Melalui Polish Aid, Kedutaan Besar Polandia di Indonesia membantu program budidaya dengan sistem akuaponik di Badung, Bali. Program akuaponik itu juga bertujuan memberdayakan masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA
·2 menit baca
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Didukung pendanaan Polish Aid dari Kedutaan Besar Polandia di Jakarta, Yayasan Kopernik bersama Program Magister Sains Pertanian Universitas Warmadewa dan kelompok petani dari Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya Sedana Sari, Badung, menjalankan program budidaya dengan sistem akuaponik di Bali, Sabtu (11/12/2021).
BADUNG, KOMPAS — Pemerintah Polandia membantu program budidaya pertanian dan perikanan dengan metode akuaponik di Bali. Tujuannya, memberdayakan potensi warga yang terdampak pandemi Covid-19.
Budidaya sistem akuaponik itu dilakukan di Universitas Warmadewa bersama Yayasan Kopernik dan Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Sedana Sari di Badung, Bali. Sayur ditanam menjadi satu sistem dengan budidaya ikan nila.
Duta Besar Polandia di Jakarta Beata Stoczynska bangga karena dukungan ini memberikan hasil positif bagi masyarakat setempat. ”Sistem akuaponik menjadi inovasi sistem pertanian dan perikanan dalam satu sistem. Hasilnya berupa produk sayuran dan ikan yang sehat dan organik,” kata Beata di Badung, Sabtu (11/12/2021).
Ia menyatakan, inovasi teknologi pertanian dengan sistem akuaponik memang membutuhkan investasi. Namun, sistem ini lebih efisien karena menghemat lahan serta air. Teknologi akuaponik, katanya, menjadi jawaban atas kondisi kekeringan yang terjadi akibat perubahan iklim.
Direktur Solutions Lab Kopernik Nanda Riska mengatakan, Yayasan Kopernik bersama Universitas Warmadewa, Denpasar, membangun fasilitas akuaponik di P4S Sedana Sari. Fasilitas yang dibangun pada Agustus 2021 ini dilengkapi kolam ikan dengan sistem penyaringan air dan instalasi pipa hidroponik berisi lebih dari 1.500 lubang.
Di sana kerap digelar pelatihan agripreneur kepada komunitas. Program pelatihan yang melibatkan Kedutaan Polandia ini berlangsung pada Juli-Desember 2021.
Pesertanya 15 orang, mayoritas perempuan. Pelatihan meliputi pembuatan instalasi, pengenalan media tanam dan bibit, perawatan, sampai pengemasan hasil panen. Program budidaya direncanakan rampung pada Desember 2021.
Wakil Rektor I Universitas Warmadewa I Nyoman Kaca mengatakan, program budidaya akuaponik menjadi bagian penelitian dan pengabdian dalam rangka membangun ketahanan pangan dan memberdayakan masyarakat. ”Kami juga menawarkan Kedutaan Besar Polandia mendukung program edukasi dan riset di kampus,” ujar Kaca.
Duta Besar Polandia di Jakarta Beata Stoczynska (duduk, tengah) ketika menghadiri acara panen raya produk pangan sistem akuaponik di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya Sedana Sari, Desa Selat, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu (11/12/2021). Budidaya secara akuaponik itu menggabungkan teknologi hidroponik dan akuakultur.
Agung Muncan, Manajer P4S Sedana Sari, mengatakan, akuaponik membutuhkan modal lebih mahal dibandingkan sistem budidaya hidroponik. Namun, fasilitasnya dapat digunakan dalam jangka panjang.
”Panen sayur rata-rata 25 kilogram per hari dan panen ikan bisa setelah tiga kali panen sayur,” ujar Agung.
Jenis sayur yang ditanam di instalasi hidroponik umumnya berupa sayur yang bernilai ekonomi tinggi, antara lain pakcoi, selada, bayam, dan kangkung.
Harga jual sayur yang dibudidayakan secara akuaponik ataupun hidroponik dengan akuakultur lebih mahal karena sayuran itu organik dan bebas pestisida kimia. ”Produknya sudah punya pasar khusus dan pasti laku,” kata Eka Sadnyani (34), peserta pelatihan.