Aktivitas Semeru Meningkat, Warga di Tempat Rawan Dievakuasi
Terjadi letusan, awan panas guguran, banjir lahar, dan sebaran abu vulkanik Gunung Semeru, Kamis (16/12/2021). Semua warga yang masih bertahan di kawasan rawan bencana dievakuasi. Pencarian korban hilang dihentikan.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·5 menit baca
LUMAJANG, KOMPAS — Gunung Semeru kembali meletus, mengeluarkan awan panas guguran, menyebarkan abu vulkanik, Kamis (16/12/2021). Hujan yang terjadi juga memunculkan banjir lahar. Semua warga yang masih bertahan di kawasan rawan bencana dievakuasi. Kegiatan pencarian dan penyelamatan korban yang hilang juga langsung dihentikan.
Peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Semeru juga menjadi salah satu alasan dibatalkannya kunjungan kerja Wakil Presiden Ma’ruf Amin ke Lumajang. Wapres yang semula dijadwalkan bertemu langsung dengan para penyintas erupsi Semeru di posko pengungsian yang tersebar di beberapa lokasi pada akhirnya berkomunikasi secara virtual dari ruang VIP Bandara Juanda Surabaya.
Berdasarkan data Magma Indonesia, terjadi satu kali gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 25 mm dengan lama gempa 70 detik pada pengamatan yang dilakukan pukul 06.00-12.00. Selain itu, terjadi dua kali gempa awan panas guguran dengan amplitudo 17-25 mm dan lama gempa 395-912 detik.
Semeru juga mengeluarkan satu kali gempa guguran, empat kali gempa tektonik lokal, satu kali gempa terasa berskala II MMI, serta dua kali gempa tektonik jauh. Sebelum itu, pada pengamatan yang dilakukan pukul 00.00-06.00, terjadi dua kali gempa letusan/erupsi, enam kali gempa guguran, satu kali gempa embusan, dan satu kali gempa tektonik jauh.
Di sisi lain, hujan yang turun sejak Rabu (15/12/2021) siang hingga malam menyebabkan debit air di Sungai Curah Kobokan meningkat dan meluber ke jalan utama serta permukiman masyarakat di Desa Sumberwuluh. Kondisi tersebut diperparah dengan terjadinya sebaran abu vulkanik yang dampaknya dirasakan masyarakat di Kecamatan Candipuro sekitar pukul 13.00.
Komandan Satuan Tugas Penanganan Bencana Awan Panas Guguran Semeru Kolonel Infanteri Irwan Subekti mengatakan, menyikapi terjadinya peningkatan ancaman bahaya tersebut, kewaspadaan tingkat tinggi telah diterapkan. Seluruh masyarakat yang berada di kawasan rawan bencana, termasuk tim pencari dan penyelamat korban yang hilang serta para sukarelawan, langsung dievakuasi.
”Peringatan mengenai terjadinya peningkatan potensi ancaman telah disampaikan secara terstruktur dan sistematis. Evakuasi bahkan mulai dilakukan sejak pukul 09.00 secara bertahap agar tidak menimbulkan kepanikan masyarakat,” kata Irwan.
Tidak tertutup kemungkinan, lanjut Irwan, semua pengungsi yang saat ini berada di Kampung Renteng, Sumberwuluh, Kebondeli, serta tempat lain yang rawan bencana akan dipindahkan ke tempat yang lebih aman apabila perkembangan situasi di lapangan menunjukkan adanya peningkatan ancaman bahaya.
Dikonfirmasi secara terpisah, Camat Curah Kobokan Agni Asmara Megatrah mengatakan, proses evakuasi terhadap masyarakat di wilayahnya berlangsung mulai pukul 13.00 setelah terjadi banjir lahar dan terdampak abu vulkanik. Warga yang dievakuasi mencapai ratusan orang. Selama ini mereka bertahan di rumah karena tidak terdampak bencana awan panas guguran yang terjadi pada Sabtu (4/12/2021) lalu.
”Kampung tempat tinggal mereka masuk kawasan rawan bencana. Namun, karena tidak terdampak langsung saat kejadian Sabtu lalu, masyarakat tetap tinggal di rumahnya. Sekarang mereka dievakuasi ke lokasi aman,” ucap Agni.
Untuk sementara waktu, warga ditempatkan di pos pengungsian yang berada di SMPN I Candipuro dan SMAN 1 Candipuro. Namun, kondisi tempat pengungsian di SMPN I Candipuro saat ini hampir penuh sehingga harus dicarikan lokasi lain yang aman dan memadai.
Alhamdulillah semua sudah disiapkan. Insya Allah tempat tinggalnya sudah akan dibangun, jalan-jalan sudah akan dibuat, jembatan juga sudah akan dibuat. (Ma’ruf Amin)
Evakuasi masyarakat itu menyebabkan jumlah pengungsi terus bertambah. Sejauh ini penambahan jumlah pengungsi masih didata.
Sebelumnya, jumlah pengungsi dilaporkan sebanyak 10.565 jiwa yang tersebar di 151 lokasi pengungsian. Pengungsi terbanyak ada di Kecamatan Candipuro, yakni 4.563 orang, Pasirian sebanyak 1.518 orang, dan Pronojiwo sebanyak 1.056 orang. Di luar Kabupaten Lumajang, terdapat 14 lokasi pengungsian yang tersebar di Kabupaten Malang, Probolinggo, Blitar, dan Jember.
Kepastian lokasi relokasi
Sementara itu, kepada para penyintas erupsi Semeru, Wakil Presiden Ma’ruf Amin memastikan pemerintah berkomitmen kuat menuntaskan dan menangani masalah masyarakat, terutama penyediaan hunian baru. Lokasi pembangunannya akan dicarikan di tempat yang paling aman dan diupayakan dekat dengan lokasi tempat tinggal lama.
”Alhamdulillah semua sudah disiapkan. Insya Allah tempat tinggalnya sudah akan dibangun, jalan-jalan sudah akan dibuat, jembatan juga sudah akan dibuat. (Bapak/Ibu) jangan merasa sedih, merasa susah,” ujar Wapres Amin.
Dalam kesempatan itu, Wapres menyambut baik rencana pemanfaatan program perhutanan sosial untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat terdampak bencana awan panas guguran Semeru. Menurut Wapres, ide tersebut bagus dan bisa direalisasikan. Oleh karena itu, pihaknya meminta segera diproses lebih lanjut.
Wapres juga meminta semua pihak yang terlibat dalam penanganan dampak bencana Semeru terus bekerja agar semua segera terwujud, baik rencana pembangunan hunian sementara, hunian tetap, maupun penyiapan pengembangan ekonomi berbasis masyarakat.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan, surat izin penggunaan kawasan hutan untuk kegiatan penampungan sementara korban bencana erupsi Semeru dan lahan usaha sudah diberikan. Jangka waktu pemanfaatannya selama 20 tahun.
”Bagaimana nanti selanjutnya, yang penting sekarang Bupati Lumajang, Menteri PUPR sudah bisa bekerja secara langsung di lapangan,” ucap Siti Nurbaya.
Sementara itu, Bupati Lumajang Thoriqul Haq mengatakan, menurut rencana pengungsi akan direlokasi di Desa Sumbermujur dan Oro-Oro Ombo. Dua lokasi itu dipilih setelah beberapa kali dilakukan survei dari sisi kelayakan, ketersediaan lahan, dan keamanan dari potensi bencana. Selain itu, juga pertimbangan ketersediaan air dan jaringan listrik.
Lahan yang diperlukan untuk relokasi mencapai lebih dari 80 hektar. Pemkab Lumajang telah mendengar beragam masukan masyarakat, antara lain warga meminta agar tetap berada di dalam satu RT dan RW dengan tetangganya. Ada pula permintaan warga Desa Supit Urang yang pindah ke Desa Oro-Oro Ombo, tetapi nama desanya tetap Supit Urang.
”Prinsipnya selesaikan dulu soal relokasi. Konsep perhutanan sosial juga akan dikembangkan di permukiman baru agar masyarakat bisa mendapatkan akses ekonomi. Harapannya, (ada) usaha peternakan sapi perah agar ada penghasilan harian,” kata Thoriqul.
Lumajang sudah mengembangkan usaha peternakan sapi perah di Kecamatan Senduro dan dinilai berhasil sehingga bisa direplikasi di lokasi permukiman baru. Terkait anggaran, saat ini terdapat dana lebih dari Rp 10 miliar dari Baznas yang dihimpun dari donasi masyarakat.
Pada tahap awal akan dibangun hunian sementara dengan dimensi bangunan 6 meter x 4,8 meter yang akan ditempatkan di belakang lahan setiap keluarga. Hunian sementara ini bisa difungsikan sebagai dapur saat hunian tetap terbangun nantinya.
Adapun untuk hunian tetap, dimensi bangunannya 6 meter x 6 meter. Ada banyak pihak yang sudah berkomitmen membantu membangun hunian sementara. Pemkab Lumajang juga telah menetapkan nilai nominal pembangunan hunian sementara sebesar Rp 9,8 juta per unit.