Sukarelawan Ikut Berpartisipasi Petakan Daerah Terdampak Erupsi Semeru
Sukarelawan ikut berpartisipasi memetakan dampak erupsi Semeru hingga bangun fasilitas pendukung bagi pengungsi. Data korban meninggal 45 orang, sedangkan dua lokasi relokasi telah ditentukan tinggal koordinasi.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
LUMAJANG, KOMPAS — Upaya pemetaan terhadap daerah terdampak bencana Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, terus dilakukan, termasuk dengan melibatkan sukarelawan. Hasil pemetaan akan dipakai sebagai bahan pengambilan keputusan oleh pemangku kepentingan, termasuk dalam menentukan daerah rawan bencana.
Johar Palacita, Pilot Sky Volunteer—sukarelawan yang terlibat pemetaan dari udara—mengatakan, dua hari terakhir pihaknya memetakan daerah terdampak erupsi Semeru dengan luas 1.000 hektar di wilayah Kecamatan Pronojiwo menggunakan drone. Pemetaan akan dilanjutkan di wilayah Kecamatan Candipuro dengan luas wilayah berbeda.
Obyek yang dipetakan, antara lain jalur lahar, kawasan yang mengalami kerusakan, hingga ketebalan timbunan material, dan wilayah permukiman yang setelah erupsi masuk ke zona berbahaya. ”Hasilnya berupa peta dua dimensi untuk evaluasi daerah terdampak bencana dan penanganannya seperti apa,” kata Johar, saat melakukan pemetaan di Dusun Umbulan, Desa Supiturang, Jumat (10/12/2021).
Kalau dikaitkan dengan rencana pemerintah yang hendak merelokasi warga, pemetaan ini bisa mendukung karena hasil pemetaan bisa menunjukkan mana saja rumah warga yang perlu direlokasi.
Menurut Johar dilihat dari kawasan yang mengalami kerusakan akibat terpapar material vulkanik termasuk kategori parah. Kawasan rawan bencana juga berubah, melebar ke arah barat. Dia mencontohkan lahan pertanian warga yang sebelumnya ada di alur sungai (Curah Cilik), kini telah hilang tertimbun material dan menjadi jalur lahar baru.
”Kalau dikaitkan dengan rencana pemerintah yang hendak merelokasi warga, pemetaan ini bisa mendukung karena hasil pemetaan bisa menunjukkan mana saja rumah warga yang perlu direlokasi,” ujarnya. Sky Volunteer mengantongi izin pemetaan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Selanjutnya, hasil pemetaan atau rekomendasi akan diserahkan kepada BNPB sebagai bahan pertimbangan.
Sementara itu, bantuan bagi korban terdampak Semeru terus berdatangan, baik itu yang diserahkan ke posko-posko yang telah dibentuk, maupun diarahkan langsung ke warga di tempat pengungsian dan penyintas yang tengah kembali ke desa terdampak. Bantuan diberikan oleh komunitas, pihak swasta, dan badan usaha milik negara.
Bantuan yang datang tidak hanya berupa kebutuhan pokok, tetapi juga fasilitas lain, salah satunya tempat mandi cuci kakus (MCK), seperti yang dilakukan oleh komunitas pencinta alam Gimbal Alas Indonesia. Komunitas ini mendirikan MCK di dekat lokasi pengungsian yang memanfaatkan gedung SDN 4 Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo.
”Ini baru satu titik. Nanti akan dikembangkan lagi di titik-titik lain yang benar-benar membutuhkan. Kenapa kami bikin MCK di sini dulu karena lokasinya menjadi posko utama dengan jumlah pengungsi paling banyak, tetapi kondisi ruangan terbatas, MCK juga sangat minim,” ujar Hetik C, Koordinator Humas Gimbal Alas Indonesia.
Menurut Hetik, sebenarnya ada dua lokasi yang menjadi prioritas pembangunan MCK darurat. Namun, pihaknya masih akan melihat perkembangan situasi lebih dulu karena saat ini keberadaan pengungsi telah terurai ke banyak titik. Gimbal Alas Indonesia sendiri telah berkiprah di sejumlah daerah terdampak bencana erupsi gunung berapi, seperti Merapi, Kelud, dan bencana lainnya.
Sementara itu, Komandan Satgas Tanggap Darurat Bencana Dampak Erupsi Gunung Semeru Kolonel (Inf) Irwan Subekti, dalam konferensi pers secara daring, memaparkan, sampai hari ketujuh erupsi total korban meninggal 45 orang. Hari ini ada tabahan dua orang yang ditemukan dari Kamar Kajang. Untuk korban hilang tercatat 9 orang, 19 luka berat, dan 19 luka ringan. Sementara untuk pengungsi 6.573 orang.
Adapun kerugian material sebanyak 2.970 unit rumah dan 33 fasilitas umum, salah satunya putusnya Gladak Perak. Jumlah titik pengungsi sebanyak 126, baik itu yang terpusat maupun mandiri. Titik pengungsian terbesar ada di Pronojiwo.
”Upaya yang dilakukan sampai saat ini tim SAR tetap mencari dan mengevakuasi. Pencarian, antara lain, di Curah Kobokan dan Kampung Renteng. Keterlibatan sukarelawan sudah banyak sekali sehingga perlu manajemen sendiri karena di lapangan bantuan logisitik sangat banyak,” katanya.
Menurut Irwan ada beberapa kendala di lapangan. Terjadinya pendangkalan sungai di Curah Kobokan berpitensi banjir jika hujan deras turun. Ini menjadi kewaspadaan tersendiri. Kondisi pasir di dasar sungai yang masih berasap juga membuat proses pencarian secara manual oleh tim SAR ataupun menggunakan alat berat masih terbatas.
Banyaknya sukarelawan/masyarakat yang peduli juga dinilai menghambat lalu lintas di daerah bencana. Oleh karena itu, pihaknya meminta agar sebagian cukup kendaraan donor saja yang masuk ke lokasi bencana, tidak berbondong-bondong. ”Terkait pengungsi mandiri di tempat saudara ini juga menjadi atensi bagi kita untuk mengecek kembali warga yang mengungsi, misalnya ke Blitar sampai Bali,” katanya.
Terkait perkembangan rekonstruksi soal jembatan Gladak Perak yang sebelumya sempat disinggung akan dibangun jembatan gantung oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Karena situasi belum memungkinan, pembangunannya akan menunggu situasi memungkinkan. Saat ini persiapan telah dilakukan oleh PUPR.
Adapun relokasi bagi masyarakat terdampak, menurut rencana, ada dua titik yang akan dipakai. Lokasinya ada di daerah Perhutani sehingga ke depan tinggal dilakukan koordinasi antara kementerian terkait. Lokasi relokasi untuk daerah terdampak di Kecamatan Pronojiwo berada di Oro-oro Ombo, sedangkan wilayah Candipuro di Penanggal.