Penyintas Semeru Diusulkan Dapat Bantuan Hidup untuk Sewa Rumah
Penyintas bencana awan panas guguran Semeru diusulkan dapat bantuan jaminan hidup Rp 500.000 per bulan per keluarga. Bantuan itu diharapkan bisa dimanfaatkan untuk mengontrak rumah agar mereka bisa hidup lebih layak.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
LUMAJANG, KOMPAS — Penyintas bencana awan panas guguran Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, diusulkan menerima bantuan jaminan hidup sebesar Rp 500.000 per bulan per keluarga. Bantuan itu diharapkan bisa dimanfaatkan untuk mengontrak rumah agar mereka bisa hidup lebih layak bersama keluarga.
Setelah para pengungsi tinggal bersama keluarga masing-masing, bantuan bahan pokok dan kebutuhan logistik lainnya akan disalurkan secara bertahap. Bantuan bahan pokok, misalnya, akan disuplai selama dua bulan atau sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Saat ini, bantuan bahan pokok dan logistik yang diterima Pemkab Lumajang dari sejumlah pihak masih menumpuk karena belum bisa disalurkan.
Kepala Pelaksana BPBD Lumajang Indra Wibowo Leksana mengatakan, untuk mengusulkan bantuan jaminan hidup kepada Kementerian Sosial, pihaknya tengah merampungkan pendataan jumlah pengungsi. Data tersebut harus akurat berbasis nama, alamat, dan nomor induk kependudukan agar bantuan tepat sasaran.
”Dengan adanya dana ini lebih dulu, disalurkan kepada penyintas, diharapkan bisa dimanfaatkan untuk menyewa rumah sehingga mereka merasakan kembali kehidupan yang layak,” ujar Indra dalam rapat bersama di Posko Tanggap Darurat Bencana Erupsi Semeru, Selasa (14/12/2021).
Dalam rapat yang dihadiri lintas sektor tersebut mengemuka, pendataan jumlah pengungsi bukan perkara mudah. Jumlah pengungsi selalu bertambah dari waktu ke waktu, seperti saat ini yang mencapai 10.158 jiwa. Dari jumlah tersebut, pengungsi laki-laki sebanyak 4.973 jiwa dan pengungsi perempuan sebanyak 5.185 jiwa.
Selain itu, terdapat bayi sebanyak 99 orang, anak balita 544 orang, dan anak-anak 1.819 orang. Pengungsi dewasa berjumlah 6.413 orang, sedangkan pengungsi berusia lanjut sebanyak 950 orang. Di antara para pengungsi juga terdapat 24 ibu hamil dan 2 penyandang disabilitas.
Data pengungsi yang terus bertambah ini memerlukan validasi dan harus dicari tahu penyebabnya. Apakah karena masyarakat ketakutan tinggal di rumahnya yang berada di kawasan risiko rawan bencana sehingga memilih mengungsi atau mereka memiliki motivasi untuk mendapatkan bantuan.
Indra mengatakan, terkait dengan bantuan yang diterima dari donasi, saat ini jumlahnya cukup banyak dan terus bertambah. Dia mengakui, pendistribusian bantuan logistik itu memang agak lambat karena masyarakat di pengungsian belum membutuhkan. Semua kebutuhan makanan, pakaian, dan tempat tinggal selama di pengungsian sudah tercukupi.
Bencana erupsi Semeru memasuki hari ke-12 pada Rabu (15/12/2021). Selama ini, penanganan tanggap darurat terus dilakukan, terutama terkait dengan evakuasi korban dan pengungsi. Hingga saat ini terdata 48 jiwa meninggal dan ada empat potongan tubuh korban yang masih dianalisis tim DVI Polda Jatim. Selain itu, terdapat 18 korban luka berat yang masih dirawat di rumah sakit.
Komandan Tim Operasi Basarnas Surabaya I Wayan Suyatna mengatakan, proses pencarian terhadap korban erupsi Semeru tetap dilanjutkan meski beberapa hari belakangan belum berhasil menemukan korban baru. Sebanyak 250 anggota tim dikerahkan untuk pencarian dan penyelamatan, dengan dibantu sejumlah alat berat.
”Lokasi pencarian masih difokuskan di Curah Kobokan, tambang Haji Satuhan, dan Kampung Renteng,” kata Wayan.
Sementara itu, persoalan-persoalan yang menjadi kendala dalam memberikan layanan kepada para korban erupsi Semeru terus diurai. Salah satunya, masalah sampah yang mengemuka di sejumlah lokasi pengungsian warga. Banyak sampah menumpuk karena tidak segera diambil oleh petugas dari dinas terkait. Bahkan, penumpukan sampah dilaporkan sampai empat hari.
Upaya lain meningkatkan layanan terhadap pengungsi Semeru di lokasi penampungan sementara, BPBD Lumajang berencana membangun tempat ibadah terdekat berupa tenda yang difungsikan sebagai mushala atau masjid. Hal itu agar pengungsi bisa beribadah dengan baik, termasuk melaksanakan shalat Jumat.
Sementara itu, pantauan Kompas, di lokasi pengungsian SMP Neger 2 Pasirian, layanan terhadap pengungsi ditingkatkan salah satunya dengan mendistribusikan kipas angin. Hal itu dilakukan untuk mengakomodasi keluhan pengungsi yang tinggal di ruang-ruang kelas.
Selain itu, dalam upaya memenuhi kebutuhan makanan bergizi bagi anak-anak dan anak balita yang tinggal di pengungsian, juga sudah didirikan dapur khusus. Dapur ini menyediakan makanan khusus anak-anak sehingga tidak pedas dan kandungan gizinya terukur agar dapat menunjang tumbuh kembang mereka.
Dapur umum khusus anak dan anak balita didirikan di pos pengungsian SMP Negeri I Candipuro, pos pengungsian SMP Negeri 2 Pasirian, dan pos pengungsian SMP Negeri 2 Pronojiwo. Dapur ini melayani kebutuhan makanan 64 anak di Candipuro, 84 anak di Pasirian, dan 33 anak di Pronojiwo.
”Rencananya, dapur umum khusus anak dan anak balita akan didirikan satu lagi untuk melayani kebutuhan pengungsi di pos SMAN 1 Candipuro. Selain itu, disediakan ruang ramah anak yang memberikan layanan trauma healing,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Jatim Budi Santoso.