Obyek Wisata Gunung Bromo Tetap Buka meski Status Semeru Naik
Status Gunung Semeru naik menjadi Siaga per 16 Desember, tetapi obyek wisata Gunung Bromo tetap buka lantaran tidak terdampak erupsi.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Obyek wisata Gunung Bromo di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, masih tetap buka bagi wisatawan meski status Gunung Semeru naik dari Waspada (Level 2) menjadi Siaga (Level 3).
Erupsi Semeru tidak berdampak langsung ke Bromo meski kedua gunung itu berada di dalam kawasan yang sama, yakni Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Posisi Bromo (2.329 meter di atas permukaan laut/mdpl) berada di sisi utara Gunung Semeru (3.676 mdpl). Adapun erupsi Semeru mengarah ke tenggara.
Seperti diketahui, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status Semeru dari Waspada menjadi Siaga per 16 Desember. Kenaikan status dilatarbelakangi meningkatnya aktivitas vulkanik, salah satunya awan panas guguran yang meluncur tiga kali pada 15 Desember.
Kepala Subbagian Data Evaluasi Pelaporan dan Kehumasan Balai Besar TNBTS Sarif Hidayat, saat dihubungi, Minggu (19/12/2021), mengatakan, obyek wisata Bromo beroperasi seperti biasa. Demikian pula akses masuk, masih ditempuh dari empat pintu, yakni Probolinggo, Lumajang, Pasuruan, dan Malang.
”Wisata Bromo sampai saat ini belum ada kebijakan ditutup karena tidak berdampak langsung oleh erupsi Semeru. Semua site view (titik pandang) di Bromo tidak terdampak sehingga bisa dikunjungi oleh wisatawan,” katanya.
Selama Semeru erupsi, menurut Sarif, masih ada wisatawan yang berkunjung ke Bromo. Namun, lantaran ada informasi yang simpan siur terkait erupsi dan kenaikan status Semeru, akibatnya ada juga wisatawan yang membatalkan kunjungan.
Adapun untuk pendakian ke Semeru sampai saat ini belum diperbolehkan. Kegiatan pendakian di gunung tertinggi di Pulau Jawa itu ditutup sejak beberapa waktu lalu. Sebelumnya, saat masih menyandang status Waspada, aktivitas pendakian Semeru hanya dibatasi sampai Kalimati. Pendaki tidak diperbolehkan naik sampai ke Puncak Mahameru.
Biasanya, sebelum pandemi Covid-19, kegiatan pendakian Gunung Semeru meningkat pesat saat masa-masa menjelang pergantian tahun. Para pendaki biasanya memesan tiket secara online sejak jauh hari dan penuh (fully booked) di saat seperti sekarang. Pihak TNBTS pun kala itu membatasi jumlah pendaki hanya 600 orang per hari.
Disinggung soal masa pergantian tahun 2021-2022 yang tinggal 10 hari, Sarif menjelaskan, pihaknya tetap membatasi jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bromo, yakni 25 persen dari kondisi normal.
Batas jumlah wisatawan yang dimaksud, yakni 31 orang per hari untuk Bukit Cinta, 107 orang di Bukit Kedaluh, 222 orang di Penanjakan, 55 orang di Mentigen, dan 319 orang di Sabana Teletubbies.
Tetap pakai masker, waspada dan hati-hati selalu, serta perhatikan arahan petugas selama di lokasi wisata.
Pihak BBTNBTS pun mengingatkan agar wisawatan tetap waspada dan hati-hati, menerapkan protokol kesehatan, serta menggunakan aplikasi Peduli Lindungi. ”Tetap pakai masker, waspada dan hati-hati selalu, serta perhatikan arahan petugas selama di lokasi wisata,” ujarnya.
Obyek wisata Gunung Bromo beberapa kali mengalami buka-tutup akibat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Pembukaannya pun dilakukan secara bertahap, termasuk pintu masuk yang menyesuaikan dengan kabupaten yang tengah melaksanakan PPKM.
Sebelumnya, Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat PVMBG Nia Haerani membenarkan tentang kenaikan status Semeru. Selain awan panas guguran, menurut dia, terjadi perubahan morfologi di puncak Semeru setelah awan panas guguran 4 Desember lalu.
”Sesudah 4 Desember ada bagian di puncak yang sudah terbuka. PVMBG pun berupaya mengantisipasi jika ada batuan magma yang keluar dan langsung turun—tidak menumpuk di puncak. Kami antisipasi juga kalau tumpukan material itu tidak stabil. Dia akan berpotensi menjadi awan panas guguran,” katanya.