Melatih ”Menteri Keuangan” untuk Mengelola Keuangan Keluarga
Dalam peringatan Hari Ibu 22 Desember 2021, para ”menteri keuangan” diajak belajar mengelola keuangan keluarga.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·5 menit baca
MALANG, KOMPAS — Perempuan adalah salah satu pilar kesejahteraan keluarga. Banyak orang menyebutnya sebagai ”menteri keuangan” karena memiliki tanggung jawab besar mengelola keuangan keluarga. Di Kota Malang, Jawa Timur, dalam memperingati Hari Ibu, para ”menteri keuangan” tersebut dilatih mengelola keuangan keluarga.
Rabu (22/12/2021), puluhan perempuan dari berbagai kelompok dan golongan di Kota Malang diajak belajar literasi keuangan. Mereka diajak belajar merancang anggaran keuangan keluarga, membuat usaha sebagai tambahan pemasukan bagi keluarga, hingga berinvestasi atau menabung untuk kepentingan tak terduga.
Hadir dalam kegiatan yang digagas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Malang tersebut adalah ibu-ibu PKK Kota Malang, perempuan istri pegawai OJK, dan ikatan wanita perbankan. Kegiatan dirancang dalam bentuk talk show bertema ”Optimalisasi Peran Perempuan pada Sektor Ekonomi Melalui Pengelolaan Keuangan yang Tepat” dengan narasumber Kepala OJK Malang Sugiarto Kasmuri, Deputi Bisnis PT Pegadaian Persero Area Malang Pratikno, dan pendiri komunitas Preman Super (Perempuan Mandiri Sumber Perubahan), Peny Budi Astuti. Hadir sebagai pembicara kunci, Ketua Tim Penggerak PKK Kota Malang Widayati Sutiaji.
”Perempuan memiliki peran penting dalam keluarga. Jika seorang istri mampu mengelola keuangan keluarga dengan baik, kondisi keluarga tersebut akan tertata baik. Seorang istri harus mengetahui kondisi keuangan keluarganya apakah berstatus baik, sedang, atau buruk. Jangan sampai tidak paham dan justru menghambur-hamburkan uang. Kasihan kepala keluarganya kalau begitu,” tutur Widayati.
Menurut Widayati, sebagai istri, perempuan harus bisa mengenali kebutuhan dan keinginan dalam keluarga sehingga dia tidak akan terjebak mengeluarkan uang untuk hal-hal yang bersifat nafsu atau keinginan.
”Salah satu tipsnya adalah gabungkan penghasilan istri dan suami agar kedua belah pihak bisa saling kontrol. Sediakan dana darurat, alokasikan khusus untuk konsumsi yang tidak bisa ditunda, lalu sediakan untuk tabungan dan investasi kalau bisa,” katanya.
Dengan mengelola keuangan keluarga secara baik, menurut Widayati, seorang ibu/perempuan bisa menjadi bagian membangun generasi penerus bangsa.
Sediakan dana darurat, alokasikan khusus untuk konsumsi yang tidak bisa ditunda, lalu sediakan untuk tabungan dan investasi kalau bisa.
Salah satu peran perempuan dalam keluarga juga bisa berupa menambah pemasukan ekonomi keluarga. Salah satunya dengan membuka usaha berbasis hal di sekitar.
”Kuncinya adalah mau, niat, dan kreatif. Bisa dengan membuat daster pada situasi pandemi seperti ini, di mana banyak orang menghabiskan waktu di rumah. Atau, usaha lain berbasis kondisi lingkungan,” kata Peny Budi Astusi, pendiri Preman Super.
Preman Super adalah komunitas perempuan yang berusaha mandiri (dengan memiliki usaha sendiri). Rata-rata mereka adalah ibu rumah tangga, orangtua tunggal, atau perempuan yang ingin membantu menambah penghasilan keluarga. Komunitas ini mengajari perempuan anggotanya untuk bisa membuat karya dan bisa menjual karyanya. Komunitas ini pun sudah memiliki koperasi. Selain memberikan solusi tambahan modal usaha, koperasi ini juga menampung dan memasarkan hasil karya anggotanya.
”Kami memang bergerak dalam pemberdayaan sehingga anggota kami adalah mereka yang kadang hanya punya niat dan kemauan untuk bisa mandiri. Tidak melulu berisi orang yang bisa membuat suatu karya. Namun, dengan adanya pelatihan rutin, lama-lama mereka pada akhirnya bisa membuat karya sendiri,” kata Peny.
Setelah memiliki usaha, salah satu tantangan keuangan dihadapi perempuan adalah terjebak pinjaman daring. Kepala OJK Malang Sugiarto Kasmuri mengatakan, cara mendapatkannya mudah, tetapi ujungnya sangat mencekik. Oleh karena itu, ia berharap ibu-ibu tidak sampai terjebak meminjam dari pinjaman daring ilegal.
”Istilah keuangan pinjol (pinjaman online) sebenarnya tidak ada. Kami mengenalnya adalah fintechpeer to peer lending. Hanya saja, pinjol ini ilegal. Ciri paling gampang adalah kalau ada orang menawarkan pinjaman via WA/SMS, itu sudah pasti ilegal. Sebab, pinjaman resmi tidak boleh menawarkan jasanya seperti itu. Kalau ada, laporkan saja. Untuk itu, ibu-ibu dan kita semua harus waspada dengan pola-pola pinjol ini,” kata Sugiarto.
Jika terganggu dengan telepon dari pinjaman daring ilegal di mana kita tidak pernah terlibat, menurut Sugiarto, hal itu bisa dilaporkan secara hukum.
Sugiarto menyebut, sejak tahun 2011 hingga 2021, total kerugian masyarakat akibat pinjaman daring ilegal mencapai Rp 117,4 triliun. Pada tahun 2021, sebanyak 3.500 pinjaman daring ilegal sudah ditutup oleh pemerintah. ”Hanya saja, pinjol tersebut mudah sekali berganti nama dan beroperasi kembali. Untuk itu, akan lebih baik jika kita waspada agar tidak terjebak karenanya,” katanya.
Salah satu solusi mengelola keuangan keluarga, menurut Deputi Bisnis PT Pegadaian Persero Area Malang Pratikno, adalah memanfaatkan produk-produk dari Pegadaian, mulai dari mencicil dan menabung emas, pinjaman mikrofidusia, hingga dana program kemitraan.
Dalam kesempatan itu, peserta juga diajak mengenali rancangan ideal keuangan keluarga sehingga selanjutnya mereka diharapkan bisa menerapkannya di keluarga masing-masing.
”Yang terpenting sebenarnya adalah menata rancangan keuangan keluarga sejak awal. Idealnya, keuangan keluarga 60 persen untuk konsumsi, 10 persen gaya hidup, 10 persen investasi, 5 persen menabung, 5 persen zakat, 5 persen dana darurat, dan 5 persen premi asuransi. Artinya, berinvestasi itu sangat penting dan harusnya disisihkan dahulu sebelum pendapatan terserap untuk kebutuhan lain,” papar Pratikno.
Kunci keberhasilan mengelola keuangan itu, menurut Pratikno, adalah disiplin. Tanpa kedisiplinan, sebagus apa pun rencana keuangan keluarga, hasilnya tidak akan maksimal.
Dalam kesempatan itu, Kustina, anggota PKK Kota Malang, berharap adanya sinergi antarkomunitas agar ibu-ibu PKK di setiap kelurahan di Kota Malang bisa turut berkembang seperti komunitas Preman Super.
”Potensi anggota PKK untuk membuat segala sesuatu itu ada, hanya kadang tidak ada pendamping yang bisa mendukung hingga berhasil. Akan lebih baik jika antarkomunitas ini bisa bersinergi demi kemanfaatan bersama,” kata ”menteri keuangan” asal Klojen, Kota Malang, tersebut.
Kegiatan pun ditutup dengan semangat untuk terus berjejaring dan belajar mengelola keuangan keluarga masing-masing.