Natal Kedua di Kala Pandemi, Gereja Sudah Terbiasa Ibadah Hibrida
Lantaran masih pandemi Covid-19, misa Natal di Gereja Santo Yusuf, Gedangan, Semarang, tetap dibatasi. Dari total kapasitas sekitar 600 orang, misa Natal hanya akan diikuti 250 orang setiap sesi.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
Suasana di sekitar Gereja Santo Yusuf, Gedangan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (22/12/2021), terasa sunyi. Mesin-mesin penyejuk ruangan sedang diperbaiki oleh teknisi di teras gereja. Sementara itu, panggung di sebelah utara altar masih melompong, menunggu kedatangan kandang Natal yang akan dipasang di atasnya.
Pada bagian senderan bangku-bangku gereja, terpasang stiker bulat berwarna putih. Antara stiker satu dan yang lain terpaut jarak sekitar 1,5 meter. ”Yang terpasang stiker itu artinya boleh diduduki. Jaga jarak bagian dari penerapan prokes,” kata Dri Widjajanto, pengurus gereja Katolik tertua di Kota Semarang itu.
Lantaran masih pandemi Covid-19, misa Natal di gereja tetap dibatasi. Gereja Santo Yusuf akan menggelar empat kali misa Natal, dua kali pada malam Natal, dan sisanya keesokan paginya. Dari total kapasitas sekitar 600 orang, misa Natal hanya akan diikuti 250 orang pada setiap sesi. Sebagai perbandingan, sebelum pandemi, dengan tambahan tenda-tenda, umat yang hadir pada misa Natal bisa mencapai 3.000 orang.
Umat yang bisa masuk untuk mengikuti misa hanya yang mendapat tiket undangan. Adapun di Paroki Santo Yusuf terdapat 50 lingkungan. Masing-masing mengirimkan perwakilan lima orang untuk bergereja tatap muka. Batasan usia yang hadir minimal 6 tahun, tanpa batasan maksimal usia. Yang penting, umat yang hadir sehat, mandiri, dan sudah dua kali divaksin Covid-19.
Mereka yang tak bisa hadir langsung bisa mengikuti misa melalui siaran langsung. ”Umat sudah memahami (pelaksanaan misa secara hibrida). Cara seperti ini, kan, sudah berjalan hampir dua tahun, jadi sudah terbiasa, termasuk dengan segala ketentuan protokol kesehatan yang mesti diikuti,” ujar Widjajanto.
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Gereja Santo Yusuf, Wahyu Harso Prakoso, mengemukakan, saat kasus Covid-19 sedang tinggi-tingginya, memang ada umat gereja yang terpapar Covid-19. Namun, setelah dilacak, penularan bukan terjadi di dalam gereja, melainkan tertular saat berinteraksi di luar.
Kendati saat ini kasus di Kota Semarang ataupun Jateng relatif sudah menurun, antisipasi tetap dilakukan. ”Kami ada tim kesehatan, dari internal. Satgas pun mengawasi ketat prokes, mulai dari pemeriksaan suhu tubuh hingga penggunaan hand sanitizer. Sebelum dan sesudah peribadatan juga ada sterilisasi,” ucap Wahyu.
Berjarak sekitar 5,5 kilometer ke arah barat, Gereja Santa Theresia, Bongsari, juga menerapkan hal serupa. Dari kapasitas gereja lebih dari 1.000 orang, yang akan terisi saat ibadah Natal hanya 500 orang. Umat yang hendak mengikuti misa Natal luring diminta mengisi formulir pendaftaran yang diisi secara daring.
Pastor Kepala Paroki Santa Theresia, Rm Eduardus Didik Chahyono SJ, menuturkan, karena pandemi sudah berjalan hampir dua tahun, fasilitas untuk penerapan protokol kesehatan sudah memadai. Begitu juga adanya tim medis.
Seperti yang sudah berjalan selama ini, misa Natal juga akan dilangsungkan secara hibrida. Misa berlangsung empat kali dalam dua hari. ”Memang ada suasana umat kecewa karena terbatas. Jadi, menimbulkan rasa tidak puas. Namun, pada akhirnya mereka tetap bisa memahami,” katanya.
Pengalaman saat puncak pandemi membuat penerapan protokol kesehatan bakal ketat. Sebelumnya, kata Eduardus, jika diakumulasi, ada sekitar 250 orang di gereja tersebut yang terpapar Covid-19, baik pada gelombang pertama maupun kedua. Namun, lantaran aktivitas sudah kembali longgar, tak bisa lagi dideteksi apakah penularan terjadi saat ibadah atau bukan.
Eduardus menambahkan, pandemi mengajarkan manusia untuk berjuang bersama-sama dalam menghadapi situasi yang sulit. Hingga kini, menurut dia, tak ada satu orang pun yang bisa melewati pagebluk ini tanpa membutuhkan uluran tangan dari orang lain.
”Pandemi mengajarkan manusia, sesama saudara, untuk saling membantu. Tak hanya soal bantuan pangan dan kesehatan, tetapi juga merawat situasi yang sekarang sudah baik ini. Tidak bisa sendiri-sendiri,” katanya.