Gereja menyambut Natal kedua di tengah pandemi Covid-19 dengan penuh kehati-hatian. Natal dijadikan momentum untuk mengajak umat bersama-sama merawat situasi pandemi yang saat ini sudah lebih baik.
Oleh
Reny Sri Ayu, Aditya Putra Perdana, Melati Mewangi, Videl Jemali
·5 menit baca
Rabu (22/12/2021) siang, suasana di dalam Gereja Katedral Makassar lengang. Hanya satu atau dua anggota panitia yang sesekali keluar masuk, sekadar untuk memastikan persiapan. Di pos penjagaan, petugas berjaga-jaga dan menanyai siapa pun yang masuk. Pintu pagar di gerbang depan tertutup rapat. Hanya satu pintu yang terbuka di bagian samping.
Persiapan menyambut Natal kedua di tengah pandemi Covid-19 sudah tuntas sejak jauh hari. Kursi-kursi diatur rapi dan berjarak dengan penghalang lembaran plastik tebal di antaranya. Bunga dan lilin menghiasi area altar, demikian pula pohon Natal besar yang berdiri di sudut kanan ruangan, lengkap dengan ornamen lainnya yang ikut mempercantik dekorasi.
Rabu siang itu, Yenny Fonda, Ketua Panitia Natal Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, ikut mengecek persiapan malam Natal. Seluruh sudut gereja ia periksa. Di luar gereja, tenda sudah dipasang untuk berjaga-jaga jika jemaat membeludak dan ruang di dalam gereja tak cukup untuk menampung.
Yenny mengatakan, tak hanya soal menghias dan membersihkan gereja, persiapan lain juga sudah dilakukan untuk menjaga penerapan protokol kesehatan. Hanya umat yang sudah divaksin lengkap dosis 1 dan 2 yang bisa mengikuti misa di gereja.
Tak hanya protokol kesehatan, persiapan pengamanan juga jadi perhatian khusus. Peristiwa bom bunuh diri di Katedral pada 28 Maret 2021 membuat gereja lebih mawas diri. Hal itu tampak dari pintu pagar di gerbang utama gereja yang selalu ditutup. Sebuah portal yang dijaga ketat juga dipasang di dekat pos sekuriti.
Yenny mengakui, pascakejadian itu, sebagian jemaat masih merasakan trauma. Namun, peristiwa itu tak menyurutkan semangat mereka untuk tetap beribadah di gereja, termasuk pada momen Natal ini.
”Pak Cosmas kelihatannya masih trauma. Sejak peristiwa itu, dia baru sekali datang mengikuti misa. Setelah itu, tak pernah datang lagi. Kami memaklumi, walau kami juga berharap dia segera sembuh dari trauma dan bisa kembali beraktivitas,” kata Yenny.
Cosmas Balalembang (52) adalah seorang pekerja harian di Gereja Katedral Makassar. Tindakan heroiknya menghalangi pelaku bom bunuh diri meledakkan bom di gereja berdampak pada dirinya. Aksinya itu membuat ratusan jemaat yang sedang beribadah Minggu pagi itu selamat dari ledakan bom. Namun, tak sekadar menderita luka bakar, dia juga mengalami trauma.
Kehati-hatian dalam menyambut Natal juga tampak di Gereja Santo Yusuf, Gedangan, Kota Semarang, Jawa Tengah. Pada bagian senderan bangku gereja terpasang stiker-stiker bulat berwarna putih. Antara stiker satu dan lainnya terpaut jarak sekitar 1,5 meter. ”Yang terpasang stiker artinya boleh diduduki. Jaga jarak menjadi bagian dari penerapan prokes,” kata Dri Widjajanto, salah seorang pengurus Gereja Katolik tertua di Kota Semarang itu.
Karena masih dalam situasi pandemi, misa Natal di gereja tetap dibatasi. Gereja Santo Yusuf akan menggelar empat kali misa, dua kali pada malam Natal dan satu lagi keesokan paginya. Dari total kapasitas 600 orang, misa Natal hanya akan diikuti 250 orang di setiap sesi. Sebagai perbandingan, sebelum pandemi, dengan tambahan tenda, umat yang hadir pada misa Natal hampir 3.000 orang.
Umat yang bisa masuk untuk mengikuti misa hanya yang mendapat tiket undangan. Adapun di Paroki Santo Yusuf terdapat 50 lingkungan. Setiap lingkungan mengirim lima orang dengan batasan usia minimal enam tahun serta tidak ada batasan maksimal usia. Yang terpenting, sehat dan sudah dua kali divaksin Covid-19.
Umat yang tak bisa hadir di gereja bisa mengikuti misa melalui siaran langsung. ”Umat sudah memahami (pelaksanaan misa secara hibrida). Ibadah seperti ini sudah berjalan hampir dua tahun, jadi sudah terbiasa, termasuk dengan segala ketentuan protokol kesehatan yang mesti diikuti,” ujar Widjajanto.
Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Gereja Santo Yusuf, Wahyu Harso Prakoso, mengemukakan, kendati saat ini kasus di Kota Semarang dan Jateng relatif sudah menurun, antisipasi tetap dilakukan.
Kendati saat ini kasus di Kota Semarang dan Jateng relatif sudah menurun, antisipasi tetap dilakukan.
Berjarak sekitar 5,5 kilometer ke arah barat, Gereja Santa Theresia, Bongsari, juga menerapkan hal serupa. Dari kapasitas gereja lebih dari 1.000 orang, hanya akan terisi sekitar 500 orang. Umat yang hendak mengikuti misa Natal luring diminta mengisi formulir pendaftaran yang harus diisi secara daring.
Pastor Kepala Paroki Santa Theresia Rm Eduardus Didik Chahyono SJ menuturkan, seperti yang sudah berjalan selama ini, misa Natal akan dilangsungkan empat kali dalam dua hari, serta dilangsungkan hibrida. ”Memang ada umat yang merasa kecewa karena ibadah dibatasi, ada rasa tidak puas. Namun, akhirnya mereka tetap bisa memahami,” katanya.
Eduardus mengatakan, pandemi mengajarkan manusia untuk berjuang bersama menghadapi situasi yang sulit. Pagebluk ini tidak bisa diatasi sendiri-sendiri. Oleh karena itu, gereja tidak bermain-main dengan urusan protokol kesehatan dan syarat beribadah pada Natal kedua di tengah pandemi ini.
”Pandemi mengajarkan manusia untuk saling membantu. Tak hanya dalam bentuk memberi bantuan pangan dan kesehatan, tetapi juga bersama-sama merawat situasi (Covid-19) yang saat ini sudah baik,” katanya.
Sementara itu, antusiasme masyarakat mengikuti misa luring cukup tinggi. Mereka berebut kuota untuk mendapatkan nomor tempat duduk pada misa malam Natal. Sejak empat hari sebelum malam Natal, Bias Krisna R (26) memantau situs pendaftaran di Gereja Katolik Ibu Theresa Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Kuota yang tersedia sekitar 230 orang per misa. Tentu dia harus gesit agar bisa mendapatkan dua kursi untuknya dan pasangan.
Proses ini bagaikan ”kompetisi” yang sangat ketat. ”Kurang dari dua jam sudah penuh kuotanya. Bersyukur masih dapat kursi, jadi bisa misa di gereja,” ujarnya.
Bias tak sabar mengikuti misa malam Natal nanti. Ada kerinduan yang menggebu untuk bisa hadir secara langsung dan menerima komuni di gereja. Selama ini, ia lebih sering mengikuti misa daring di rumah. Baginya, bisa mengikuti ibadah Natal di gereja tahun ini merupakan suatu berkat tersendiri.