Satu Daerah Masih Terisolasi Banjir di Mandailing Natal
Banjir di 16 kecamatan di Mandailing Natal mulai surut, Senin (20/12/2021).
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
PANYABUNGAN, KOMPAS - Banjir di 16 kecamatan di Mandailing Natal, Sumatera Utara, mulai surut, Senin (20/12/2021). Namun, satu kampung di Kecamatan Natal masih terisolasi dan belum bisa dilalui kendaraan. Banjir besar didorong kerusakan lingkungan akibat tambang emas ilegal dan perambahan hutan.
"Saya sudah meninjau banjir di Mandailing Natal. Banjir sudah surut, tinggal di satu daerah lagi yang tidak bisa dilalui kendaraan," kata Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi.
Sebanyak 16 kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal dilanda banjir yang cukup besar sejak hujan deras terjadi pada Sabtu (18/12). Banjir terutama melanda daerah di sekitar Sungai (Batang) Natal yang meluap. Aliran air merendam rumah-rumah hingga ketinggian 50-100 sentimeter. Sedikitnya 2.108 keluarga terdampak banjir tersebut.
Edy mengatakan, warga sempat mengungsi ke pos pengungsian atau ke rumah keluarga yang lebih aman. Namun, mereka sudah mulai pulang dan membersihkan rumahnya yang terendam lumpur.
Hingga kini, satu orang warga Kecamatan Natal masih hilang, yang diduga hanyut saat banjir melanda daerah itu. Pemerintah pun kini berfokus memberikan bantuan kebutuhan dasar seperti makanan dan air bersih. Aktivitas ekonomi warga belum normal.
Kerusakan lingkungan
Edy mengatakan, ia sudah meminta Dinas Kehutanan Sumut untuk melihat penyebab banjir karena diduga kuat terjadi akibat kerusakan lingkungan. "Di Mandailing Natal ada tambang emas rakyat ilegal, tambang galian C juga ilegal, dan ditemukan potongan-potongan kayu. Itu yang kami pelajari," kata dia.
Edy pun meminta masyarakat agar menyadari bahwa tambang emas ilegal tersebut sangat merugikan. Selain menyebabkan banjir, banyak tambang yang menggunakan logam berat berbahaya seperti merkuri.
Penutupan tambang emas ilegal itu, kata Edy, akan dilakukan pemerintah dengan hati-hati karena menyangkut penghidupan masyarakat. Tambang ilegal itu sudah berlangsung bertahun-tahun di sepanjang Sungai Natal. Mereka pun sedang menyiapkan alih profesi bagi pekerja tambang. Namun, kegiatan itu masih terkendala karena pandemi Covid-19.
Bupati Mandailing Natal Jakfar Sukhairi Nasution telah menetapkan darurat banjir dan longsor di daerahnya. Mereka kini fokus pada tanggap darurat, khususnya menyediakan kebutuhan dasar bagi warga terdampak.
"Kami juga berupaya untuk membuka kembali akses jalan ke semua daerah yang sempat terputus karena banjir dan longsor," kata Kepala Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mandailing Natal Subuki Nasution.
Nias Utara
Daerah lainnya di Sumut juga mengalami banjir dan longsor yang cukup parah, yakni Kabupaten Nias Utara. Sungai Sowu dan Sungai Muzoi meluap ke beberapa kecamatan dan menyebabkan banjir yang berdampak pada 4.654 keluarga.
"Kami sudah menetapkan tanggap darurat bencana banjir dan longsor," kata Bupati Nias Utara Amizaro Waruwu.
Amizaro mengatakan, banjir semakin parah dalam beberapa hari ini dan pada Senin ini sudah ada 10 kecamatan terdampak banjir di Nias Utara. Sebagian jaringan listrik juga terputus dan jaringan komunikasi terganggu. Saat ini, pemerintah pun berfokus melakukan tindakan tanggap darurat pada warga terdampak.