Bangun KEK Kesehatan, Presiden Berharap Masyarakat Tak Lagi Berobat ke Luar Negeri
Selain destinasi wisata, Bali juga diharapkan akan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan membangun Rumah Sakit Internasional Bali di kawasan wisata Sanur.
Oleh
Mawar Kusuma Wulan
·5 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Indonesia disebut kehilangan potensi pendapatan hingga Rp 97 triliun akibat banyaknya warga yang memilih berobat di luar negeri. Setiap tahun setidaknya terdapat lebih dari 2 juta warga Indonesia pergi ke sejumlah negara, seperti Singapura, Malaysia, Jepang, dan Amerika Serikat, untuk mengakses layanan kesehatan.
Atas dasar itulah pemerintah mengharapkan Bali bisa menjadi kawasan ekonomi khusus (KEK) kesehatan. Untuk itu, Senin (27/12/2021) ini, Presiden Joko Widodo melakukan peletakan batu pertama pembangunan Rumah Sakit Internasional Bali di kawasan Sanur, Denpasar.
Menurut rencana, RS internasional itu akan dikelola bersama Mayo Clinic. Rumah sakit yang berlokasi di Minnesota, Amerika Serikat, itu menjadi rujukan berobat para pejabat, seperti Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla dan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono.
Dengan berdirinya RS Internasional Bali, Presiden Jokowi berharap warga negara Indonesia tak lagi berobat ke luar negeri. ”Kami harapkan nanti Sanur ini menjadi KEK kesehatan. Dan, kalau ini jadi, kami harapkan tidak ada lagi masyarakat yang pergi ke luar negeri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan,” ujarnya.
Presiden, yang hadir didampingi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, dan Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, mengapresiasi rencana pembangunan RS Internasional Bali yang merupakan gagasan Menteri BUMN.
Keberadaan RS internasional itu pun diharapkan dapat mendongkrak kunjungan wisatawan ke Pulau Bali. Ini akan meningkatkan wisata orang ke Pulau Bali dan diharapkan bukan orang kita yang ke luar, tapi orang luar nanti akan masuk ke Indonesia untuk mendapatkan pelayanan kesehatan karena di sini ada kerja sama dengan Mayo Clinic yang sudah sangat terkenal itu,” tutur Presiden.
Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut menargetkan pembangunan rumah sakit rampung dan mulai dioperasikan pada pertengahan 2023.
Kami harapkan nanti Sanur ini menjadi KEK (kawasan ekonomi khusus) kesehatan. Dan, kalau ini jadi, kami harapkan tidak ada lagi masyarakat yang pergi ke luar negeri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Sementara dalam laporannya, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan bahwa untuk pertama kalinya, Indonesia memiliki KEK Kesehatan. RS Internasional Bali ini dibangun dari laba perusahaan BUMN bekerja sama dengan BNI di lahan seluas 41,5 hektar.
”Alhamdulillah di tahun 2020 kita punya laba bersih itu Rp 390 miliar dan di tahun 2021 ini dengan perbaikan ekosistem dan efisiensi di sana-sini labanya sekarang Rp 2,6 triliun jadi pembangunan rumah sakit ini,” tuturnya.
Menurut Erick, rumah sakit internasional itu dirancang mempunyai dua fungsi. Selain membantu Bali dengan membuka destinasi wisata kesehatan, rumah sakit juga diharapkan bisa mendukung pelayanan kesehatan bagi para investor dan pekerja atau profesionalnya berada di Indonesia.
”Karena investasi itu artinya juga mereka ingin memastikan kesehatan mereka terjamin, standar kesehatan internasional untuk pekerjanya ataupun para profesional yang ada di Indonesia. Karena itu, penting sekali platform kesehatan ini kita bangun di Bali,” ujarnya.
Tekan impor
Selain menghadirkan rumah sakit bertaraf internasional, Presiden Jokowi juga menyatakan keinginan untuk tak lagi mengimpor obat-obatan, bahan baku obat, hingga alat-alat kesehatan. Diharapkan, barang-barang tersebut dapat diproduksi sendiri di Tanah Air.
Menurut Erick, saat ini 95 persen bahan baku obat dipenuhi dari impor. Untuk menekan impor bahan baku obat, BUMN Indofarma akan fokus dalam pengembangan industri obat herbal. Pilihan itu diambil karena Indonesia memiliki alam dan kultur yang mumpuni untuk mengembangkan industri herbal.
Sementara untuk menyediakan obat murah bagi rakyat, Kimia Farma akan tetap fokus pada obat-obatan generik. ”Kalau obat licensing itu, kan, mahal sekali, nah obat generik ini juga pelan-pelan kita sinergikan dengan Petrochemicals Pertamina, yang sekarang sedang membangun juga turunannya untuk bahan baku obat,” tambahnya.
Erick berharap impor bahan baku obat bisa ditekan menjadi 75 persen dalam empat tahun ke depan. Erick juga mengatakan bahwa saat ini jajarannya telah berhasil mengonsolidasikan kluster kesehatan BUMN. Hal tersebut merupakan bagian dari pembentukan ekosistem guna memperkuat ketahanan dan kemandirian kesehatan.
”Kami tahu ekosistem ini menjadi kunci. Kalau kita berdiri sendiri-sendiri, akhirnya tentu kita tidak punya kekuatan yang terpadu untuk menahan gelombang yang terjadi ke depannya,” ujarnya.
Kementerian BUMN juga telah menggabungkan Bio Farma sebagai perusahaan induk (holding company) yang membawahi Kimia Farma, Indofarma, dan sejumlah rumah sakit yang berada di bawah Indonesia Healthcare Corporation (IHC). Selain itu, secara bisnis, Bio Farma diharapkan mampu membuka peluang baru dalam industri kesehatan seperti industri vaksin.
”Kami coba sekarang bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengembangkan vaksin, apakah vaksin berbasis mRNA atau protein rekombinan yang hari ini memang masih terus dijajaki,” kata Erick menambahkan.
Vaksin mandiri
Terkait vaksinasi, Erick menjelaskan bahwa vaksin produksi Bio Farma telah memasuki tahap uji klinis pada 13 Desember 2021. Dengan dimulainya uji klinis tersebut, diharapkan tahun depan Indonesia mampu memproduksi vaksin secara mandiri.
”Tentu kami harapkan dengan uji klinis kesatu lalu kedua dan ketiga, kita juga bisa menekan impor vaksin di tahun depan. Kami siap memproduksi 77 juta (dosis) untuk langkah awal yang bisa mulai di bulan Juli,” ucapnya.
Sementara pada hari yang sama dengan kunjungan kerja Presiden Jokowi ke Bali, Ibu Negara Iriana meninjau pelaksanaan vaksinasi Covid-19 untuk anak-anak usia 6-11 tahun di Auditorium Siwabessy, Kementerian Kesehatan, Jakarta.
”Saya tadi melihat situasi, kondisi anak-anak semua tidak ada yang takut, semua gembira, dan semua sudah divaksin,” tuturnya seusai melihat langsung vaksinasi untuk 100 anak usia 6-11 tahun.
Vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 6-11 tahun sudah dimulai sejak Selasa (14/12/2021). Setidaknya 26,5 juta orang anak di seluruh Indonesia menjadi sasaran vaksinasi Covid-19.