RSUD Prof Yohannes Kupang Jadi Rumah Sakit Jejaring Rujukan Kardiovaskular
Rumah sakit umum daerah Prof Yohannes Kupang, Nusa Tenggara Timur, ditunjuk menjadi rumah sakit jejaring rujukan kardiosvaskular oleh Kementerian Kesehatan RI. Ke depan Pemprov NTT juga akan membangun rumah sakit jantung
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Rumah Sakit Umum Daerah Prof Yohannes Kupang, Nusa Tenggara Timur, ditunjuk menjadi rumah sakit jejaring rujukan kardiovaskular oleh Kementerian Kesehatan. Kerja sama jejaring rujukan penanganan pasien kardiovaskular ini diharapkan dapat membantu pasien jantung di NTT yang selama ini harus berobat di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Jakarta.
Direktur Utama Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJP) Harapan Kita Jakarta Dr dr Iwan Da Kota SpGJP saat beraudiensi dengan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) dan tim di Kupang, Senin (6/12/2021), mengatakan, masih banyak provinsi di Indonesia belum memiliki rumah sakit khusus jantung dan pembuluh darah, termasuk NTT.
Kedatangan tim dari RSJP Harapan Kita ke NTT itu merupakan bagian dari komitmen untuk menindaklanjuti kebijakan Kementerian Kesehatan Nomor HK 01.07./Menkes/7128 /2020 tanggal 24 November 2020 tentang status RSUD Prof Yohannes Kupang sebagai salah satu rumah sakit jejaring rujukan kardiovaskular.
Iwan mengatakan, tim pengampu dari RSJP Harapan Kita berjejaring dengan rumah sakit di seluruh Indonesia. Saat ini terdapat 54 rumah sakit yang tersebar di 34 provinsi. Pihaknya melakukan pembinaan dan penyuluhan selama dua tahun ke depan, termasuk RSUD Prof Yohannes Kupang, agar pelayanan jantung di rumah sakit sesuai standar pelayanan pasien jantung di RSJP Harapan Kita.
Iwan berterima kasih kepada Gubernur Viktor Laiskodat karena sangat cepat menanggapi rencana pembangunan jejaring RSJP Harapan Kita pada RSUD Yohannes Kupang. Ia memastikan, perkembangan pembangunan jejaring rumah sakit rujukan kardiovaskular bagi NTT jauh lebih cepat dari rencana semula sehingga pasien jantung dan pembuluh darah segera mendapat pelayanan yang baik, baik dari sisi tenaga kesehatan, fasilitas, maupun pendukung lain.
Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat menyampaikan apresiasi kepada Kementerian Kesehatan yang telah menetapkan kebijakan standar pelayanan terpadu dalam penanganan kardiovaskular, gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Ia meminta segala administrasi yang perlu dilengkapi, segera dilengkapi.
Laiskodat mengatakan, beberapa rumah sakit di NTT ke depan akan didesain dengan perspektif pariwisata sebagaimana dilakukan di Kota Kupang, yang pembangunannya sudah sampai pada tahap penyelesaian akhir. Secara bertahap, rumah sakit lain pun didesain dengan perspektif pariwisata sehingga tidak hanya orang sakit yang datang berobat di rumah sakit itu, tetapi juga orang sehat datang melihat dan menikmati keunikan bentuk bangunan rumah sakit itu.
NTT juga sedang dalam persiapan untuk membangun rumah sakit Jantung dan Ginjal dengan perspektif pariwisata. NTT, khususnya wilayah daratan Pulau Timor, memiliki kondisi air bersih berkapur, tidak layak dikonsumsi. Banyak warga mengalami sakit ginjal dan gagal ginjal termasuk anak-anak usia remaja.
Mengutip pernyataan mantan Gubernur NTT dr Ben Mboy (1978-1988), Viktor mengatakan, seorang pasien bisa 50 persen sembuh mana kala dokter dan petugas kesehatan lainnya bersikap ramah, murah senyum, dan rumah sakit dengan fasilitas kesehatan yang memadai. Hal itu perlu diperhatikan semua petugas kesehatan, baik dokter, perawat, maupun lembaga pengelola bidang kesehatan.
Saya harap kerja sama ini segera mungkin terealisasi sehingga semua pasien jantung dan pembuluh darah di NTT termasuk saya sendiri tidak harus ke RSJP Harapan Kita Jakarta. (Agustinus Botu)
Direktur RSUD Prof Yohannes Kupang dr Mindo Sinaga mengatakan, arahan gubernur dalam bentuk penugasan segera ditindaklanjuti, baik tertulis maupun lisan. Pada prinsipnya manajemen rumah sakit Yohannes Kupang mendukung kerja sama secara jejaring untuk penanganan pasien kardiovaskular ini.
”Kami menunggu hasil visitasi dari tim pengampu dari RSJP Harapan Kita. Apa yang mereka rekomendasikan untuk ditindaklanjuti, segera dilakukan. Kita semua berharap yang terbaik untuk perkembangan rumah sakit Yohannes ke depan, di semua aspek,” kata Mindo.
Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kemenkes tahun 2018, warga NTT yang mengalami gagal jantung usia di atas 15 tahun, sesuai hasil estimasi absolut, sebanyak 24.933 orang. Sementara jurnal pasien jantung dari Undana Kupang menyebutkan, pasien jantung akibat merokok yang ditangani di rumah sakit Yohannes Kupang tahun 2018 sebanyak 350 pasien, tidak termasuk pasien jantung yang tidak merokok.
Agustinus Botu (63), penderita penyakit kardiovaskular asal Desa Nele Kabupaten Sikka, sangat senang dengan kerja sama itu. ”Saya harap kerja sama ini segera mungkin terealisasi sehingga semua pasien jantung dan pembuluh darah di NTT, termasuk saya sendiri, tidak harus ke RSJP Harapan Kita Jakarta,” kata Botu.
Botu sudah memasang dua ring di jantung untuk membuka pembulu arteri yang tersumbat pada 2019. Ketika itu, ia bersama istri dan seorang anak harus menyewa kamar di samping RSJP Harapan Kita Jakarta seharga Rp 3 juta per bulan. Mereka menetap di Jakarta selama tiga bulan, belum termasuk tiket pesawat Jakarta-Maumere.
Pengobatan di rumah sakit menggunakan BPJS Kesehatan, tetapi untuk penginapan dan biaya makan minum ditanggung sendiri. ”Saya harap, jika ini terealisasi, penanganan pasien jantung dan pembuluh darah di Kupang pun sama dengan di RSJP Harapan Kita Jakarta,” kata Botu.