Penanganan Penyakit Penyintas Bencana Alam di Lombok Jadi Prioritas
Penyintas bencana alam di Lombok, NTB, mulai mengeluhkan sejumlah penyakit. Agar tidak muncul dampak ikutan pascabencana, penanganan penyakit para penyintas menjadi salah satu prioritas.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Selain ketersediaan kebutuhan pokok, kesehatan warga penyintas bencana alam juga menjadi salah satu perhatian penanganan pascabencana Lombok, Nusa Tenggara Barat. Terlebih, penyintas sudah mulai mengeluhkan berbagai penyakit.
Pantauan Kompas, hingga hari ketiga pascabanjir di Lombok, Rabu (8/12/2021), proses penanganan lokasi bencana masih berlangsung. Upaya dilakukan bersama-sama tim gabungan dari TNI, Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Basarnas, dan instansi terkait lain, termasuk warga.
Di Lombok Barat, misalnya, pembersihan lokasi terdampak bencana alam masih dilakukan dengan bantuan alat berat ataupun secara manual. Banjir di sebagian besar lokasi sudah surut, terutama di wilayah hulu. Sementara di hilir, terutama di pesisir, masih ada area yang tergenang. Air sulit surut karena posisi kawasan yang lebih rendah, tidak ada saluran pembuangan, hingga banjir rob dari laut.
Penanganan penyintas di pengungsian juga terus berlangsung. Dapur-dapur umum, baik dari TNI/Polri, pemerintah daerah, maupun swasta, sejak pagi telah menyiapkan dan mendistribusikan nasi bungkus untuk warga.
Posko-posko kesehatan, baik yang didirikan di area pengungsian maupun yang berkeliling atau mobile, juga dibuka sejak pagi. Selain dari TNI dan Polri, ada juga posko dari dinas kesehatan dan puskesmas terdekat.
Keluhan warga lebih banyak masalah kulit, seperti gatal-gatal. Selain itu, ada juga yang demam dan panas.
Di Dusun Batulayar Utara, Desa Batulayar Barat, Kecamatan Batulayar, Lombok Barat, sejak pukul 09.00 Wita, warga langsung mendatangi posko kesehatan TNI/Polri. Hingga siang hari, puluhan warga dewasa ataupun anak-anak memeriksakan kesehatannya.
Letnan Dua dr Khairun Nisa, anggota tim posko kesehatan dari Rumah Sakit Angkatan Darat Wira Bhakti, mengatakan, keluhan warga lebih banyak masalah kulit, seperti gatal-gatal. Selain itu, ada juga yang demam dan panas.
Menurut Khairun Nisa, penanganan dilakukan dengan pemeriksaan, kemudian memberikan obat sesuai keluhan para penyintas.
Rohati (48), salah seorang warga yang memeriksakan kesehatannya, mengatakan, tubuhnya, terutama bagian betis, gatal-gatal. ”Sekarang, kalau malam di tempat pengungsian, susah tidur karena gatal-gatal,” ujarnya.
Tidak hanya di Batulayar, di area terdampak lain, seperti Desa Sesela, Gunung Sari, warga juga mulai mengeluhkan sejumlah penyakit.
Sukarno dari Seksi Pelayanan Kesehatan Unit Public Safety Centre 119 Dinas Kesehatan Lombok Barat mengatakan, di sejumlah pos pelayanan Puskemas Sesela, banyak warga mengeluhkan gatal-gatal, batuk, pilek, pusing, demam, dan saking pinggang. ”Hari ini, di empat pos kesehatan itu, kami menerima 78 orang dengan berbagai kasus. Jika ditotal dengan dua hari sebelumnya, ada 290 warga. Penanganannya kami beri obat sesuai keluhan warga,” kata Sukarno.
Kepala Dinas Kesehatan NTB Lalu Hamzi Fikri mengatakan, penanganan kesehatan menjadi salah satu prioritas agar tidak ada kasus ikutan lain atau munculnya wabah pascabencana. Selain mengerahkan tenaga kesehatan dan mendistribusikan obat-obatan, langkah antisipasi lain juga akan dilakukan. ”Misalnya penyediaan air bersih, juga perbaikan sanitasi. Hal ini sudah kami koordinasikan dengan BPBD dan pihak lain,” kata Fikri.
Distribusi bantuan
Sepanjang Rabu, kunjungan dari berbagai pihak ke lokasi terdampak bencana alam juga terus berlangsung. Pada Rabu siang, Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla menyempatkan diri berkunjung ke Dusun Batulayar.
Dalam kunjungan singkatnya itu, Kalla meninjau dapur umum dan posko kesehatan serta menyapa para penyintas. Ia berharap penanganan bisa cepat sehingga warga segera kembali ke rumah.
Selain berkunjung, berbagai pihak, baik perorangan maupun komunitas, juga mendistribusikan bantuan. Bantuan tersebut, antara lain, berupa beras, air minum, pakaian, selimut, dan tikar.
”Alhamdulillah, bantuan memang terus datang. Tidak hanya dari pemerintah daerah, tetapi juga swasta, termasuk lembaga-lembaga swadaya masyarakat. Sejauh ini, kebutuhan warga, selain sembako, juga selimut, tikar, dan sarung,” kata Yusron, Kepala Dusun Kekait Daye, Desa Kekait, Gunung Sari.
Menurut Yusron, ada sekitar 300 warga yang terdampak bencana longsor di dusun tersebut. Sementara warga mengungsi di masjid dusun tersebut.
”Kalau pagi, warga kami persilakan balik ke rumah untuk bersih-bersih. Sementara malam, balik ke pengungsian. Itu cara mengantisipasi kemungkinan adanya bencana susulan,” katanya.