Optimalkan Peran Sukarelawan Awan Panas Guguran Semeru
Kontribusi sukarelawan pada masa tanggap darurat bencana Semeru akan lebih dioptimalkan guna meningkatkan kualitas layanan terhadap penyintas dan penanganan di lokasi terdampak. Jumlahnya 2.698 orang dari 141 organisasi.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
LUMAJANG, KOMPAS — Kontribusi sukarelawan pada masa tanggap darurat bencana awan panas guguran Semeru di Lumajang, Jawa Timur, akan lebih dioptimalkan untuk meningkatkan kualitas layanan terhadap penyintas dan penanganan di lokasi terdampak. Jumlah sukarelawan yang terdata di aplikasi desk relawan hingga saat ini mencapai 2.698 orang dari 141 organisasi.
Direktur Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pangarso Suryotomo mengatakan, pendataan terhadap sukarelawan masih terus berjalan hingga saat ini. Masih ada yang belum melapor ke desk baik sukarelawan yang baru datang maupun sudah meninggalkan lokasi.
”Pemerintah Kabupaten Lumajang masih memerlukan peran para sukarelawan untuk membantu penanganan pascabencana. Upaya pendataan dimaksudkan untuk mengoptimalkan peran sukarelawan,” ujar Pangarso dalam rapat harian di posko tanggap darurat bencana erupsi Gunung Semeru di Pasirian, Lumajang, Rabu (15/12/2021) malam.
Pangarso mengatakan, sukarelawan yang terlibat dalam penanganan dampak erupsi Semeru memiliki beragam spesifikasi atau keterampilan yang bisa dimanfaatkan untuk membantu pemerintah daerah selama masa tanggap darurat ataupun setelahnya. Dia mengapresiasi banyaknya sukarelawan yang ingin membantu karena dorongan rasa kemanusiaan.
Pemerintah Kabupaten Lumajang masih memerlukan peran para sukarelawan untuk membantu penanganan pascabencana. Upaya pendataan dimaksudkan untuk mengoptimalkan peran sukarelawan.
Kemampuan personal para sukarelawan, termasuk aset seperti alat berat dan alat-alat lain yang mereka bawa, mendukung upaya penanganan dampak bencana. Meski demikian, diperlukan pendataan secara detail untuk memudahkan pengaturan dan pembagian tugas di lapangan agar peran mereka lebih optimal dan tidak tumpang tindih.
”Kami mohon setelah tanggal 17 Desember sudah ada ketetapan kira-kira Lumajang memerlukan berapa relawan. Pastinya setelah masa tanggap darurat, mereka bisa membantu karena memiliki banyak kemampuan,” ujar Pangarso.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Lumajang Indra Wibowo Leksana mengatakan, pihaknya akan menetapkan kriteria sukarelawan yang membantu penanganan di lapangan sesuai dengan keterampilan yang dimiliki. Contohnya, membantu pendistribusian logistik, membantu pendataan pengungsi yang keluar dan masuk posko pengungsian, serta merekap kebutuhan mereka.
Pendataan sukarelawan ini menjadi krusial setelah banyak laporan yang menyatakan ketidakjelasan peran mereka. Bahkan ada pihak yang mengaku sukarelawan, tetapi ternyata sekadar berwisata di lokasi bencana. Mereka berfoto di lokasi terdampak bencana seolah tak memiliki empati terhadap para korban yang kehilangan keluarga tercinta serta harta benda.
Pendataan sukarelawan juga diperlukan untuk kepentingan mereka sendiri. Contohnya, dengan mengetahui secara pasti keberadaan para sukarelawan ini satu per satu, pemerintah daerah bisa memastikan kondisi mereka terlindungi. Hal ini mengingat potensi bencana masih besar, baik yang disebabkan oleh erupsi gunung api, awan panas guguran, maupun banjir lahar.
”Para sukarelawan harus melaporkan hari ini mereka ke mana dan yang dilakukan apa saja. Mereka juga bisa digerakkan untuk membantu mengatasi persoalan-persoalan yang mengemuka, seperti sampah yang menumpuk di pengungsian karena keterbatasan jumlah petugas dari dinas kebersihan,” kata Indra.
Menanggapi hal itu, Chairil Anam dari Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) atau lembaga penanggulangan bencana Muhammadiyah mengatakan, sejak awal pihaknya sudah melaporkan kehadiran mereka di lokasi bencana dan kontribusi yang diberikan. Contohnya, memberikan pelayanan kesehatan di Pronojiwo dan Candipuro.
Dapur umum khusus
MDMC membuka dapur umum khusus bayi dan pengungsi berusia lanjut serta turut serta dalam kegiatan pembagian logistik kepada warga. Selain itu, mereka juga berencana membantu pembangunan hunian sementara bagi penyintas bencana pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi nanti.
Adapun Taufik dari Palang Merah Indonesia (PMI) Jatim mengatakan, pihaknya telah membantu mendata kerugian material dari bencana awan panas guguran Semeru di wilayah Candipuro. Hasil pendataan sementara di Candipuro adalah sebanyak 110 rumah rusak berat, 278 rusak sedang, dan 87 rumah rusak ringan. Selain itu, ada 24 sekolah, 5 tempat ibadah, dan jalur penghubung yang rusak.
Kepala Dinas Kesehatan Lumajang Bayu Wibowo mengatakan, hingga saat ini, korban bencana awan panas guguran Semeru mencapai 48 orang meninggal dan 4 potongan tubuh belum teridentifikasi. Selain itu, 18 orang mengalami luka bakar dan masih dirawat di rumah sakit.
Jumlah pengungsi saat ini mencapai 10.158 jiwa dengan rincian laki-laki sebanyak 4.973 jiwa dan perempuan sebanyak 5.185 jiwa. Selain itu, bayi sebanyak 99 orang, anak balita 544 orang, dan anak-anak 1.819 orang. Pengungsi dewasa berjumlah 6.413 orang, sementara pengungsi berusia lanjut sebanyak 950 orang. Di antara para pengungsi juga terdapat ibu hamil 24 orang dan penyandang disabilitas 2 orang.
Dinkes Lumajang telah mengoperasikan delapan pos layanan kesehatan. Saat ini terdapat 17 pengungsi yang menjalani rawat inap. Jumlah pasien itu bertambah dari hari sebelumnya 12 orang. Keluhan yang terbanyak disampaikan pengungsi adalah batuk, pilek, dan demam. Hingga kini tidak ada penyakit yang berpotensi menjadi wabah.
Menurut Bayu, yang butuh perhatian di bidang kesehatan ialah ibu hamil dengan jumlah 20 orang dan ibu menyusui sebanyak 38 orang. Untuk melayani kebutuhan mereka, menurut rencana akan didirikan tempat khusus menyusui agar aktivitas mereka tidak terganggu karena saat ini tinggal di pengungsian dengan banyak orang.