Penyintas Semeru Pilih Jual Ternak dengan Harga Murah
Sebagian penyintas erupsi Gunung Semeru di Lumajang memilih menjual ternak dengan harga murah. Alasannya sulit mencari pakan, kandang rusak, dan ternak mereka luka akibat bencana.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
LUMAJANG, KOMPAS — Korban terdampak erupsi Gunung Semeru di Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamtan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, memilih menjual ternak dengan harga murah. Langkah ini dilakukan untuk menghindari kerugian lebih besar lantaran kondisi ternak luka.
Selain itu, mereka juga enggan mempertahankan ternak dengan alasan sulit mencari rumput lantaran sebagian besar lahan di sekitar mereka layu dan terbakar. Sementara kondisi kandang rusak akibat terjangan material vulkanik Semeru pada 4 Desember lalu.
Dari pengamatan Kompas, Kamis (9/12/2021), sebagian besar rumah dan kandang ternak di Sumbersari—dusun paling atas di kawasan lereng sisi timur Semeru—--masih dibiarkan begitu saja, belum disentuh. Hanya saja, di salah satu rumah, terlihat beberapa ayam tengah menikmati jagung yang diberikan oleh sang empunya rumah.
Pada siang hari dan kondisi terang, beberapa warga terdampak memang kembali ke rumah masing-masing untuk melihat kondisi rumah mereka ataupun menyelamatkan barang yang masih tersisa. Mereka akan kembali ke pengungsian ketika sore.
”Ternak yang saya pelihara dijual semua. Saya dapat Rp 500.000 dari hasil penjualan ternak itu,” ujar Irawanto (50), salah satu warga RT 011 RW 004. Irawanto merawat sapi milik orang dengan sistem bagi hasil.
Sapi yang dipelihara Irawanto luka akibat tertimpa atap kandang. Sapi tersebut hanya laku Rp 20 juta dari kondisi normal minimal Rp 28 juta. Pembelinya tengkulak asal Malang yang datang ke lokasi tersebut.
Menjual ternak juga diakui Sulianto (21), warga Sumbersari lainnya. Menurut dia 28 ekor ternak milik kakaknya dijual semua dengan harga murah, terdiri dari 4 ekor sapi dan 20 ekor kambing. Menjual ternak menjadi pilihan daripada harus menanggung kerugian lebih besar akibat bencana.
”Ternaknya selamat semua, hanya saja agak luka di telinga. Telinganya membesar. Kalau dipelihara juga takut mati, semua baik kambing maupun sapi,” ucapnya.
Sepanjang Kamis pagi-siang, tim relawan dan donatur terus mendatangi Sumbersari. Tidak hanya relawan dan donatur, ada juga sejumlah warga dari luar daerah yang ingin melihat kondisi kerusakan, termasuk mengamati tubuh Gunung Semeru dari dekat yang lebih banyak tertutup awan dan badan Kali Sumbersari yang tertutup material.
Sejumlah donatur juga datang mengendarai mobil-mobil bak terbuka untuk menyerahkan bantuan langsung kepada beberapa korban terdampak yang bisa mereka jumpai di lokasi. Kondisi ini membuat akses menuju wilayah terdampak macet lantaran badan jalan sempit.
Bupati Lumajang Thoriqul Haq menyesalkan donatur yang terlalu memaksakan diri datang ke lokasi terdampak. Hal itu, menurut dia, menganggu proses evakuasi dan menambah ruwet situasi.
”Seminggu ini fokusnya evakuasi dulu. Ketika ada banyak kendaraan ke arah titik nol bencana ini yang saya kira jadi kendala. Ketika banyak orang ke sana semua itu menjadi kendala,” ucapnya saat meninjau Posko Desa Supiturang.
Thoriqul mengatakan, di sekitar lokasi terdampak ada beberapa posko, baik itu milik desa maupun komunitas. Semestinya, para donator memanfaatkan posko-posko tersebut. Mereka bisa meletakkan bantuan di tempat itu.
Hingga hari kelima pascabencana, menurut Thoriqul, bantuan logistik cukup untuk 15 hari ke depan. Pemerintah Kabupaten Lumajang saat ini tengah mencari lokasi relokasi bagi warga. ”Supaya mereka tidak terus berada di pengungsian. Supaya dalam waktu cepat ada hunian sementara yang bisa ditinggali,” katanya.
Seminggu ini fokusnya evakuasi dulu. Ketika ada banyak kendaraan ke arah titik nol bencana ini yang saya kira jadi kendala.
Warga terdampak memang berharap bisa segera mendapatkan hunian sementara. Mereka tidak ingin berada di pengungsian dalam waktu lama. ”Saya siap kalau hendak direlokasi karena di sini sudah tidak aman. Lokasinya sudah terbuka dari Puncak Semeru. Kalau bisa ya, yang dekat-dekat, satu-dua kilometer dari sini,” kata Irawanto.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari, dalam siaran pers, mengatakan, berdasarkan laporan dari tim pencarian dan pertolongan di lapangan per pukul 12.00 WIB, jumlah korban meninggal dari erupsi Gunung Semeru bertambah empat orang sehingga total menjadi 43 orang.
Adapun yang luka-luka ada 104 orang, terdiri dari 32 orang mengalami luka berat dan 82 lainnya luka sedang. Di samping itu, lokasi pengungsian juga mengalami peningkatan menjadi 121 tempat yang terbagi di beberapa titik meliputi; Kecamatan Pronojiwo, Candipuro, Kecamatan Pasirian, Lumajang, Tempeh, Sukodono, Senduro, dan Sumbersuko. Adapun 31 fasilitas umum terdampak, hewan ternak sapi 764 ekor, kambing dan domba 648 ekor, serta unggas 1.578 ekor.