Gempa M 5,1 di Selatan Jember Tak Berpengaruh ke Semeru
Jawa Timur kembali diguncang gempa tektonik M 5,1 yang bersumber di selatan Jember. Gempa tidak berpotensi tsunami. Belum ada laporan kerusakan. Pascagempa tidak ada perubahan visual dan kegempaan di Semeru.
Oleh
DEFRI WERDIONO/BAHANA PATRIA GUPTA
·3 menit baca
Kompas/Bahana Patria Gupta
Petugas gabungan memeriksa sukarelawan yang akan masuk ke lokasi terdampak erupsi Gunung Semeru untuk mencegah kemacetan di Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (11/12/2021). Hari libur dimanfaatkan banyak warga untuk mengirim bantuan ke lokasi bencana. Banyak dari mereka akhirnya abai akan erupsi yang setiap saat bisa terjadi dengan mendatangi kawasan rawan bencana.
MALANG, KOMPAS — Gempa bumi dengan magnitudo 5,1 (sebelum diperbarui M 5,3) mengguncang kawasan selatan Jawa Timur hingga Bali, Senin (13/12/2021) sekitar pukul 12.46. Gempa tidak berpotensi tsunami. Gempa juga tidak berpengaruh pada aktivitas Gunung Semeru.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Karangkates, Malang, Mamuri mengatakan, episenter gempa terletak pada koordinat 9,69 derajat Lintang Selatan dan 113,57 derajat Bujur Timur atau tepatnya pada jarak 167 km selatan Kota Jember dengan kedalaman 73 km.
Guncangan gempa bumi ini dirasakan di daerah Kuta, Denpasar, Jember, Pacitan, Trenggalek, Lumajang, Blitar, Banyuwangi, Bondowoso, dan Malang dengan kekuatan 2-3 skala modified mercally intensity (MMI).
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang baru saja terjadi masuk kategori jenis gempa menengah akibat aktivitas subduksi lempeng. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan mendatar (strike slip).
Mamuri memastikan gempa di selatan Jember itu merupakan gempa tektonik, bukan vulkanik yang diakibatkan akivitas Semeru. ”Gempa disebabkan aktivitas di zona subduksi, tumbukan lempeng Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia,” katanya.
Kompas/Bahana Patria Gupta
Siswa SD Supiturang 4 menuju sekolah darurat pada hari pertama masuk sekolah setelah libur akibat terdampak erupsi Gunung Semeru, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Senin (13/12/2021).
BMKG juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan menghindari bangunan yang retak atau rusak. Mamuri belum bisa memastikan apakah gempa juga berdampak pada kestabilan material erupsi Semeru yang berada di puncak karena masalah itu menjadi kewenangan pihak lain.
Tidak ada perubahan
Dihubungi secara terpisah dari Malang, Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Nia Haerani mengatakan, hingga siang ini (pukul 14.49) tidak ada perubahan visual dan kegempaan pascagempa tektonik M 5,1. ”Tidak teramati adanya peningkatan jumlah guguran atau gempa lainnya,” ujarnya melalui Whatsapp.
Menurut Nia, daerah yang perlu diwaspadai masih sama dengan rekomendasi sebelumnya, antara lain, warga atau wisatawan diimbau tidak beraktivitas di radius 1 kilometer (km) dari puncak semeru dan 5 km dari arah bukaan kawah di sektor tenggara selatan.
Warga terdampak guguran awan panas Gunung Semeru di Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, tidak merasakan getaran gempa.
Selain itu, warga dan wisatawan juga mewaspadai awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Semeru. Radius dan jarak rekomendasi ini akan dievaluasi terus sebagai langkah antisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya.
Sementara itu, warga terdampak guguran awan panas Gunung Semeru di Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, tidak merasakan getaran gempa. Sebagian dari mereka masih menempati pengungsian dan sebagian lain kembali ke rumah untuk mengurus harta benda yang masih tersisa.
Dua anak terlihat tengah menuliskan pesan di dinding rumah mereka di Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Kamis (9/12/2021), saat mereka bersama orangtua kembali ke rumah dari pengungsian untuk sekedar melihat barang-barang yang masih tersisa oleh bencana.
Hari ini merupakan hari pertama siswa SD Supiturang 1 dan 4 kembali bersekolah setelah terhenti sejak erupsi 4 Desember. Mereka ditampung di sekolah darurat di bawah tenda dengan durasi pembelajaran dua jam.
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari dalam siaran pers, Senin pagi, mengatakan, korban meninggal sebanyak 46 jiwa, luka berat 18, dan luka ringan 12 orang.
Adapun data warga yang mengungsi 9.374 jiwa. Mereka tersebar di 129 titik, baik di Lumajang maupun kabupaten tetangganya, seperti Malang dan Probolinggo. Pos pengungsian terpusat dengan jumlah penyintas besar ada di tiga kecamatan, yakni Candipuro (3.538 jiwa), Pasirian (2.081 orang), dan Pronojiwo (1.056 jiwa) di Lumajang.