varian Omicron), dengan treatment PPKM mikro yang pernah dilakukan,” ucapnya.
Untuk memperkuat imunitas warga, percepatan vaksinasi terus dilakukan menjelang berakhirnya 2021. Hingga Rabu pukul 12.00, dari 37,9 juta jiwa sasaran, cakupan vaksinasi di Jabar mencapai 73,28 persen untuk dosis pertama dan 53,02 persen untuk dosis kedua.
”Insya Allah akhir tahun ini maksimal (capaian vaksinasi) 75 persen (dosis pertama). Itu benteng pertahanan yang sudah sangat baik,” ujar Emil.
Akan tetapi, capaian vaksinasi di 27 kabupaten/kota di Jabar belum merata. Capaian vaksinasi dosis pertama di sejumlah kota, seperti Bandung, Cimahi, Cirebon, Bogor, dan Sukabumi, sudah lebih dari 90 persen, sedangkan di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bogor masih di bawah 65 persen.
Kasus pertama varian Omicron di Indonesia diumumkan pada pertengahan Desember 2021. Transmisi lokal varian ini pun telah ditemukan di Tanah Air.
Menurut Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, transmisi lokal pertama ditemukan pada seorang pria berusia 37 tahun asal Medan, Sumut, yang tengah berada di Jakarta.
”Pasien dan istri tinggal di Medan dan sebulan sekali ke Jakarta,” katanya (Kompas, 29/12/2021).
Dengan tambahan satu pasien transmisi lokal ini, kasus Omicron di Indonesia hingga Selasa (28/12/2021) menjadi 47 kasus. Sebanyak 44 kasus berasal dari pelaku perjalanan luar negeri, baik warga negara Indonesia maupun warga asing. Adapun dua kasus merupakan pekerja kebersihan dan tenaga kesehatan di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet yang diduga tertular dari pasien yang dikarantina di tempat itu.