Mengendus Motif Asmara di Balik Bunuh Diri Siswi di Blitar
Pergaulan dengan teman-temannya juga tak pernah ada masalah. Semester depan, F dipromosikan menjadi ketua kelas.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BLITAR, KOMPAS — Polisi masih mendalami motif di balik bunuh diri F (15), pelajar kelas X SMA 1 Srengat, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Senin (20/12/2021) siang. Berdasarkan penyelidikan sementara, korban murni bunuh diri, di tengah dugaan yang mengarah pada motif asmara.
Kepala Kepolisian Resor Blitar Kota Ajun Komisaris Besar Yudhi Hery Setiawan, Selasa (21/12/2021), mengatakan, pihak keluarga meminta agar kasus itu ditindaklanjuti. ”Nanti kami lakukan penyelidikan awal dari bukti yang ada, seperti rekaman CCTV, saksi-saksi. Dugaan awal terkait asmara,” katanya.
Hingga Selasa sore, jenazah masih berada di RSUD Mardi Waluyo, Blitar, seusai diotopsi.
Dugaan asmara diketahui dari jejak komunikasi telepon seluler F yang ditinggal di meja. Di dalamnya terdapat perbincangan antara korban dan pacarnya yang juga pelajar di salah satu sekolah menengah di Kota Blitar.
Menurut Wakil Kepala SMAN 1 Srengat Bidang Kurikulum Nur Cahyo H, kekasih korban pernah memarahinya karena ketahuan berkomunikasi dengan laki-laki lain. Sepekan terakhir, orangtua korban juga mempertanyakan sikap anaknya yang minta segera dinikahkan.
”Orangtua kaget, marah, dan menganggap itu tidak rasional karena masih masa SMA. Akhirnya, keluarga membatasi gerak putrinya. Ke mana-mana selalu diantar jemput,” kata Nur.
Senin menjelang siang, hari ketika F gantung diri di depan pintu ruang kelas, ayahnya telah sampai di sekolah untuk menjemput. Sebab, pagi harinya korban berpesan kepada ibunya minta dijemput pukul 11.00.
Hari itu F semestinya libur. ”Korban datang mengenakan seragam (abu-abu putih), berbeda dengan teman-temannya yang mengenakan seragam muslim karena hari itu ada kegiatan puncak Maulid Nabi di sekolah,” kata Nur.
Dari video yang direkam sendiri oleh korban di sudut ruang kelas, beberapa saat sebelum bunuh diri, ada semacam kata-kata pamit terhadap sang kekasih.
Petugas satpam yang bertugas hari itu juga sempat menanyakan maksud F masuk sekolah, yang dijawab hendak mengerjakan tugas. Pihak keamanan pun tidak menaruh curiga.
Calon ketua kelas
Menurut pihak sekolah, F merupakan siswi yang baik, rajin, dan duduk di bangku urutan paling depan. Dari sisi akademis, dia tergolong baik. F juga tidak pernah melanggar aturan. Pergaulan dengan teman-temannya juga tak pernah ada masalah. Semester depan, F dipromosikan menjadi ketua kelas. ”Hanya saja, akhir-akhir ini guru melihat F agak murung. Guru menduga itu wajar karena dia dan siswa lainnya tengah menghadapi ujian semester,” kata Nur.
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Surabaya, Suryanto mengatakan, setiap orang punya pengalaman hidup berbeda-beda. Ada individu yang sangat tahan guncangan, tetapi ada pula yang rentan terhadap tekanan.
Komunikasi dan kedekatan serta dukungan sosial turut berpengaruh. Apabila komunikasi lancar dan terbuka, kedekatan baik, dan dukungan sosial tinggi, calon pelaku bunuh diri, misalnya, tidak akan sampai melakukannya.
”Guncangan dan beban berat bisa mendorong orang mengakhiri hidup. Sejarah hiduplah yang mendorong atau menghambat dorongan melakukan bunuh diri,” katanya.
Pemicu bunuh diri atau tindakan fatal lain bisa bermacam-macam, termasuk soal asmara. Namun, bagaimana respons individu juga tergantung banyak hal.
Dukungan keluarga dan lingkungan jelas sangat menentukan. Pendampingan itu mutlak adanya apabila ada seseorang mengalami frustrasi dan stres mendalam.