Aktivitas MICE Berangsur Sepi, Hotel di Manado Andalkan Pemudik
Okupansi beberapa hotel di Manado, Sulawesi Utara, tertolong banyaknya warga yang mudik pada libur Natal dan Tahun Baru. Pihak hotel berkomitmen menerapkan protokol kesehatan ketat bagi seluruh aktivitas.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS — Tingkat hunian atau okupansi sejumlah hotel di Kota Manado, Sulawesi Utara, menjelang akhir tahun mengandalkan para pemudik termasuk dari Pulau Jawa. Adapun lonjakan hunian pada awal Desember kemarin lebih dipengaruhi banyaknya kegiatan rapat maupun konvensi sejumlah lembaga.
General Manager Sintesa Peninsula Hotel Manado I Putu Anom Dharmaya mengatakan, Senin (27/12/2021), okupansi hingga akhir tahun diperkirakan hanya 46 persen. Tingkat keterisian ini turun cukup drastis dari rata-rata 65 persen selama tiga pekan pertama Desember.
”Ini karena event dan MICE (pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran) sudah tidak ada. Ditambah lagi, saat Natal di Manado, orang yang berlibur mungkin tidak ke kota, melainkan kembali ke desa. Jadi untuk sementara kami drop (turun),” kata Putu.
Pada akhir tahun pun, hotel bintang lima tersebut tak akan mengadakan perayaan tutup tahun. Namun, hotel tetap terbuka untuk acara makan malam keluarga dalam jumlah kecil. Keputusan ini merupakan bentuk kepatuhan terhadap ketetapan pemerintah yang melarang kerumunan dan perayaan di pengujung tahun.
Untuk sementara, lanjut Putu, pihaknya tidak akan menaikkan harga kamar hotel, tak seperti tahun-tahun sebelum pandemi. ”Kami juga mengingatkan kawan-kawan GM (general manager) untuk terus melanjutkan aktivitas hotel karena situasi sudah membaik,” kata Putu, yang juga Ketua Asosiasi GM Hotel Sulut dan Gorontalo.
Sementara itu, Best Western The Lagoon Hotel Manado hanya terhuni 30-40 persen dari kapasitas sejak Minggu (26/12/2021). Namun, Director of Sales and Marketing hotel tersebut, Vino Taroreh, mengatakan, 60 persen dari seluruh kamar sudah dipesan untuk Jumat (31/12/2021). Kemungkinan besar okupansi bisa mencapai 80 persen.
Menurut Vino, tingkat keterisian ini sudah mendekati masa normal sebelum pandemi karena pembatasan sosial saat ini tidak seketat akhir 2020. Tamu tetap didominasi wisatawan domestik, terutama dari provinsi lain di Sulawesi dan Jawa. ”Kebanyakan mereka yang pulang kampung,” ujar dia.
MICE pun masih ada di hotel tersebut, tetapi skalanya kecil untuk 15-30 orang saja. Lebih banyak tamu yang mengadakan jamuan makan malam Natal untuk kisaran jumlah orang yang sama.
Untuk menggaet lebih banyak tamu jelang akhir tahun, Vino mengatakan, hotelnya mengadakan paket menginap plus sarapan dan makan malam pada malam Tahun Baru. ”Akan ada live music. Tetapi, kami batasi hanya pukul 18.30 sampai 22.00 Wita saja, tidak sampai hitung mundur pergantian tahun. Ruangan juga kami batasi untuk 90 orang sekalipun kapasitasnya 200 orang,” kata Vino.
Selama 17-26 Desember 2021, Bandara Sam Ratulangi mencatat kedatangan 21.937 penumpang pesawat, menurun dari 23.284 penumpang pada periode sama tahun sebelumnya. Tahun ini, puncak arus kedatangan jatuh pada 18 Desember, sepekan sebelum Natal, dengan total 2.459 penumpang. Jumlah ini lebih rendah ketimbang puncak arus mudik pada 2020 yang jatuh pada 20 Desember dengan 3.042 penumpang.
Pemprov Sulut menilai okupansi hotel tahun ini jauh lebih baik ketimbang 2020. Kepala Dinas Pariwisata Sulut Henry Kaitjily mengatakan, okupansi hotel, vila, dan resor di Sulut saat ini berkisar 50-60 persen. Hal ini juga dipengaruhi kedatangan 40-80 penumpang internasional dari Singapura setiap pekan.
”Ini artinya wisatawan melihat Sulut sebagai tempat yang aman untuk dikunjungi. Jadi pariwisata bisa terus bergerak. Hotel, resor, vila, semua dapat bagian,” ujar Henry.
Ia mengatakan, menjelang akhir tahun tidak ada program khusus yang membuat sektor perhotelan semakin menggeliat, seperti Nakes Staycation yang digagas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif selama dua pekan pertama Desember 2021. Pihaknya justru akan memperkuat pengawasan protokol kesehatan demi menjaga kepercayaan wisatawan.
Penerapan CHSE (kebersihan, kesehatan, keamanan, dan kelestarian lingkungan) pun tetap terlaksana dengan baik di hotel-hotel. I Putu Anom Dharmaya mencontohkan, pihaknya telah mengantongi sertifikat CHSE dan terus menyediakan fasilitas pendukung protokol kesehatan pencegah Covid-19.
Masyarakat pun dinilai sudah terbiasa dengan prokes. ”Masyarakat tidak perlu disuruh-suruh lagi untuk taat protokol kesehatan. Menyosialisasikannya tidak sulit karena mereka tidak lagi terbebani untuk taat protokol kesehatan,” kata dia.