Masa tanggap darurat bencana awan panas guguran Gunung Semeru diperpanjang selama sepekan ke depan dengan fokus perbaikan kualitas layanan bagi pengungsi dan membuat sudetan.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Masa tanggap darurat bencana awan panas guguran Gunung Semeru diperpanjang selama sepekan ke depan pada 18-24 Desember. Selama masa itu, skala prioritas akan difokuskan pada perbaikan kualitas layanan bagi pengungsi dan membuat sudetan atau tanggul untuk mengarahkan aliran sungai dari atas agar tidak meluber.
Komandan Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Dampak Awan Panas Guguran Semeru Kolonel (Inf) Irwan Subekti mengatakan, jika skala prioritas masa tanggap darurat dua pekan sebelumnya difokuskan pada pencarian dan evakuasi, maka tahap berikutnya digeser.
”Saat ini fokusnya peningkatan kualitas layanan bagi pengungsi, termasuk membuat sudetan dan tanggul-tanggul. Mengingat saat ini sampai tiga bulan ke depan kemungkinan masih ada curah hujan tinggi,” ujarnya dalam konferensi pers bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) secara daring, Jumat (17/12/2021) petang.
Terkait infrastruktur, menurut Irwan, pihaknya tengah menyiapkan lahan relokasi. Untuk korban terdampak di Kecamatan Pronojiwo telah disiapkan lahan di Oro-oro Ombo, sedangkan untuk Kecamatan Candipuro disiapkan di Sumbermujur.
Lahan-lahan tersebut milik Perhutani dan saat ini masih digarap oleh masyarakat. Dua hari ini, lanjut Irwan, pihaknya melakukan pendekatan kepada Perhutani dan masyarakat sehingga tidak terjadi masalah di kemudian hari. Untuk masyarakat yang selama ini menggarap lahan akan disiapkan lahan di tempat berbeda sebagai pengganti.
Soal korban yang masih belum ditemukan, sampai saat ini tinggal sembilan orang. Pencarian terhadap mereka akan dilakukan bersamaan dengan aktivitas pembuatan sudetan. ”Bukan kami tidak fokus pada pencarian, tetapi jika ada titik tertentu, sambil melaksanakan sudetan atau pembuatan tanggul, tentunya akan laksanakan pencarian di sekitar lokasi kerja,” katanya.
APG masih berpotensi terjadi dikarenakan adanya endapan aliran lava dengan panjang aliran lebih kurang 2 kilometer dari pusat erupsi. (Andiani)
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari memaparkan, jumlah korban yang ditemukan meninggal dunia sebanyak 48 orang. Sedangkan korban luka 27 orang, 10.571 orang mengungsi, dengan jumlah rumah terdampak 1.027 buah dan 24 fasilitas pendidikan. Total ada 203 titik pengungsian.
Menurut Muhari, dalam 4-5 hari pertama pencarian korban mendapatkan hasil signifikan. Mulai hari ke-9 tim pencari tidak lagi menemukan korban.
”Denga demikian, per kemarin (16 Desember), Basarnas menetapkan penghentian pencarian korban secara official, tetapi untuk upaya pencarian jasad tidak dihentikan—berjalan dengan proses transisi fase awal rehabilitasi dan rekonstruksi. Berjalan bareng dengan perbaikan alur sungai,” katanya.
Sementara itu, terkait peningkatan status Semeru dari Waspada level 2 menjadi Siaga level 3, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Andiani menjelaskan, aktivitas Semeru yang masih tinggi, ditambah peningkatan jarak luncur awan panas guguran (APG) dan aliran lava menjadi dasar peningkatan status.
Menurut Andiani, pada 16 Desember terjadi tiga kali APG, yang mana dua APG di antaranya memiliki jarak luncur sampai 4,5 kilometer, yakni pukul 09.01 dan 15.42.
Begitu pula dengan kegempaan, masih didominasi oleh gempa letusan, embusan, dan guguran dengan jumlah gempa guguran meningkat dalam tiga hari terakhir mencapai 15-73 kali per hari dari sebelumnya rata-rata 8 kali per hari (sejak 1 Desember).
”APG masih berpotensi terjadi dikarenakan adanya endapan aliran lava (lidah lava) dengan panjang aliran lebih kurang 2 km dari pusat erupsi. Aliran lava tersebut belum stabil dan berpotensi longsor, terutama di bagian ujung alirannya,” ujarnya.