Siswi SMA di Blitar Mengakhiri Hidup di Depan Ruang Kelas
Seorang siswi SMA di Blitar diduga mengakhiri hidup dengan cara gantung diri di depan ruang kelas. Polisi masih menyelidiki motif yang mendasari korban melakukan perbuatan nekat itu.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BLITAR, KOMPAS — Seorang siswi sekolah menengah atas di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, mengakhiri hidup dengan cara gantung diri di depan ruang kelas, Senin (20/12/2021). Polisi masih menyelidiki motif yang mendasari korban melakukan perbuatan nekat itu.
Korban berinisial F (15), warga Desa Selokajang, Kecamatan Srengat. Ia adalah siswi kelas 7 dan tubuhnya ditemukan di depan ruang X-MIPA-4 SMA 1 Srengat. Hasil visum luar menyatakan tidak ditemukan luka dan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban.
Kepala Kepolisian Sektor Srengat Ajun Komisaris MS Yusuf saat dikonfirmasi dari Malang membenarkan adanya peristiwa tersebut. Korban ditemukan oleh salah satu rekan sesama siswa dalam kondisi sudah tidak bernyawa sekitar pukul 11.30.
Sebelum korban ditemukan meninggal, kondisi ruang kelas sepi karena sebagian besar siswa mengikuti kegiatan Maulid Nabi di ruang yang lain. Korban semestinya libur lantaran memeluk keyakinan berbeda.
”Saat peristiwa terjadi, kondisi ruang kelas kosong sehingga tidak ada yang tahu. Saat korban masuk sekolah sebenarnya juga diketahui oleh petugas satpam, tetapi tidak ada tanda apa-apa (korban akan mengakhiri hidup),” ujarnya.
Yusuf belum bisa memastikan apakah kasus ini dilatarbelakangi oleh masalah asmara, pendidikan, keluarga, atau masalah lain. Baik pihak keluarga maupun teman tidak mendapati kejanggalan terkait perilaku korban dalam beberapa hari terakhir.
Mengenai masalah keluarga, lanjut Yusuf, dari keterangan orangtua, korban merupakan anak yang baik, ceria, dan tidak pernah menyimpan masalah. Keluarga juga selalu mengantarkan korban saat berangkat ke sekolah dan ke tempat lain.
Bahkan, ayah korban juga seorang guru di kelas dan sekolah tempat korban belajar. ”Mengenai motifnya, semua masih dalam penyelidikan. Mudah-mudahan kami bisa segera mengungkap,” ujarnya.
Kasus siswa sekolah menengah mengakhiri hidup di Blitar Raya bukan kali ini saja terjadi. Berdasarkan catatan Kompas, seorang siswa SMP berinisial EP (16) melakukan hal serupa di kamar kosnya di Jalan A Yani, Kota Blitar, Mei 2018. Diduga, EP melakukan tindakan nekat lantaran terbentur zonasi saat hendak masuk ke SMA.
Sosiolog dari Universitas Brawijaya, Malang, Dhanny S Sutopo, mengatakan, secara umum sumber yang menjadi referensi terkait kehidupan remaja pada zaman sekarang meluas. Berbagai sumber informasi menjadi referensi kehidupan mereka, termasuk dari berbagai media sosial dan lainnya.
Saat peristiwa terjadi, kondisi ruang kelas kosong sehingga tidak ada yang tahu.
Kondisi ini berbeda dengan zaman dulu, referensi yang didapat remaja turun dari orangtua dan lingkungan terdekat. Dengan demikian, begitu menghadapi persoalan, mereka akan mencontoh apa yang ada dalam referensi itu. Mereka tidak lagi menyelesaikan sebagaimana nilai-nilai yang diajarkan orangtua dan lingkungan terdekat.
”Saat mereka terkena suatu kondisi yang dirasakan secara psikologis sangat mengena pada dirinya, ruang-ruang (keluarga dan lingkungan terdekat) tadi itu yang tidak mereka dapatkan. Dengan demikian, jika ada apa-apa, mereka mencontoh informasi yang pernah mereka dengar dari referensi tadi,” ujarnya.
Oleh karena itu, menurut Dhanny, fungsi kontrol dari keluarga terhadap anak yang beranjak dewasa harus tetap melekat. Di sisi lain, orangtua di zaman milenial juga harus berupaya masuk ke tataran kehidupan yang lebih modern, tidak abai dengan perkembangan teknologi informasi. Dengan demikian, keduanya bisa berjalan beriringan.