Luncuran Awan Panas dan Aliran Lava Meningkat, Status Semeru Naik Menjadi Siaga
Status Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, naik menjadi Siaga. Ada peningkatan luncuran awan panas dan aliran lava. Masyarakat diminta waspada.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
LUMAJANG, KOMPAS — Aktivitas Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, masih tinggi. Bahkan, jarak luncur awan panas guguran serta aliran lava meningkat. Menyikapi hal itu, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menaikkan status Semeru dari Waspada (level II) menjadi Siaga (level III) terhitung mulai 16 Desember 2021 pukul 23.00.
Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono mengatakan, pihaknya mengimbau masyarakat tidak beraktivitas apa pun di sektor tenggara Semeru, di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 kilometer (km) dari puncak. Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.
”Selain itu, masyarakat juga tidak boleh memasuki dan tidak boleh beraktivitas dalam radius 5 kilometer dari kawah atau puncak gunung api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar),” ujar Eko dalam pernyataan resminya, Jumat (17/12/2021).
Eko mengatakan, berdasarkan data Badan Geologi, peningkatan aktivitas Gunung Semeru terjadi sejak Kamis pagi. Salah satunya, terjadi luncuran awan panas pada pukul 09.01 waktu setempat sejauh 4,5 km dari puncak. Kejadian awan panas ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 25 mm dan durasi 912 detik.
Selain itu, selang beberapa menit kemudian, terjadi luncuran awan panas pada pukul 09.30. Kejadian awan panas ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 17 mm dan durasi 395 detik, tetapi secara visual tidak teramati karena Gunung Semeru tertutup kabut. Sore harinya, kembali terjadi luncuran awan panas pada pukul 15.42 sejauh 4,5 km dari puncak. Kejadian awan panas ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 20 mm dan durasi 400 detik.
”Selain itu, dari pengamatan kegempaan, teramati kegempaan didominasi gempa letusan, embusan, dan guguran dengan jumlah gempa guguran meningkat dalam tiga hari terakhir sebanyak 15-73 kejadian per hari dari rata-rata delapan kejadian per hari sejak 1 Desember 2021. Gempa vulkanik dalam dan tremor harmonik terjadi dalam jumlah yang tidak signifikan,” kata Eko.
Aktivitas awan panas guguran masih berpotensi terjadi karena endapan aliran lava (lidah lava) dengan panjang aliran sekitar 2 km dari pusat erupsi. Aliran lava tersebut masih belum stabil dan berpotensi longsor, terutama di bagian ujung alirannya, sehingga bisa mengakibatkan awan panas guguran.
Eksplosi ikutan juga berpotensi terjadi di sepanjang aliran sungai apabila luncuran awan panas masuk atau kontak dengan air sungai.
Selain awan panas, potensi aliran lahar juga masih tinggi mengingat curah hujan belakangan cukup tinggi di Gunung Semeru. Berdasarkan data BMKG, diperkirakan musim hujan masih akan berlangsung selama tiga bulan ke depan. Eksplosi ikutan atau secondary explosion juga berpotensi terjadi di sepanjang aliran sungai apabila luncuran awan panas masuk atau kontak dengan air sungai.
Menyikapi tingginya aktivitas Semeru, Badan Geologi mengimbau masyarakat mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Selain tidak beraktivitas di kawasan rawan bencana, masyarakat juga harus mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak gunung api Semeru.
Daerah yang perlu diwaspadai itu terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat. Potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan juga harus diantisipasi. Masyarakat diminta tidak panik dan jangan terpancing oleh informasi yang tidak bertanggung jawab mengenai aktivitas Gunung Semeru.
Evakuasi
Komandan Satuan Tugas Penanganan Bencana Awan Panas Guguran Semeru Kolonel (Inf) Irwan Subekti mengatakan, menyikapi peningkatan aktivitas gunung api, kewaspadaan tingkat tinggi telah diterapkan. Seluruh masyarakat di kawasan rawan bencana, termasuk tim pencari dan penyelamat serta para sukarelawan, langsung dievakuasi.
”Peringatan mengenai terjadinya peningkatan potensi ancaman telah disampaikan secara terstruktur dan sistematis. Evakuasi juga sudah dilakukan secara bertahap agar tidak menimbulkan kepanikan masyarakat,” ujar Irwan.
Dia mengatakan, tidak tertutup kemungkinan semua pengungsi yang saat ini berada di Kampung Renteng, Sumberwuluh, Kebondeli, serta tempat lain yang rawan bencana akan dipindahkan ke tempat yang lebih aman apabila perkembangan situasi di lapangan menunjukkan peningkatan ancaman bahaya.
Irwan menambahkan, pihaknya juga sudah menyiapkan sistem peringatan dini terhadap ancaman bahaya. Bentuknya bisa berupa sirene atau kentongan. Meski demikian, untuk saat ini, sirene tersebut dinilai belum saatnya untuk dibunyikan karena khawatir akan memicu kepanikan di masyarakat.
Untuk menjaga kelancaran saat proses evakuasi, polisi telah dikerahkan mengatur arus lalu lintas. Selain itu, beberapa hari terakhir telah diterapkan sistem penyekatan di sejumlah akses jalan menuju kawasan rawan bencana. Hal itu untuk mengontrol aktivitas masyarakat dan memastikan tidak ada yang beraktivitas di kawasan rawan.